Share

Bab 4. Jadi dia pria itu...

'Apakah dia pria yang….’

Ivana tersentak kaget mendengar pertanyaan dari mantan calon Ayah mertuanya itu. Seketika, pikirannya langsung tertuju kepada malam panas yang telah merenggut mahkotanya.

Edgar dan Ivana beradu netra cukup lama, bahkan tangan Edgar masih memegang tangan wanita muda itu. Ivana berdebar, ia terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Edgar kepadanya.

Bulu kuduknya berdiri, tubuhnya meremang dan untuk sesaat ia tidak bisa bernapas. "Pa-paman, apa maksud Paman bicara seperti ini?" Ivana tersenyum canggung seraya melepaskan tangannya dari genggaman tangan Edgar.

"Mungkinkah kau tidak mengingat malam itu?" Edgar mengerutkan keningnya, ia melihat ke dalam mata berwarna biru milik Ivana.

"Malam apa, Paman? A-aku tidak mengerti dengan apa yang kau bicarakan?" tanya Ivana gugup.

Ia mulai menghindari tatapan dari Edgar. Sebab, pikiran Ivana mulai mengarah ke arah yang negatif. Ivana mulai berpikir, bahwa pria yang merenggut mahkotanya itu adalah Edgar yang notaben adalah mantan calon mertuanya.

Namun dengan berani, Edgar menyentuh dagu Ivana dan membuat wajah wanita itu kembali berhadapan dengannya.

"Paman... A-apa yang kau lakukan?" Ivana terbata-bata, sumpah demi Tuhan, ia merasa jantungnya mau copot saja.

Edgar semakin mendekat dan mendekatinya. "Kau tidak ingat kejadian malam itu? Hotel Rose gold kamar 102 lantai 10."

Mata Ivana melebar saat mendengar pernyataan Edgar yang semakin memperkuat dugaannya. Pria ini, emang pria ini yang malam itu sudah tidur dengannya.

"Ja-jadi, Paman... mungkinkah pria yang...." wanita itu menghentikan ucapannya, sebab ia tercengang sampai kedua bilah bibirnya menganga.

Sementara itu Edgar, terlihat bingung kala ia lihat bagaimana reaksi Ivana yang terkejut, seperti baru mengetahui bahwa ia adalah pasangan one night stand-nya.

Edgar memperhatikan menikmati mata berwarna biru tersebut dengan dalam, lelaki itu tengah mencari kebohongan di sana. Namun, Edgar tidak menemukannya, ia dapat melihat bahwa wanita di hadapannya ini berkata jujur.

"Ivana!"

Tepat saat Ivana akan berbicara dan bertanya lagi kepada Edgar, seseorang memanggil namanya dari kejauhan. Sehingga pembicaraan mereka pun terpaksa harus terhenti di sana.

"Kita bicara lagi nanti, banyak yang harus kita bicarakan," bisik Edgar pada wanita itu, lalu dia pun berjalan memasuki gedung kantornya diikuti oleh sekretaris pribadinya sekaligus orang kepercayaannya.

Seorang wanita berambut pendek, berjalan menghampiri Ivana dengan terburu-buru. Dia pun memeluk Ivana.

"Ivana, aku tidak menyangka kalau ada di sini.”

Rupanya, gadis yang memanggilnya adalah teman satu jurusan. Mereka mendapat tempat magang yang sama. Bedanya, teman Ivana itu begitu bersemangat, sedang Ivana justru terlihat lesu karena ucapan Edgar sebelumnya yang terus saja membuatnya kepikiran.

Ivana dan juga temannya telah tiba di ruang kerja, ruangan tim desain. Tidak lama, seorang wanita memakai pakaian formal masuk dan mengejutkan mereka.

"Mohon perhatiannya sebentar!" Atensi semua orang yang berada di ruangan tersebut, kini tertuju pada wanita berkacamata itu. "Apakah di sini yang bernama Ivana Joane Harison?" tanya wanita itu yang membuat Ivana yang tadinya menundukkan kepala, kini mendongak.

Ivana mengangkat satu tangannya, kemudian dia mengatakan bahwa ia adalah Ivana. "Saya, Ivana."

"Kau dipanggil pak Presdir!" serunya.

Ivana terperangah saat mendengar ucapan wanita itu. Ia tahu, sosok presdir di perusahaan ini tidak lain adalah Edgar, seseorang yang sedari tadi memenuhi pikirannya.

“Ada apa, Bu?”

"Ikut saja, dan jangan lupa bawa surat fotocopy permohonan magang juga," titahnya tegas.

"Surat magang siapa?" tanya Ivana dengan polosnya.

"Tentu saja milikmu, masa milik saya?" ucap wanita berkacamata itu dengan nada ketus.

"Baiklah Bu,"sahut Ivana cepat. Dia bergegas mengambil map di dalam tasnya yang berisi surat izin magang dari kampusnya. Ivana pun mengikuti langkah wanita berkacamata itu ke arah lift.

Beberapa karyawan lama membicarakan Ivana yang dipanggil langsung oleh Presdir Denvier Fashion. Mereka mulai menebak-nebak alasan kuat Ivana dipanggil oleh petinggi di perusahaan mereka. Bisa jadi karena Ivana special atau memiliki hubungan kekerabatan dengan Edgar dan opsi yang kedua adalah, Ivana telah berbuat kesalahan kepada sang atasan.

Tepat saat Ivana ingin memasuki lift, wanita yang memanggilnya itu menahan dirinya. "Kau tidak boleh naik lift ini. Apa kau tidak bisa melihat kalau lift ini adalah lift khusus orang-orang yang memiliki jabatan tinggi?"

Wanita itu berkata dengan ketus, tidak membiarkan Ivana mengikutinya berada di lift yang sama.

"Ah ya, baiklah Bu."

Sebagai karyawan magang tentunya Ivana sangat tahu diri. Ia menolak perintah atasannya dan hanya bisa pasrah. Dengan menahan rasa kesal di hatinya, Ivana menaiki tangga darurat karena lift khusus pegawai sedang berada dalam perbaikan.

20 menit kemudian, gadis itu pun sampai di lantai 10, tepat di mana ruangan presdir berada. Wajah Ivana terlihat berkeringat, nafasnya juga terengah-engah. Namun, ia langsung disambut dengan pelototan tajam dari wanita yang tadi melarangnya naik lift tadi.

"Kenapa kau lama sekali? Presdir sudah menunggumu dari tadi!"

"Maaf Bu, tadi—"

"Sudahlah! Aku tidak membutuhkan penjelasanmu. Sekarang lebih baik kau segera masuk ke ruangan presdir, dia sudah menunggu!"

Dalam hati, Ivana mengumpati wanita galak ini. Andai kata ia bukan anak magang, sudah pasti ia akan melawan dengan barbar wanita yang telah berlaku semena-mena padanya itu.

"Sialan! Dasar nenek sihir, Untung saja kau adalah bosku dan kau seumuran dengan ibuku. Jika tidak, aku pasti akan…." tangan Ivana mengepal kuat, sekuat ia menahan emosinya saat ini.

Ia mengatur napas sebelum memasuki ruangan presdir. Ivana mengamati setiap sudut ruangan itu, yang terlihat elegan dan memiliki kesan dingin. Ya, sesuai dengan kepribadian pemilik ruangannya.

"Pak, ini surat magang saya." Ivana berterus terang sembari menyerahkan surat magangnya pada sang presdir.

"Kau pikir, aku memanggilmu untuk syarat magang ini?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status