Share

Rejeki Untuk Arum

"Kang jangan main tangan sama istri, nanti tuman!" tegur Mas Rahman.

"Kamu nggak usah sok belain aku, dasar madesu!" Mbak Meri malah mencibir Mas Rahman.

Kesal? Jangan ditanya. Aku kesal sampe ke ubun-ubun.

"Mas, kita pulang aja, yuk," ajakku kepada Mas Rahman.

Mas Rahman melirikku sebentar, lalu menatap kakaknya.

"Pulang sana! Kelamaan disini nanti nularin virus miskin!" hardik Mbak Meri.

Aku nggak tahan di hina, mending aku pulang duluan hatiku saja masih sakit. Aku nggak mau sakit lagi.

"Aku duluan pulang Mas, Kang. Perutku mendadak mules denger burung beo ngoceh!" Aku langsung pergi.

"Heh madesu! Enak aja ngatain aku burung beo! Dasar kamseupay!" Mbak Meri meneriaki aku.

Terserah mulutmu Mbak. Aku mau pulang. Terus, belanja bumbu untuk ngolah daging sapi rejeki malam ini.

Sampai rumah, aku segera kebelakang, menuju motor lalu kupacu pergi ke warung.

"Mas, aku kewarung dulu beli bumbu, ya!" ucapku saat berpapasan dengan suami dijalan.

"Ati-ati, Dik."

Motor melaju hingg
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Hastariky Kitchen
baru sampai sini, gak tau udah brp kali aq nangis. Ceritanya bagus, alurnya pas, berasa ikut ke dlm ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status