Terima kasih yang telah mengikuti cerita ini sampai selesai. Nantikan cerita othor selanjutnya. 🥰🥰🥰🥰🥰
SRETT. "Aaa!" Gaun tipis Ayana seketika robek. Terpampang jelas bahu dan sebagian dadanya. Segera dia menutupi dadanya dengan tangan."Ha ha ha ha! Kita nikmati malam ini gadis manis." Pria yang hanya berbalut celana pendek itu segera mengukung Ayana."Jangan! Kumohon jangan!" teriak Ayana. Dia terus meronta, mendorong paruh baya berperut buncit itu.Pria itu terus berusaha menguasai Ayana. "Diam kamu! Aku sudah membayar mahal, sekarang lakukan tugasmu dengan baik!"Pria itu memegang dua tangan Ayana yang terus melawan. Dia letakkan di atas dengan satu tangan kuatnya. "Diam, dan layani aku dengan baik, jika kamu masih ingin hidup!" geram pria itu."Cuihh!" Ayana meludah. "Bunuh saja aku!" teriaknya dengan mata nyalang."Ini pilihanmu. Aku sangat suka bermain dengan gadis manis agresif. Berteriaklah sekuatmu! Ha ha ha ha ha ha!"Paruh baya itu menekan kaki Ayana kuat dengan kakinya. Kini dia mulai merebahkan di atas tubuh Ayana."Baumu wangi sekali." Pria itu mulai mengendus bagian ceru
Mata sendu yang basah itu, dengan suara serak lirih mampu menghunus hati dingin Jovan."Ikut denganku!" Jo berbalik dan melepas maskernya.Ayana bernafas lega. Dia hendak bangkit. "Aaaaahh!" teriaknya. Tubuh lemah itu lunglai ke lantai. Dia terlalu lama meringkuk.Jovan langsung sigap. Dia menangkap Ayana. Paham dengan keadaannya, Jovan langsung mengangkat ala bridal style."Aaahh!" Ayana mengaduh saat punggungnya tersentuh. Jovan membawanya menuruni tangga, dengan langkah tegas dan tanpa menoleh wajah Ayana.Ayana hanya termangu. Dia menatap lekat wajah tampan dengan mata elang itu.Di bawah. Jovan melihat musuhnya telah tersungkur tergeletak dan terikat di pojok sana."Sepertinya kalian sangat menikmati malam ini," seru Jovan pada temannya."Mereka terlalu lemah." Brox terkekeh. "Wow, siapa yang kamu bawa?""Jo, apa dia ...?" Vincent membolakan mata, dia tidak pernah melihat Jovan peduli dengan urusan wanita."Klien membayar harga tinggi hanya untuk para pecundang ini. Apa itu bonu
"Aku hampir melupakan gadis itu. Haishh!"Suara tangisan yang mengganggu telinga Jovan. Tangisan itu semakin jelas. Jovan masuk ke kamar Ayana, dia menjumpai Ayana sedang meringkuk di atas tempat tidur. Dia menangis bertopang lutut."Aku tidak terbiasa memelihara wanita. Apa yang terjadi?" Jovan berdiri di depan ranjang.Ayana sedikit mereda, dia menghapus air matanya. Namun, dia masih diam menunduk."Lihatlah aku, dengar! Di sini tidak ada yang akan menyakitimu." Jovan melihat Ayana ketakutan.'Apa dia mengalami trauma fisik atau serangan?' batin Jovan.Saat ini Ayana baru percaya pada Jovan. Ayana pelan mendongak, dia melihat wajah Jovan.Jovan kini melihat jelas wajah Ayana, meski matanya agak bengkak, tapi Jovan tahu kalau Ayana cantik dan manis."Cobalah percaya!" Jovan kembali meyakinkan.Ayana mengangguk kecil."Siapa namamu?"Ayana diam menunduk."Baiklah, jika kamu belum mau mengatakannya. Apa kamu sudah sarapan?"Ayana menggeleng pelan."Di luar ada pantry, di bawah ada dapu
Di sebuah tempat pemakaman umum bagi kalangan elit. Seorang paruh baya mengenakan pakaian serba hitam, juga berkaca mata hitam. Ada seorang ajudan yang membawakan payung hitam untuk memberinya keteduhan.Dia berjongkok di antara dua nisan. Satu nisan bertuliskan Addy dan satu lagi Jelita.Dia menaburkan bunga pada keduanya."Sudah 20 tahun. Kamu tidak bisa memberi tahuku di mana anakmu sekarang. Seharusnya kamu datang padaku, dan memberiku penerangan," lirih paruh baya itu.Dia menarik nafas dalam."Seandainya saja kamu mendengarkan apa kataku. Kita masih bisa tetap bersama."Pria itu sebentar mengusap nisan Addy. Lalu berdiri meninggalkan tempat itu.Berjalan dengan iringan beberapa pria tegap dan kekar. Kanigara nama itu. Nama dan wajah yang selalu Jovan ingat.Satu ajudan membukakan pintu mobil mewah. Kanigara duduk tegap penuh wibawa di dalam sana."Jalan!" tegasnya.Mobil melaju. Di dalam mobil, sang Asisten yang duduk di kursi depan sebelah kemudi, mulai membacakan jadwal sang k
"Misi baru!"Seketika semua menatap. Mereka menggunakan komunikasi lewat email, dengan semua klien. Hanya beberapa saja yang tahu pekerjaan mereka, yang pasti kalangan elit yang mampu membayar."Apa kali ini?" tanya Vincent."Sengketa Tahta." Leo menaikan alisnya."Jelaskan!" ujar Jovan."Orang tua mereka, pemilik perusahaan besar yang sudah tua, dibawa pergi sang menantu yang mereka bilang ketua Gangster yang cukup besar. Menantu itu juga membawa banyak document aset perusahaan.""Kenapa tidak lapor polisi? Pasal menculikan." Brox heran."Menantu itu mengancam akan menghabisi Papanya seketika, jika sampai polisi datang.""Kita terima. Berapa dia kasih kita waktu?" tanya Jovan."3 hari.""Cukup. Kita mulai pengintaian nanti malam," ujar Vincent."Berapa dia berani bayar?" tanya Brox."1 milyar.""Kita lihat dulu bagaimana situasinya. Nanti baru kita minta tawaran harga." Jovan masih ragu."Minta titik target!" ujar Vincent."Siap!" sahut Leo."Fix. Nanti malam kita beraksi!" Robin mer
Ayana meringkuk, pikirannya kembali mengulas kejadian malangnya.Jika kamu ingin terus melangkah, kamu harus bisa keluar dari jeratan pikiranmu sendiri. Ketakutanmu jangan kamu jadikan cengkraman pijakan untuk menopang langkahmu. Percayalah, tidak ada cerita kelam yang abadi.Saat itu. Orang tuanya meninggal akibat kecelakaan. Belum kering gundukan tanah kubur kedua orang tuanya. Ayana didatangi rentenir."Sertifikat tanah dan bangunan ada padaku. Surat perjanjian juga sah. Kalau kamu mau menuntutku, silahkan bawa pengacara!" teriak sang Rentenir.Ayana menelan ludah. Dia termasuk gadis kurang pintar. Dia hanya bisa takut. "Aku tidak tahu soal itu.""Harga rumah ini tidak bisa menutup utang Ayahmu. Jadi, kamu masih punya tanggungan, 50 juta."Ayana membelalakkan mata. "Kenapa banyak sekali?""Aku kasih waktu 1 bulan, atau kamu aku masukkan penjara!" ancam Rentenir.Ayana merupakan anak semata wayang. Di dekatnya hanya ada Paman serta Bibinya yang tinggal agak jauh.Entah untuk apa oran
Ayana tak bisa keluar dari rasa gelisah, dan takut yang teramat di rumah sepi itu. Apalagi Jovan belum kembali saat matahari telah nampak. Ayana memutuskan untuk menunggu di lantai bawah "Wow, dia keluar dari sangkar," celetuk Brox."Apa dia menunggu kita pulang?" ragu Leo."Menunggu, Jo. Bukan kita." Vincent menepuk pundak Jovan."Dia menunggu sang majikan pulang, peliharaan yang patuh. Good job, Baby girl," sahut Robin.Jovan mendekat, dia hendak mengangkat Ayana, dan bermaksud memindahkannya ke kamar.Ayana masih sensitif. Dia merasa ada yang menyentuhnya. Sontak saja dia membuka mata lebar, meloncat dan menghindar."Aaaaa ....!!" Ayana menjerit. Dia menebar pandangan. Dia melihat Jovan telah pulang.Ayana langsung mendekat, mencengkeram lengan Jovan, lalu bersembunyi di sisi bahu Jovan, karna melihat 4 pria lainnya. Nafas Ayana menderu. Dia masih ingat kata-kata mereka yang butuh hiburan.Jovan memegang pelan tangan Ayana yang mencengkeram, agar tenang. "Tidak ada yang akan menyak
Sedang di kamar sebelah. Kejadian itu tidak masuk pada bagian pikiran Jovan. Dia kini masih malas menutup mata. Dia enggan kembali pada mimpi buruknya.Insomnia, dia susah untuk tidur. Saat dia sangat lelah, dia bisa terlelap. Namun, tidak akan menghindarkannya dari mimpi buruk.Mimpi buruk itu akan selalu hadir saat Jovan tidur.Jovan membuka laptopnya. Dia lekas mencari informasi tentang Kanigara.*J Company akan bekerja sama dengan Perusahaan Asing.*Jovan membaca berita itu. Tangannya mengepal kuat. Meski dia tidak menahu saat itu, tapi Jovan paham. J Company adalah Perusahaan yang dirintis 3 sekawan. Papanya serta dua teman lainnya, yang salah satunya adalah Kanigara.Sayang sekali, dulu Mamanya tidak suka dengan sosialita. Dia jarang bergaul dengan para Istri pengusaha. Hingga Jovan baru bertemu Kanigara sekali, dan belum pernah bertemu oleh satu teman Papanya yang lain."Nikmati sisa hidupmu saat ini. Aku pastikan akan menghabisimu dengan tanganku sediri!" geram Jovan. Dia melih