Share

BAB 6 : ULAR RAKSASA

Keadaan masih sama ketika ia berhasil menginjak puncak gunung itu. Perasaan trauma akibat rasa sakit dari panasnya kawah, membuat seluruh badannya menggigil.

"Aaaaaaaww…"

Tanpa ampun, dorongan kembali terjadi pada punggungnya. Ia masuk ke dalam kawah. Kali ini seluruh tubuhnya nyemplung ke sana. Ia sampai berteriak-teriak begitu seluruh kulitnya meleleh. Seluruh tulangnya terbakar, hingga terakhir tengkorak kepalanya hancur baru ia kehilangan kesadaran.

"Wusssshhh…"

Kali ini ia tidak begitu kaget ketika kembali pada keadaan awal. Ezio dengan malas berdiri, rasa takut akan sakit menyebabkan ia tak mau berusaha lagi.

"Sstttttt…"

Tiba-tiba dari bawah pasir di belakangnya terdengar suara. Ia menengok untuk melihatnya.

"Waduh…"

Seekor ular yang sangat besar muncul dari sana. Ukurannya bahkan lebih besar dari Ezio sendiri. Ular itu berwarna hitam dengan dua taring yang sebesar tangan orang dewasa dan sisiknya yang tebal. Bergerak ke arahnya.

"Ampuuunnn…!"

Ezio berlari ke arah gunung seperti kesetanan, tapi ular itu ternyata tak berhenti. Makhluk itu terus saja mengejarnya. Bahkan ketika ia mulai mendaki.

Ia sangat berharap hewan itu tidak mengikutinya. Tapi ternyata ia salah, ular itu justru bergerak lebih cepat kepadanya. Karena Ezio yang lamban dalam mendaki, taringnya hampir menyentuh tubuh pemuda itu.

"Byurrr…"

Ular itu tak sempat menggigitnya. Ezio sudah melompat ke dalam kawah.

"Bodohnya aku… lari dari ular malah melompat ke sini," pikirnya sembari menahan rasa panas dan sakit akibat magma yang sangat panas itu.

Perubahan akan datang pada manusia jika mereka gagal berkali-kali. Hal ini berlaku juga pada Ezio. Meski kulitnya melepuh dan tulangnya terbakar. Ternyata ia sedikit mampu menahannya. Hingga kemudian kehilangan kesadaran, tak ada teriakan keluar dari mulutnya.

####

Keadaan ini terjadi kembali berulang berkali-kali, ia sadar lalu dikejar ular raksasa dan masuk ke dalam kawah. Namun, semakin sering ia masuk ke sana, tubuh dan pikirannya justru mampu menahan panasnya magma itu.

Setelah berpuluh-puluh kali adegan itu terjadi. Puncaknya ialah saat dirinya tidak merasakan sakit sama sekali, bahkan panasnya magma hanya terasa seperti air biasa.

"Wow… ada apa ini." Ezio berpikir sambil mencoba menyiramkan isi kawah itu ke kepalanya. Tapi tak terjadi apa-apa.

"Kau telah berhasil menaklukkan panasnya magma itu…"

Terdengar suara Phoenix, memberikan pujian kepadanya.

"Kali ini yang harus kau lakukan ialah bermeditasi sambil menyerap kekuatan dari panasnya magma di sekitarmu. Kemudian memikirkan cara melawan ular yang ada di atas"

"Baiklah, akan kucoba melakukannya"

Ezio yang awalnya sangat skeptis dengan pelatihan itu. Kini merasa lebih bersemangat merasakan perkembangan dari pelatihannya. Ia kemudian memejamkan mata sambil melakukan visualisasi seolah-olah seluruh energi panas masuk ke dalam tubuhnya.

Proses ini terasa lebih mudah baginya, karena sebelumnya sudah melakukan hal yang sama di tempat Phoenix berada. Ia merasakan energi yang tidak ada habisnya masuk ke dalam tubuhnya. Bagian bawah perutnya pun terasa sangat panas, hingga tanpa ia sadari panas itu bergerak ke seluruh tubuhnya.

Energi itu bergerak ke arah tangannya pertama kali, hingga kemudian menyebabkan tangannya merah menyala dan kemudian terbakar. Api itu merambat hingga ke seluruh tubuhnya.

Pada akhirnya karena banyak menyerap energi panas dari kawah, ia merasakan perasaan seperti kekenyangan. Kemudian pemuda itu kemudian membuka kedua belah matanya. Ia kaget sekali begitu melihat keadaan dirinya yang terbakar.

Tapi, tidak ada perasaaan panas yang menyakitkan, yang ada hanya rasa hangat yang bergelora di seluruh sendi tubuhnya.

“Kau sudah berhasil menyerap energi panas dari kawah. Untuk selanjutnya dirimu bisa mengisi energi panas dari api apapun. Kali ini, coba lakukan gerakan tinju dan rasakan seolah-olah api di tanganmu bergerak ke arah yang kau tuju.”

Phoenix memberikan instruksi kepada Ezio. Mendengar itu, pemuda itu langsung melakukannya. Sambil memejamkan matanya, ia melakukan gerakan meninju menggunakan tangan kanannya.

“Duarrr…”

Terjadi ledakan pada dinding kawah, ia berhasil dalam satu kali percobaan.

“Yuhuuuu….”

Dia sangat girang melihat hal itu. Ini seolah menjadi langkah awal dalam tahap keberhasilannya belajar kekuatan spiritual.

“Duar…duar….duar… yess yess….”

Saking girangnya ia melakukan pukulan itu berkali-kali, sambi; tertawa kesenangan. Hingga tak sadar bahwa dinding kawah itu hancur akibat ledakan. Bebatuan yang ada di sana jatuh ke dalam kawah.

“Krakk…”

Salah satu batu besar menimpa kepalanya, ia kembali hilang kesadaran akibat batu itu.

####

Begitu ia sadar, dirinya sudah dikembalikan pada tahap awal. Buruknya, tidak ada api apapun yang menyelimuti tubuhnya. Semua keberhasilan sebelumnya seakan hanya sebuah mimpi.

“Kekuatanku menghilang…”

“Kau itu bodoh sekali !!! kekuatan yang sudah dirimu raih terpaksa harus dicari dari awal lagi.”

Terdengar suara Phoenix memarahinya. Yang mendapat omelan hanya diam menundukkan wajahnya karena merasa bersalah.

“Apa aku bisa mendapatkan kekuatan itu lagi …?” tanya Ezio pelan sambil menundukkan wajahnya.

“Mungkin bisa mungkin tidak kau coba saja lagi sendiri. Belum pernah ada kasus konyol selain dirimu.”

“Rupanya Phoenix sangat marah…”

Belum selesai Ezio membatin, ular yang selalu menemaninya hingga ia terbiasa muncul dari belakang. Langsung saja ia berlari, untuk menghindarinya.

“Akhh…..”

Ternyata dari depan tiba-tiba muncul ular yang lain dengan ukuran yang sama besarnya. Menggigitnya di kepala dan darah kemudian mengucur dari sana.

####

“Mengapa ada dua ular yang muncul ?” gumam Ezio perlahan begitu ia kembali sadar.

“Ini hal yang menyebabkan aku sangat marah. Setelah ini level kesulitannya akan meningkat. Meski mungkin dirimu bisa bertahan dari panasnya kawah, tetapi jumlah ular yang mengejarmu akan bertambah banyak.”

“Apa !!! ini tidak akan lebih mudah dari sebelumnya”

Ezio menyesal begitu mengetahui keadaan yang sebenarnya. Yang ia sesali mengapa ia harus melewati ini semua.

“Ssstttttt….”

Begitu ular pertama muncul, ia langsung berlari cepat. Ia yang sudah tahu lokasi ular kedua, kemudian melakukan gerakan untuk menghindarinya, lalu berniat langsung menuju kawah.

“Clup….”

Belum sempat ia mendaki, ternyata satu ular muncul dari ngarai gunung dan menelannya bulat-bulat. Ia langsung hilang kesadaran dan kembali ke awal.

Hal ini terjadi terus menerus. Ular besar itu sudah mencapai dua puluh ekor. Ezio yang mencapai puncaknya harus bertahan hidup melawan mereka semua.

Karena sudah berkali-kali mengalami hal yang sama, ia sampai hafal semua pola ular-ular itu.

Gerakannya nampak meliuk-liuk menghindar dari serangan para ular. Karena tekad dan kemampuan mengingatnya yang baik, ia berhasil melompat ke dalam kawah.

“Byurr..."

"akhirnya…”

perasaan Ezio langsung menjadi lega begitu sampai ke dalam kawah. Dirinya berhasil selamat dari kejaran para ular raksasa itu.

Tanpa membuang-buang waktu, ia langsung memejamkan matanya dan melakukan visualisasi. Dengan cepat tubuhnya merespon energi yang masuk dan kemudian menyala hingga terbakar.

Saat dirinya sudah selesai melakukan visualisasi, ia tidak melakukan percobaan seperti sebelumnya. Ia justru berpikir bagaimana caranya keluar dari sana. Ezio ingin segera melawan para ular yang sudah menunggu di atas kawah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status