Share

Bab 6. Wanita Bergaun Merah

"Paman, sebelum aku berpikir untuk menjawabnya. Aku ingin bertanya kepada Paman dan Paman harus menjawabnya dengan jujur." Edgar siap mendengarkan apa yang akan ditanyakan oleh Ivana.

"Apa tujuan Paman menikahiku? Apa benar karena tanggungjawab saja?"

Edgar tampak santai, ia sama sekali tidak merasa tegang ataupun tertekan dengan pertanyaan Ivana, seolah-olah ia memang sudah memiliki jawabannya. "Yang pertama mungkin karena tanggungjawab, tapi alasan yang kedua...akan kuberitahukan padamu kalau kita sudah menikah nanti."

Ivana terlihat berpikir, tangannya terkepal erat membentuk sebuah gumpalan. Banyak sekali yang dipikirkannya saat ini. Terutama tujuan utama Edgar menikahinya, Ivana yakin ada motif lain.

Satu minggu berlalu, sejak Edgar melamar Ivana ....

Di sebuah kamar mewah, terlihat wanita itu sedang merias wajahnya sendiri sambil bercermin. Ia memilih lipstik warna merah dan memakai dress panjang berwarna merah menyala. Ia tampak memamerkan senyum indahnya yang memiliki dua lesung pipi di cermin. Belum lagi bentuk tubuhnya yang bisa dikatakan bak gitar Spanyol. Tidak kurus, tidak gemuk, tapi menggoda, ya itulah Ivana Joane Harison.

"Perfect."

Saat ia akan memakai anting-antingnya, suara getaran ponsel di atas meja cermin rias membuatnya menghentikan aktivitasnya sejenak dan memilih mengambil ponselnya terlebih dahulu.

Ia melihat ada panggilan dari mantan calon suaminya itu dengan ekspresi dingin dan jijik.

"Hari ini kau akan menikah dengan orang lain, tapi kau masih menghubungiku? Apa kau sudah gila?" gumam Ivana dengan senyuman sinis di bibirnya. "Apa aku harus melayaninya sebentar?" 

Lantas, Ivana pun mengangkat panggilan dari Rick. Satu tangannya yang dihiasi satu cincin berlian ia letakkan di telinganya bersama ponsel bermerek itu.

"Mau apa lagi kau menelponku, Rick?" tanya Ivana dengan suara lemah yang dibuat-buat. "Apa kau belum puas menyakiti hatiku?" 

"Sayang, aku masih mencintaimu. Aku menikah dengan Julia karena ayahku yang memaksa."

Terdengar rengekan Rick dari seberang sana yang membuat Ivana semakin jijik.

"Paman Edgar sudah melakukan hal yang benar, Rick. Julia sedang hamil. Tentu kau harus bertanggungjawab kepadanya!" seru Ivana dengan suara yang tegas.

"Tapi aku hanya mencintaimu, Ivana. Sungguh," lirih Rick.

Ivana mendelik sinis mendengarnya. "Lebih baik sekarang kau bersiap-siap, kau harus menikah hari ini, bukan? Aku doakan semoga kau bahagia, Rick. RESTUKU selalu menyertaimu."

"Ivana, aku..."

"Dan maaf, aku tidak bisa hadir ke acara pernikahan kalian. Kau tau kan, ini menyakitkan untukku. Kalian menikah di hari seharusnya kita menikah." Ivana mengembuskan napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya, "Tapi sudahlah...toh semuanya sudah berlalu. Aku harap kau bisa melupakanku, Rick. Semoga pernikahanmu bahagia," ucap Ivana dengan suara lembut.

Rick terdiam cukup lama setelah mendengar kata-kata wanita itu. Ivana menebak bahwa lelaki itu tertampar dengan kata-katanya. Namun, ia tidak lagi peduli, karena setelah mengucapkan kalimat tadi, ia langsung memutuskan telepon tersebut secara sepihak.

"Kau tunggu saja, kejutan dariku Rick, Julia. Kalian tidak boleh melupakanku, karena aku akan membuat kalian merasakan neraka." Ivana tersenyum menyeringai, karena sebuah ide licik sudah dirancangnya dari beberapa hari yang lalu. Hari ini ia pastikan, bukan pengantinnya yang akan menjadi sorotan, melainkan dirinya.

Tiba-tiba saja Ivana terkejut, manakala ia merasakan ada sepasang tangan yang melingkar di perutnya dan memeluknya erat.

"Paman!" Ivana melihat kepala Edgar menempel di bahunya. Hembusan nafas lelaki dewasa itu menerpa leher polos Ivana.

"Paman?" Pria itu sedikit protes. "Hey, bukankah sudah kukatakan padamu untuk memanggilku dengan benar? Hem?" Edgar mengeratkan pelukannya pada Ivana.

Seperti Ivana, di jarinya juga sudah tersemat cincin yang sama. Cincin pernikahan itu resmi melingkari jari keduanya tiga hari yang lalu, setelah keduanya menikah secara sembunyi-sembunyi. 

"Baiklah, Hubby."

"Good girl. Ayo kita berangkat sekarang."

Edgar melepaskan pelukannya dari tubuh Ivana dan mengajak wanita yang kini sudah menjadi istrinya berangkat ke 'tempat pertunjukan' mereka.

Mata biru milik Ivana berkilat penuh tekad. Ia sudah tidak sabar untuk membalas Rick dan Julia di pesta pernikahan mereka berdua. "Ya, ayo Hubby," balas Ivana seraya mengengggam tangan Edgar. 

****

Di sebuah hotel mewah yang akhirnya menjadi lokasi pernikahan Julia dan Rick, mempelai wanita nampak tersenyum bahagia.

Julia, sang pengantin wanita itu bahkan tidak merasa tergantikan, karena semua yang ia miliki saat ini adalah fasilitas yang seharusnya dimiliki Ivana, kakak tirinya. Bahkan wanita itu tersenyum dengan bangga kala memakai gaun yang juga seharusnya milik Ivana. 

"Astaga, putriku sangat cantik sekali. Tidak heran dia mendapatkan anak konglomerat terkaya nomor 1 di benua ini!" kata Grace yang merasa bangga dengan putrinya. Ia memuji Julia habis-habisan, seolah sikap Julia yang merebut calon suami orang itu adalah suatu prestasi dan kebanggaan.

"Iya Mom, aku akan menjadi nyonya besar Rick Mateo Denvier," kekeh Julia dengan senyuman bahagia di bibirnya.

"Mommy bangga padamu. Apa Mommy bilang, kau pasti bisa lebih unggul dari anak wanita itu! Anak mommy memang hebat!" Grace tersenyum lebar, seraya mengacungkan satu jempolnya.

Namun, di antara mereka berdua, ada seorang anak remaja yang terlihat tidak terlalu senang dengan pernikahan ini, terlebih melihat bagaimana dua wanita itu berbahagia atas hal yang buruk ini.

"Apa yang seperti ini patut dibanggakan? Mommy bicara seolah-olah apa yang dilakukan kak Julia adalah sebuah prestasi, padahal ini adalah hal yang memalukan!"

Dialah Vincent, anak laki-laki satu-satunya keluarga Harison yang sedarah dengan Ivana.

"Diam! Kau selalu mengacau saja," ketus Grace seraya melihat sinis pada putranya yang masih berusia 18 tahun itu.

"Mengacau apanya? Aku hanya berbicara fakta, apa yang patut dibanggakan dari perilaku kak Julia? Dia selalu merebut apa yang dimiliki kak Ivana."

Vincent terlihat sedih saat memikirkan Ivana dan marah mengingat kelakauan ibu dan kakak perempuannya ini.

"Bisakah kau diam saja, Vincent! Kakakmu ini tidak merebutnya, hanya saja... lelaki itu memang mencintaiku dan wanita itu saja yang kurang menarik!"

Julia melakukan pembelaan, bahwa ia tidak merebut milik Ivana tetapi Rick lah yang datang sendiri padanya karena keburukan Ivana. 

"Terserah." Vincent berucap dengan wajah malas, ia tidak mau berdebat lagi dengan Julia dan Grace yang memang selalu ingin menang sendiri.  "Kak Ivana pasti sedang menangis sekarang dan pastinya ia tidak akan datang ke pesta ini," gumam Vincent dengan sorot mata sendu memikirkan Ivana.

Tak lama kemudian, seseorang datang ke dalam ruangan pengantin wanita dan mengatakan bahwa rombongan pengantin pria sudah datang ke gedung tempat pernikahan akan dilangsungkan.

Julia tersenyum lebar, kala dirinya yang digandeng oleh Samuel masuk ke tempat altar pernikahan. Semua tamu memandang dirinya. Tamu yang hadir di sana juga bukan tamu dari kalangan biasa. Melainkan banyak orang-orang luar biasa yang hadir dan kebanyakan adalah rekan bisnis Edgar.

Di depan sana, Rick dengan setelan tuxedo berwarna putihnya sudah menunggu Julia. Berbeda dengan Julia yang bahagia, raut wajah Rick terlihat datar.

Saat pendeta sedang membuka acara pernikahan itu, atensi Rick tertuju pada seorang wanita cantik yang memakai gaun merah yang tengah duduk seorang diri di salah satu barisan para tamu.

Rick jelas terkejut melihat wanita bergaun merah tersebut. Ia kemudian bercicit, "Katanya dia tidak akan datang, lalu ... kenapa dia ada di sini sekarang?"

****

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Ivana gercep tau² udah nikah aja sama Edgar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status