Share

Bab 3. Ivana yang malang

"Kak, aku mohon... maafkan kak Rick, dia tidak bersalah."

Kali ini Julia yang berbicara, dengan suara lembut dan memelas. 

"Kalau dia tidak bersalah, jadi... kau yang salah, begitu?” Ivana menatap ketus pada Julia yang terus membantu Rick meyakinkannya. “Kau yang menggodanya?"  

"A-aku..." Julia kehilangan kata-katanya dan menundukkan kepala.

"Kenapa kau diam? Bukankah kau selalu memakiku? Kenapa kau tidak menjambak rambutku seperti biasanya?" Ivana tahu, jika Julia sebenarnya tengah menahan kesal. Namun wanita itu menahannya karena tidak mau terlihat jelek di mata Rick. "Aku ucapkan selamat untuk keberhasilanmu, Julia. Setelah merebut kasih sayang papaku, teman-temanku … kau juga telah berhasil merebut calon suamiku. Kau memang seperti ibumu yang jalang itu! Kalian berpura-pura polos, menjerat, lalu merebut milik orang lain.”

Ivana mengeluarkan semua kemarahan yang ada di dalam dirinya terhadap Julia dan juga ibunya yang dulu merebut ayahnya dari mama dan dirinya.

Ibunya Julia dulu adalah sekretaris sang papa, mereka berselingkuh di saat ibunya sedang sakit. Lalu kejadian saat ini, membuat amarahnya kembali mencuat ke permukaan.

“K-kak, apa maksudmu?”

Ivana tersenyum getir, ia menatap Julia yang tengah bersandiwara dengan remeh. "Kalian, ibu dan anak sama saja... di dalam tubuh kalian mengalir darah wanita murahan!" 

Plak!

Wajah wanita itu terhuyung ke samping, saat pipinya ditampar keras oleh seorang pria yang tiba-tiba saja muncul. Pipinya terasa panas, bahkan untuk sesaat ia merasa telinganya berdengung.

Senyuman tipis penuh kepuasan terlihat di bibir Julia, ia lihat bahagia saat melihat Ivana ditampar oleh pria itu. "Rasakan," gumam Julia pelan.

 "Jaga bicaramu Ivana!” ujar pria itu keras. “Sudah lama kau tidak pulang ke mari, sekali kau datang, kau malah dengan seenaknya menghina adikmu?!"

Pria itu adalah ayahnya, Samuel. Ia menatap putri sulungnya yang baru saja mendapatkan tamparan keras darinya itu. 

Meski sudah biasa mendapatkan perlakuan berbeda dari ayahnya yang lebih membela Julia, hati Ivana tetap teriris mendengar kalimat menyalahkan itu keluar dari ayah kandungnya sendiri.

Ketimbang membela Ivana, Samuel memilih untuk membela anak tirinya bahkan tanpa tahu bagaimana duduk permasalahannya. 

Mata Ivana mulai berkaca-kaca, akan tetapi ia berusaha untuk tidak meneteskan air matanya. Sebab, semakin ia menangis dan menunjukkan kelemahan, maka Julia dan Rick akan semakin menertawakan dirinya. 

"Maafkan aku, bila aku memang sudah mengganggu ketenangan keluarga ini.” Ivana berusaha tenang dan kembali melanjutkan bicaranya. “Aku pulang kemari bukan untuk tinggal di sini. Aku hanya mampir karena apartemenku sedang dibersihkan. Kau mau tau alasannya, Tuan Harison?"

“Ivana, kenapa kau memanggilku seperti itu?!” 

Ivana tidak mengacuhkan protes yang diutarakan sang ayah. "Tadi malam aku melihat ada dua anjing yang sedang kawin di sofa apartemenku!" ujar Ivana seraya melihat ke arah Julia dan Rick dengan sinis.

Rick terdiam, tapi dalam hati, ia merasa tertampar dengan kata-kata Ivana. 

"Apa maksudmu?" tanya Samuel. 

"Kau tanya saja pada aanak kesayanganmu itu, Tuan Harison," jawab Ivana dengan sinis. 

"Julia sayang, ada apa ini?" tanya Samuel begitu lembut pada Julia.

Sikap dan kata-kata Samuel terhadapnya dan juga terhadap Julia sangatlah berbeda. 

Julia lalu memeluk ayahnya dan menangis di dalam dekapan pria itu. "Ayah, ini adalah kesalahanku. A-aku tidak sengaja tidur dengan calon suami kak Ivana!"

Ivana berdecih jijik dengan dalih yang diucapkan oleh Julia. "Cih, apanya yang tidak sengaja. Jelas-jelas mereka sudah berhubungan sejak dua bulan yang lalu."

"Apa? Bagaimana bisa begitu? Pasti semua ini ada penjelasannya bukan?" tanya Samuel begitu lembut, seolah perbuatan Julia bukanlah kesalahan besar. 

Hati Ivana semakin sakit, ia merasa tersisihkan dan tidak mempunyai tempat di hati ayahnya lagi.

"Aku..."

Ivana menyela ucapan Julia, "Sudahlah, kau tidak perlu repot-repot untuk menjelaskan semuanya pada Tuan Harison." 

"Ivana, aku ayahmu! Panggil aku dengan sopan!" tegur Samuel kepada putrinya yang tidak memanggilnya ayah. 

"Oh... Jadi, anda merasa terganggu karena aku tidak memanggilmu ayah?” kata Ivana sinis. “Maaf Tuan Harison, sepertinya di sini anakmu hanya dia saja, bukan aku. Aku adalah anak ibuku, dan aku sudah kehilangan Ayahku sejak usiaku 10 tahun!"

Ya, Ivana memang telah menganggap dirinya seorang yatim sejak ia berusia 10 tahun. Saat itu, ia tahu jika ayahnya berselingkuh dan tiba-tiba membawa dua anak tirinya.

"Ivana..."

 "Jangan bicara apa-apa lagi Tuan Harison. Aku datang k emari hanya untuk mampir, aku tidak bermaksud untuk mengambil tempat istri dan anak-anakmu." Ivana mengucapkannya dengan senyuman getir dan juga rasa sakit di dalam hatinya. "Kemudian untuk kalian berdua, berbahagialah. Aku sangat menantikan undangan pernikahan kalian. Oh, aku tau … apa jangan-jangan kalian ingin menikah di hari pernikahan yang seharusnya untukku? Jangan lupa undang aku, ya."

Wanita itu merasa hatinya sedikit puas saat menyindir keduannya habis-habisan. Ia menunjukkan bahwa dirinya tidaklah lemah, bahwa ia bisa menutupi hatinya yang rapuh. 

Hebatnya, wanita itu masih bisa tersenyum, meskipun matanya terlihat berkaca-kaca.

"Oh, ya Julia, kuperingatkan padamu satu hal.” Ivana yang semula sudah siap meninggalkan rumah, kembali menghentikan langkahnya. “Ini terakhir kalinya kau merebut sesuatu dariku. Dan ini adalah pengampunan terakhirku untukmu!"

Setelah mengatakannya, wanita itu bergegas pergi meninggalkan rumah itu. Ia tidak mau berlama-lama di sana, rasanya muak dan selalu ingin emosi. 

Ivana pergi dari rumahnya dengan perasaan yang hancur. Setelah berada di apartemennya, barulah Ivana menangis sejadi-jadinya. Rasa sakit hati yang bertubi membuat dendam kini bercokol di hatinya.

"Akan kubalas kalian berdua, tunggu saja!”

 ** 

3 hari berlalu setelah kejadian itu, Ivana tidak peduli dan acuh dengan Rick yang selalu berusaha untuk menghubunginya. Ivana lebih memilih membalas rasa sakit hatinya dengan hidup bahagia, menutup mata dan telinga terhadap orang-orang yang sudah menyakitinya. 

Hari ini pun Ivana akan memulai pekerjaan magangnya di sebuah perusahaan fashion terbesar di kota Paris bernama Denvier Fashion.

Ya, perusahaan ini adalah perusahaan yang dipimpin oleh Edgar, ayah dari mantan calon suaminya.

"Kenapa aku harus mendapatkan bagian magang di kantor ini?" gerutu Ivana saat ia sudah berada di depan gedung perusahaan fashion itu.

Tempat magang ini bukan pilihannya, melainkan pilihan dari kampus dan ia tidak bisa menolak. 

Tanpa Ivana sadari, sosok Edgar sudah berdiri tepat di belakangnya. Pria yang baru saja tiba di kantor bersama sekretarisnya itu mendengar apa yang baru saja dikatakan gadis itu. 

"Sepertinya kau tidak senang magang di sini. Atau kau tidak senang bertemu denganku lagi?"

Suara pria itu sontak saja membuat Ivana menoleh ke belakang. "Paman?"

"Kenapa kau tidak menemuiku, Ivana? Aku sudah menunggumu," ucap Edgar lembut. 

"Maaf Paman, sepertinya mulai saat ini dan seterusnya … saya tidak bisa pernah bertemu dengan paman lagi. Paman pasti tau alasannya kan?"

Ivana menghela napas setelah mengatakan apa yang harus dia katakan kepada lelaki yang memiliki perbedaan usia 19 tahun dengannya. 

Edgar memegang tangan Ivana secara tiba-tiba dan membuat wanita itu terkejut dengan tindakannya.

"Paman... apa yang Paman lakukan?" tanya Ivana heran. 

Pria itu mendekat ke arah wajah Ivana, sehingga membuat jantungnya berdebar-debar, karena saat ini posisi mereka berjarak sangatlah dekat. "Ivana, apa malam itu aku menyakitimu?"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tiah Sutiah
aku baru hadir kak, ternyata cerita nya sangat keren.........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status