Share

4. Tengah Malam

Lavira secara perlahan membalikkan tubuhnya saat merasa Avram sudah keluar dari dalam kamarnya. Gadis itu merasa bingung sekaligus penasaran dengan tujuan laki-laki itu saat ini. “Dia ingin ke mana malam-malam seperti ini? Bukannya dia tidak pernah keluar dari mansion ini, ya?” gumam Lavira penasaran.

Cklek …

Lavira terkejut saat mendengar suara pintu kamar kembali terbuka. Dengan gerakan cepat Lavira kembali memejamkan matanya sambil berdoa di dalam hati. ‘Aku harap dia tidak menoleh ke sini,’ batin Lavira berharap.

Terkabul, Avram benar-benar tidak menoleh sama sekali ke arah Lavira. Mengetahui itu, Lavira dapat bernapas lega. Gadis itu mengintip setiap pergerakan Avram dari mata sedikit berkedip-kedip.

Deg …

Napas Lavira tercekat dengan jantung yang seakan berhenti berdetak. Gadis itu dapat melihat Avram mengambil benda kecil dari dalam sebuah lemari. Benda kecil yang sangat mengerikan di mata Lavira.

‘Pi-pisau? Untuk apa dia membawa pisau malam-malam seperti ini? Terus dia ingin ke mana dengan membawa pisau itu?’ batin Lavira kaku.

Seketika bayang-bayang hal mengerikan muncul di kepala Lavira. Apalagi perkataan orang-orang tentang bagaimana kejamnya Avram. Panggilan psikopat gila yang melekat pada diri Avram juga langsung hadir di dalam benak Lavira.

‘Apa itu semua memang benar? Itu bukan hanya sekadar berita bohongan seperti berita tentang wajahnya? Aku harap itu semua hanya berita asal.’ Lavira kembali membatin dengan sebuah keinginan dan harapan di dalam hatinya.

*****

Seorang laki-laki berjalan di dalam kegelapan malam. Laki-laki yang sedang memakai jaket hitam, topi hitam dan juga masker hitam. Tatapan mata laki-laki itu terlihat dingin dan tajam.

“Tuan, Anda sudah sampai,” sapa Rino kepada Avram.

Yah, laki-laki bermasker hitam itu adalah Avram. Laki-laki itu seakan seperti kelelawar. Jika di siang hari dia akan mengurung diri di dalam sebuah ruangan. Maka malam hari dia akan keluar dari kandang. Sebab jiwa iblis Avram yang selalu haus darah membuat laki-laki itu selalu mencari target.

“Mana?” tanya Avram datar.

“Di sana, Tuan. Dia sedang berada di dalam mobil. Sedang bermain panas dengan salah satu selingkuhannya.” Rino menyahut sambil menunjuk sebuah mobil yang tidak jauh dari sana.

Avram mengikuti arah tunjuk Rino. Laki-laki itu menatap dingin sebuah mobil yang nampak bergoyang-goyang tidak jelas. Beberapa detik kemudian Avram menyeringai iblis.

“Orang seperti ini bagus jika dipotong-potong, dan dimulai dari alat kenikmatannya itu.” Avram berdesis sambil menyeringai nampak begitu mengerikan.

Tanpa merasa ragu dan takut, Avram mulai melangkah dan mendekat ke arah mobil itu. Avram melangkah begitu santai seakan tanpa beban. Mata tajam laki-laki itu terus menatap dingin pergerakan mobil di depan sana.

Tok … tok … tok …

Tanpa rasa ragu, Avram langsung mengetuk kaca jendela mobil. Aksi laki-laki itu jelas menghentikan pergerakan mobil. Sepertinya para manusia yang berada di dalam mobil itu saat ini sedang merasa kesal dengan aksi Avram yang mengganggu pergelutan panas mereka.

Drett …

Kaca mobil itu perlahan terbuka dan memperlihatka sosok sepasang paruh baya di dalam sana. Sapasang paruh baya yang saat ini sedang bertelanjang tanpa terbalut sehelai benang pun. Nampak raut kesal di wajah laki-laki paruh baya yang sekarang sedang menatap tajam Avram.

“Apa kau? Mengganggu saja,” ucap laki-laki paruh baya itu kesal.

“Ingin bermain bersama?” tutur Avram datar.

“Heh, tidak ada modal sekali kau. Kalau kau memang ingin, pergi sewa p*lacur. Kenapa malah meminta jatah dari kekasihku?” balas laki-laki paruh baya itu terlihat semakin kesal.

“Maksudku bukan bermain itu,” tutur Avram masih begitu datar.

Kening laki-laki paruh baya itu berkerut tidak paham dengan maksud kalimat Avram. “Apa yang kau bicarakan? Pergi sana, aku tidak ada waktu untuk melayani pembiraan tidak bermutumu itu. Kau mengganggu kesena ….”

“Aaaaaaa.” Wanita paruh baya yang berada di sana terpekik terkejut sekaligus ketakutan dengan aksi tiba-tiba yang dilakukan oleh Avram. Aksi kekerasan itu membuatnya bergetar di tempat.

“Akhh … khrook!” Suara laki-laki paruh baya itu terdengar membuat keadaan semakin mencekam. Keadaannya sudah tidak baik-baik saja dan hal itu terasa sangat menegangkan. Wanita paruh baya yang berada di dalam mobil yang sama sudah terdiam dengan tubuh semakin bergetar ketakutan.

Cklek … bruk …

Avram membuka pintu mobil sehingga membuat tubuh laki-laki paruh baya itu ambruk ke atas aspal. “Toh-tolong jangan sakiti saya,” cicit wanita paruh baya ketakutan.

Avram nampak begitu menakutkan kali ini. Bahkan Rino yang sedang memperhatikan aksi atasannya itu sudah merinding merasa ngeri. “Meski sudah biasa aku melihat kekejamannya ini. Tapi aku tetap tidak bisa terbiasa. Aku harap akan ada seseorang yang akan menyiram api kegilaan di dalam tubuhnya ini,” gumam Rino berharap.

*****

“Ah, ya ampun. Untung aku bangun lebih cepat. Hampir aku terlambat ini.” Lavira berbicara sambil menatap jam dinding di dalam kamar itu.

Saat sedang menggulir bola matanya. Lavira menangkap sosok berwajah tampan di atas ranjang luas itu. Lavira terpana melihat wajah damai Avram di saat tertidur pulas seperti itu. ‘Dia benar-benar tampan, eh … jam berapa dia kembali? Karena terlalu lelah, aku sampai tidak tahu kapan dia kembali ke kamar,’ batin Lavira.

Beberapa detik kemudian Lavira tersadar dari alam lamunannya. Gadis itu menepuk pipinya sedikit kuat untuk menyadarkan dirinya sendiri. “Malah melamun, aku harus segera memasak supaya bisa segera berangkat ke sekolah,” gumam Lavira.

Setelahnya gadis itu bergegas masuk ke dalam kamar mandi sekadar untuk mencuci wajahnya. Gadis itu harus segera menyiapkan sarapan pagi untuk Siara dan dua anaknya. Jika tidak, bisa dipastikan Lavira akan menjadi bahan amukan ibu dan anak itu.

Lavira kembali menatap menatap wajah tampan Avram sejenak sebelum keluar dari ruangan itu. “Yah, setidaknya wajah tampannya itu bisa menjadi penyemangat bagiku. Hihihi.” Lavira berucap sambil terkekeh bodoh di ujung kalimatnya.

“Ah, akhirnya selesai juga. Jadi aku bisa segera bersiap untuk ke sekolah,” gumam Lavira lega.

Setelah beberapa menit bergelut dengan peralatan dapur. Akhirnya menu sarapan pagi yang dibuat gadis itu jadi juga. Dengan begitu Lavira bisa segera menyiapkan diri untuk segera ke sekolah.

‘Kira-kira dia sudah bangun atau belum, ya?’ Lavira membatin sambil berjalan menuju lift mansion mewah keluarga Dakasa.

Bruk …

“Akhh ….” Lavira meringis saat pantatnya baru saja menyapa dinginnya lantai licin itu. Lavira mendongak dan melihat keberadaan tiga pelayan sedang menatapnya sinis.

“Jalan itu pakai mata,” ketus salah satu pelayan begitu berani kepada Lavira.

“Hei, kenapa kalian berlaku tidak sopan kepada Nona Lavira? Dia adalah istri dari Tuan Dakasa.” Suara seseorang mengambil alih perhatian sekumpulan manusia itu. Nampak satu pelayan berjalan cepat ke arah mereka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status