Share

Najwa pensiun

"Najwa! Keluar kamu!" teriakan Bu Jannah dari luar kamar membuat Najwa menghela napas lelah.

"Ada apa, Bu?" tanya Najwa saat membuka pintu.

"Kamu masih tanya, ada apa? Jelas-jelas, meja makan kosong melompong begitu. Kenapa kamu nggak masak?" tanya Bu Jannah dengan mata melotot.

"Malas," jawab Najwa enteng.

Bu Jannah bahkan terperangah karena jawaban Najwa. Pun, dengan Bian yang sedari tadi terus memegangi kursi roda sang Ibu.

"Enak banget ya, jadi kamu! Sudah kerjanya cuma makan duit anakku aja setiap bulannya, eh... sekarang malah nggak mau ngapai-ngapain. Dasar benalu!" maki Bu Jannah berapi-api.

"Terus, kenapa? Ibu keberatan?"

"Ya iyalah. Kalau kamu memang sudah tidak mau memasak, maka jatah bulanan buat kamu dari Bian, akan Ibu stop mulai sekarang," ancam Bu Jannah.

"Oke. Nggak masalah! Justru bagus kalau begitu. Aku jadi nggak perlu pusing lagi memutar otak setiap harinya demi mengatur uang yang nggak seberapa itu," sahut Najwa.

"Jangan terlalu sombong kamu, Najwa!" geram Bian yang merasa tersinggung dengan ucapan sang istri. "Bukan aku yang ngasih uang nggak seberapa buat kamu. Tapi, justru kamu yang nggak becus mengatur keuangan keluarga. Boros kamu jadi istri!"

"Jadi, aku mesti gimana, Mas? Harus nurut sama perintah kamu dan Ibu seperti biasanya?"

"Ya iyalah. Enak aja! Masa' seenaknya kamu cuma mau numpang gratis dirumah ini? Mikir dong, pakai otak kamu! Kamu pikir, kamu siapa disini?" sambar Bu Jannah dengan suara cemprengnya.

"Aku masih istrinya Mas Bian, Bu! Menantu Ibu juga. Wajar dong, kalau aku numpang gratis di rumah ini," jawab Najwa tak mau kalah..

"Ya, nggak bisa gitu, dong! Pokoknya, Ibu nggak mau tahu! Cepat kamu masak makan malam sekarang juga! Ibu sudah kelaparan!" titah Bu Jannah ketus.

"Suruh menantu baru Ibu saja," saran Najwa.

"Salma tak bisa memasak, Najwa," celetuk Bian.

"Terus, bisanya apa? Godain suami orang?"

"Najwa!!!" geram Bian tak terima jika istri mudanya dijelek-jelekkan.

"Apa? Mau marah?" sahut Najwa tanpa rasa takut.

"Jangan menantang ku, Najwa! Atau, kamu akan benar-benar menyesal!" ancam Bian murka.

"Kalau aku tetap nekat, bagaimana?"

Bian menghela napas kasar. "Oke, kalau itu maumu. Mulai besok, jatah uang belanja akan Mas berikan semuanya pada Salma. Kamu, nggak akan dapat apa-apa sebelum kamu minta maaf sama aku, Ibu dan Salma! Paham?"

Bian menyeringai penuh kemenangan. Lihatlah! Kini, Najwa seketika mematung begitu mendengar ucapannya.

Pasti, istri pertamanya itu sedang ketar-ketir dalam hati namun tetap berusaha untuk menutupinya pada permukaan luar.

"Oke. Nggak masalah! Tapi, mulai sekarang, aku juga nggak akan menunaikan kewajibanku lagi sama kamu. Suruh saja, istri mudamu itu, yang melayani kamu mulai sekarang!" tegas Najwa dengan napas naik turun.

Tak masalah jika Bian tak lagi mau menafkahinya. Toh, selama ini Najwa tidak pernah kekurangan uang. Warisan sang kakek, cukup untuk menghidupi dirinya.

Bahkan, tak jarang, Najwa menggunakan uang simpanannya untuk membantu perekonomian keluarga. Tentu saja, semua itu tanpa sepengetahuan suami dan ibu mertuanya.

"Dan, satu lagi! Aku ingin kamu secepatnya menjatuhkan talak padaku, Mas!"lanjut Najwa.

"Itu tidak akan pernah terjadi!" geleng Bian tegas.

Brak!

Najwa menutup kembali pintu dengan keras hingga dua manusia yang masih berdiri didepan pintu kamar nampak terperanjat kaget.

"Sinting, si Najwa itu, Bian! Bisa-bisanya, dia banting pintu sekeras itu. Apa dia sengaja mau bikin Ibu serangan jantung?"

*****

Setelah menunggu selama setengah jam, akhirnya makanan yang dipesan Salma datang juga. Namun, bukannya senang, Bu Jannah justru tampak begitu murka.

"Kamu gimana sih, Salma? Masa' pesan makanan, kayak gini semua? Kamu mau bunuh Ibu pelan-pelan, ya?"

"Ya, mana Salma tahu kalau Ibu nggak bisa makan makanan yang bersantan kayak gini. Maaf, Bu!" ucap Salma tertunduk.

"Ugh! Istri-istri kamu pada nggak becus semua, Bian! Kesal, Ibu! Jadi, buat apa kamu nambah istri kalau ujung-ujungnya nggak ada yang bisa diandalkan, hah?" sungut Bu Jannah. "Sekarang, antar Ibu ke kamar! Ibu mau tidur aja!" lanjutnya tetap marah-marah.

******

Keesokan harinya, Najwa sengaja tak membangunkan Bian seperti biasa walau matahari sudah semakin meninggi. Biarkan saja, lelaki itu kelabakan karena sudah dipastikan dia akan telat ke kantor.

"Astaga! Jam berapa ini?" Bian tersentak kaget saat bangun dari tidurnya. Segera disambarnya ponsel yang ada dibawah bantal lalu melihat jam digital yang ada disana.

"Gawat! Aku terlambat!" ringis Bian panik. Segera, pria itu berlari menuju ke kamarnya dan Najwa. Dia tak peduli lagi, walau harus tak mandi pagi ini sebelum ke kantor.

"Kamu kenapa nggak bangunin aku, Najwa?" tanya Bian pada istri pertamanya.

"Lah, kamu kan tidur sama istri barumu, Mas! Aku mana boleh gangguin pengantin baru lagi kelonan? Nanti, yang ada, aku malah dituduh iri lagi, sama istri kamu itu."

Bian menghela napas panjang. "Seenggaknya, kamu telfon Mas dong, Najwa! Masa' gitu aja, mesti dikasih tahu, sih?"

"Ogah, ah!"

Bian mencoba untuk tetap bersabar. Sikap Najwa benar-benar merupakan ujian yang harus Bian lewati.

"Tolong siapkan pakaian kerjaku! Aku mau gosok gigi dulu!" titah Bian tanpa menunggu persetujuan dari Najwa.

Dia pikir, Najwa akan tetap patuh seperti biasa. Sayangnya, Bian sangat keliru.

Bukannya melaksanakan tugas dari sang suami, Najwa malah melenggang santai keluar kamar untuk membuat secangkir teh untuk dirinya sendiri.

Setelah jadi, teh tersebut Najwa bawa ke ruang tengah sebagai teman nonton TV.

"Najwa!! Najwa!!"

Teriakan Bian membuat Najwa harus bersabar kuat-kuat. Entah kenapa, Bian sejak kemarin, suka sekali berteriak.

"Apa, Mas?" tanya Najwa yang mau tak mau tetap menghampiri sang suami di kamar mereka.

"Mana baju kerjaku?" tanya Bian.

"Tuh, di lemari," tunjuk Najwa ke arah lemari pakaian mereka.

"Kok belum kamu siapin?" tanya Bian geram. "Bukannya, tadi aku sudah bilang, supaya kamu menyiapkannya?"

"Ngapain? Kamu kan sudah nggak mau menafkahi aku lagi. Jadi, kenapa juga aku harus tetap melayani kamu seperti biasa? Si Salma mana?"

Mendengar nama istri keduanya di sebut, Bian malah mendengkus sebal.

"Dia masih tidur. Mas udah coba bangunin dari tadi, tapi nggak mau bangun-bangun."

"Oh. Ya sudah, kalau gitu, Mas ambil sendiri aja pakaian Mas di lemari. Aku mau lanjut nonton TV!" jawab Najwa tak peduli.

Melihat sikap cuek Najwa, Bian memutuskan untuk melakukan semuanya sendiri. Dia akan semakin terlambat jika mengulur waktu terlalu lama.

"Sarapanku mana, Najwa?" tanya Bian saat melihat meja makan rupanya masih kosong melompong.

"Tanyain sama Salma. Jangan tanya aku," jawab Najwa tanpa menoleh.

"Kan, Salma masih tidur. Kamu gimana, sih? Seharusnya, kamu ngerti kalau Salma itu masih kelelahan. Lagipula, dia juga pasti belum hafal seluk beluk di rumah ini. Jadi, kamu sebagai kakaknya, harusnya mengerti dan mau mengerjakan semuanya sendiri terlebih dulu."

"Dih, sejak kapan aku punya adik macam ulat bulu begitu? Aku anak tunggal, Mas!" sinis Najwa.

"Najwa!! Anterin Ibu pipis!"

Itu suara teriakan Bu Jannah. Namun, Najwa tetap bergeming ditempatnya.

Fokus pada kartun yang sedang dia tonton walaupun suara Ibu mertua, nyaris memecahkan gendang telinga Najwa saking ributnya.

"Najwa!! Cepetan!!"

"Kamu nggak dengar, Ibu panggil kamu?" tanya Bian yang jengah mendengar Ibunya terus berteriak.

"Dengar," jawab Najwa.

"Kenapa nggak disamperin? Kamu mau lihat Ibu pipis di tempat tidurnya?"

"Suruh menantu kesayangan Ibu yang urusin dia. Aku sudah pensiun, Mas!" jawab Najwa tersenyum lebar.

"Apa maksud kamu?"

Najwa tak menggubris. Dia berdiri lalu mendekat ke arah sang suami.

"Bagaimana rasanya berselingkuh dengan istri orang, Mas? Apa menyenangkan?"

"Kamu ngomong apa, sih, Najwa?"

"Nggak usah pura-pura lagi, Mas! Aku tahu kalau kamu sudah berselingkuh dengan Salma semenjak dia masih menjadi istri orang."

Bian membeku seketika. Matanya membulat sempurna. Tak menyangka, rahasia besarnya bersama Salma bisa diendus secepat ini oleh Najwa.

"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
mantab najwa keren cepet cerainya fan perhi dari orang gila setres itu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status