Share

Janda Milik Sang Aktor
Janda Milik Sang Aktor
Penulis: Hannfirda

01. Kepergok Paparazzi

"AAAAKKK!!!!!"

Bugh!

"Aduh! Masa depanku!"

Sebuah kekacauan baru saja terjadi di balik pintu kamar hotel bernomorkan 707. Seorang wanita muda duduk terengah-engah sambil mencengkeram selimut, sementara pemuda yang bertelanjang dada terjatuh akibat tendangan dari si wanita.

Si pemuda kepayahan berdiri setelah mendapatkan tendangan pada pusat tubuhnya. Pagi-pagi begini, keperkasaannya dihantam secara memalukan. Siapapun yang berbuat demikian, pemuda itu takkan membiarkan si pelaku lolos.

Noah Alejandro menatap nyalang seseorang yang berada di atas ranjang dengan tampang awut-awutan. "Heh! Lihat apa yang sudah kamu perbuat! Ini kalau ada apa-apa sama masa depan saya, saya bakalan menuntut kamu untuk meminta ganti rugi!"

"Lah? Ganti rugi? Memangnya burungnya bisa dibenerin lagi?" Celetukan si wanita membuat Noah bertambah kesal.

"Pokoknya saya nggak mau tau, kamu harus bertanggugjawab! Kalau saya impoten gimana? Memangnya kamu sanggup berdirikan lagi?!"

"Astaga!" Si wanita melempar selimut setelah menyadari dirinya masih berpakaian utuh seperti semalam. "Seharusnya saya yang meminta tanggungjawab! Bagaimana bisa kamu datang ke kamar saya dan tidur pakai wajah mesum seperti tadi? Kamu pikir saya nggak takut? Ya takut! Makanya langsung saya tendang!"

Dahi Noah berkerut bingung. "Kamar kamu? Ini kamar saya! Hey! Manusia mana lagi yang sudah membayar kamu untuk menjebak saya, hah?!"

Si wanita menggerutu tak jelas, lalu melangkah secepat kilat untuk membuka pintu. Diperlihatkannya nomor yang tertera pada daun pintu. Noah membelalak. Nomor 707. Ini bukan kamarnya.

"Nah! Sekarang, Tuan Impoten—saya doakan beneran impoten baru tau rasa kamu. Gimana? Mau keluar sekarang atau saya panggilkan satpam?" Ancam si wanita.

Meskipun salah, Noah tak mau mengalah. Apalagi setelah masa depannya dipermalukan seperti tadi. Noah berdeham, meninggikan dagu seolah dia yang benar. "Oh ya? Mungkin kamu sengaja membayar petugas hotel buat mengganti nomornya kan? Dibayar berapa sih? Kok mau-mau a—"

"Halah! Cepetan keluar!" Si wanita mencubit tengkuk Noah seraya mendorong pemuda itu agar cepat keluar.

"Eh? Eh? Saya bukan kucing ya! Kamu nggak tau siapa saya? Saya ini ak—"

"Noah Alejandro. Aktor yang lagi naik daun gara-gara perannya di Beautiful Cases. Ya! Saya tau, karena saya sendiri gumoh tiap tau kamu mondar-mandir di agensi seperti monyet."

"Lho? Kamu tau saya? Kerja di Hacer juga?"

Noah bertanya seperti orang linglung, tetapi si wanita tak menggubris. Noah yang berusaha untuk mengambil kausnya pun tidak bisa, sebab si wanita mendorong tubuhnya sekuat tenaga. Pemuda itu akhirnya keluar, lalu pintu di belakangnya menutup keras sehingga menyumbangkan sedikit angin yang menerpa wajah tampannya.

Tiga detik setelahnya, pintu tersebut kembali membuka disertai lemparan kaus putih polos milik Noah. Memejamkan mata, Noah berdecak kesal lantaran bukan pagi yang baik untuknya. Pemuda itu masih berdiri di depan kamar si wanita saat mengenakan kaus, menyuguhkan tatapan tajam seolah-olah sedang berhadapan.

"Siapapun kamu, kamu nggak akan lolos dari pengawasanku, wahai betina!"

Noah berlalu dengan kekesalan yang memuncak. Dia sudah mengingat wajah si wanita yang akan dimintai pertanggungjawaban nanti.

Akan tetapi, pemuda itu tak menyadari adanya seseorang yang mengamati semuanya dari salah satu pintu kamar lain.

•••••

Tara membuka jendela kamarnya, sebab membutuhkan udara segar. Entah bagaimana bisa salah satu aktor yang berada di bawah naungan sama dengannya itu tidur di kamarnya. Walaupun tak pernah bertegur sapa, Tara mengenali pemuda bernama Noah yang sedang digandrungi oleh kaum Hawa itu.

Berkat debut aktingnya yang memukau sebagai pemeran laki-laki kedua, Noah mendapatkan banyak pujian serta cinta dari para penonton. Tiap mengingat betapa banyak orang yang berdesak-desakan di depan kantor agensinya hanya untuk melihat datangnya Noah, Tara hanya mampu mendengus kesal.

Dia tidak bisa protes lantaran pekerjaannya tidak memiliki sangkut paut dengan pemuda itu. Menurut pembicaraan panas orang-orang yang gemar menggibah, sisi gelap yang dimiliki Noah ialah mempermaikan para perempuan. Dari yang muda sampai yang tua, pemuda yang usianya terpaut 3 tahun di bawah Tara itu senang sekali menebar pesona dan menghilang seenak jidat.

Sejak nama pemuda itu mengudara beberapa waktu lalu, Tara sudah kesal duluan saat melihat wajahnya. Noah memang tampan, tapi Tara mempunyai firasat jika pemuda itu hobinya hanya bermain-main saja. Beruntung, selama ini dia tak pernah berdekatan dengan Noah.

Akan tetapi, dia masih tidak mengerti akan kejadian pagi ini. Tara terbangun dalam pelukan Noah. Suatu mimpi buruk yang sangat ingin Tara lempar ke lautan. Lalu perkataan Noah tadi telah membuktikan bahwa pemuda itu memang mesum.

"Cih! Impoten? Ya beneran kalau tendanganku bisa bikin bocil kematian kayak dia impoten. Biar tau rasa!"

Merasa tak ada waktunya memikirkan Noah dan seretetan insiden menyebalkan tadi, Tara memutuskan untuk membersihkan dirinya. Dia harus bersiap untuk sambutan terakhir mengenai serangkaian acara berkedok liburan yang dilakoninya ini.

Semalam, dia meninggalkan pesta di ballroom lebih awal. Entah gosip terpanas apa saja yang tertinggal, dia harus bertemu dengan rekan dekatnya yang merupakan seorang produser. Benar saja, seseorang yang kerap dipanggil sebagai Cell PD itu sudah menempati salah satu meja makan. Setelah mengambil sepiring sarapan, Tara menghampiri Cell.

"Mukamu kok kayak kertas lecek gitu, Cell? Ada kendala kah?" tanya Tara basa-basi.

"Hidupku udah penuh kendala, Tara. Kamu tau? Untuk beberapa waktu, aku pengin banget kerja santai kayak kamu yang bisa ketemu sama penyanyi luar negeri atau penulis luar negeri favoritku. Sementara aku? Semalam nggak sanggup ikutan pesta karena Pak Roy minta revisi. Di luar rumah pun masih disuruh banting tulang." Cell memasang tampang memelasnya.

Tara mengulum senyum. Meneruskan makan sementara lalu-lalang orang dari agensi yang dinaunginya mulai berdatangan untuk sarapan. Salah satu penata artis kesayangannya datang dengan wajah tertekuk. Tara terheran-heran. Apakah pagi semua orang di sini sedang tidak baik-baik saja?

Selagi mengamati sekeliling, sudut mata Tara mendapati pemuda yang pagi ini berhasil memicu amarahnya. Dikarenakan pemuda tersebut bersama dengan manajer dan rekan sesama aktor yang lain, lebih baik Tara berpura-pura tidak tau saja.

Memang tidak terjadi apa pun di antara dirinya dan Noah semalam, tapi orang-orang akan tetap berpikiran yang tidak-tidak. Apalagi dengan statusnya sebagai janda ini, yang ada semua tuduhan buruk itu akan melayang ke arahnya bak bom atom.

Sudah mati-matian menyembunyikan diri, Tara malah bertemu tatap dengan Noah yang berhasil menemukan keberadaannya. Tara membuang muka, enggan membuat kontak lebih lanjut dengan aktor muda menyebalkan yang mesum itu.

Ketika melirik untuk memastikan arah pandang Noah saat ini, rupanya pemuda itu tengah melihat ponsel dengan ekspresi terkejut yang tidak menggugah rasa penasaran Tara sama sekali.

"Eh, Tar! Lihat deh!"

Cell menyodorkan ponselnya, memperlihatkan satu artikel dan sebuah bukti berupa foto. Tadinya Tara tak mau membaca lagi. Tetapi foto seorang pemuda yang tengah mengenakan kaus putih polos di depan kamar bernomorkan 707 itu berhasil mencuri kesadaran Tara sepenuhnya.

"I-ini kan ...."

Sial! Kenapa bisa ada paparazzi di dalam hotel sih?

•••••

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status