Share

Bab 6

Jam menunjukkan pukul delapan malam dan Aruna kini berada di ruang tamu rumahnya. Tidak sendirian, karena di sana dia bersama dengan Adnan dan kakak Adnan yang belum Aruna ketahui siapa namanya. Mereka juga tidak hanya bertiga, karena di depan mereka ada seseorang dengan dua pengawalnya yang tak lain dan tak bukan adalah rentenir yang meminjamkan uang pada ibu Aruna.

"Kalau bayarnya dengan rumah ini bagaimana?" Aruna bertanya dengan suara pelan. Pria baya dengan perawakan sangar itu menatap sekeliling, pada rumah yang menjadi satu-satunya harta peninggalan orang tua Aruna.

"Berikan catatannya pada mereka." Pria rentenir itu berucap. Lalu salah satu dari pengawalnya menyerahkan sebuah kertas yang berisi catatan hutang ibu Aruna. Aruna menerimanya dengan jantung berdebar, dan dia hampir saja berteriak saking kagetnya melihat nominal hutang yang tertera di atas kertas tersebut.

"I-ini sungguhan segini?" Aruna bertanya, merasa tak percaya. Posisi Aruna sekarang duduk diapit oleh Arkan dan Adnan. Jadi sepasang adik kakak tersebut bisa ikut melihat isi kertas yang Aruna pegang.

"Ini sudah dengan semua bunganya?" Adnan bertanya penasaran. Rentenir itu menganggukkan kepala.

"Pantes aja," gumam Adnan. Lalu dia menatap kakaknya yang terlihat santai saja setelah melihat nominal utang mendiang ibu Aruna, yang jelas menjadi tanggungan Aruna sekarang.

"Mau dibayar dengan apa? Tunai atau transfer?" Arkan bertanya. Rentenir itu mengerutkan kening, terlihat tidak percaya melihat ketenangan Arkan sekarang. Rentenir itu meminjamkan uang pada ibu Aruna selama bertahun-tahun dan cukup tahu seluk-beluk kehidupan ibu Aruna. Makanya dia heran saat berhadapan dengan Arkan yang sangat asing namun berkata akan melunasi semua utang ibu Aruna, dengan syarat mereka tak boleh lagi mengganggu atau menemui Aruna.

"Kau yakin mampu membayar semuanya secara tunai?" Rentenir itu bertanya dengan nada meragukan.

"Hei! Kalian aja yang nggak tahu siapa kakakku sebenarnya. Jangan meremehkan dia," ujar Adnan dengan kesal. Rentenir itu menatap mereka bertiga bergantian lalu menyerahkan sebuah kertas pada Arkan yang bertuliskan nomor rekeningnya.

"Jika mau membayar menggunakan rumah ini juga, kalian tinggal bayar setengah dari nominal yang tertulis," ucap rentenir tersebut. Arkan tak bicara dan langsung mengambil ponselnya. Dia mengotak-atik ponselnya, lalu kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku jas saat selesai.

"Selesai. Silakan cek," ucap Arkan. Rentenir itu mengerutkan kening dan dengan sedikit terburu-buru mengeluarkan ponselnya. Dia memeriksa rekeningnya, dan matanya membulat saat melihat nominal uang yang masuk ke dalam rekeningnya. Arkan melunasi semuanya dalam satu kali transaksi tanpa dicicil. 

"Utangnya lunas dan rumah ini tetap miliknya," ucap Arkan ditujukan pada Aruna. Aruna yang duduk di samping Arkan hanya bisa menatap pria itu dengan bingung. Rumah ini tidak jadi dijual?

Rentenir itu terlihat salah tingkah karena sudah meragukan Arkan. Dia dan para pengawalnya pun langsung pergi dari rumah Aruna tanpa sepatah kata pun. Dan Aruna merasa lega sekarang. Namun dia langsung teringat dengan dua sosok laki-laki yang duduk di sampingnya sekarang.

Semua itu tidak gratis kan? Dia harus memberikan imbalan sesuai surat perjanjian yang Aruna baca siang tadi.

"Run, semua sudah selesai ya. Kamu gak harus pusing mikirin utang mendiang ibumu lagi. Kamu juga gak usah takut dengan ayah tirimu. Dia gak akan bebas dengan cepat," ucap Adnan. Aruna tersenyum ke arah Adnan, merasa lega sekarang.

"Terima kasih banyak," ucap Aruna. Adnan tersenyum dan mengangguk. Arkan langsung berdiri dan berjalan keluar dari rumah Aruna. Tak lupa dia mengajak Adnan untuk segera pulang.

"Kamu sudah aman sekarang. Besok aku dan Delia jemput kamu ke sini. Kita ke kampus bareng," ucap Adnan. Aruna mengangguk pelan. Dia ikut berdiri dan mengantarkan Adnan sampai pintu depan. Adnan masuk ke dalam mobil dan melambaikan tangan pada Aruna. Aruna hendak membalas lambaian tangan Adnan, namun tubuhnya mendadak kaku saat Arkan menoleh ke arahnya dan menatapnya dengan tatapan tajam. 

Tak lama, mobil yang ditumpangi oleh Arkan dan Adnan pun melaju di keheningan malam, meninggalkan rumah Aruna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status