Share

3. Tidak Tidur

Avram mengalihkan pandangannya saat mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Laki-laki itu bisa menebak jika perempuan yang sudah berstatus sebagai istrinya itu sekarang sedang mandi. Avram akhirnya mendudukkan tubuhnya di atas ranjang sambil menyibukkan dirinya dengan benda pipih di tangannya.

Kening laki-laki itu berkerut saat melihat sebuah benda dari dalam tas Lavira yang berada di dekat kakinya. Secara perlahan Avram menunduk dan menatap benda itu dengan wajah bingung. “Benda apa ini? Kenapa bentuknya lain seperti ini? Ah, tapi … sepertinya aku pernah melihat benda ini,” gumam Avram mencoba mengingat sesuatu.

Bebera detik kemudian mata laki-laki itu melotot saat mengingat sesuatu. Avram juga menarik kepalanya dan duduk tegak. “Kenapa dia tidak meletakkan benda itu di bagian dalam? Malah meletakkan dalaman di bagian luar,” gumam Avram tidak habis pikir.

Setelahnya laki-laki itu kembali menyibukkan dirinya kepada benda pintar di tangannya. Wajah laki-laki itu masih terlihat datar tidak berekspresi. Mata tajam Avram bergerak pelan mengikuti setiap pergerakan layar ponselnya.

Cklek …

Suara pintu terbuka tidak mengalihkan perhatian Avram. Laki-laki itu masih menunduk dan sibuk dengan telepon genggamnya. Entah Avram sengaja atau memang tidak berminat untuk menatap wajah istrinya.

Berbeda dengan Lavira yang nampak masih sibuk dengan handuk di atas kepalanya. Gadis itu masih tidak menyadari keberadaan Avram yang sedang duduk di tepian ranjang. Tepat saat Lavira mengangkat kepalanya, mata gadis itu melotot seakan ingin keluar dari porosnya.

Glek …

Lavira menelan salivanya kasar menatap takut ke arah Avram yang masih sibuk dengan telepon genggamnya. Namun, mata gadis itu melembut saat melihat setiap ukiran wajah Avram yang tidak terlalu jelas karena laki-laki itu sedang menunduk. Cahaya lampu benda pipih di tangan Avram bisa membuat Lavira melihat wajah Avram cukup jelas.

‘Di-dia Tuan Dakasa? Rumor mengatakan dia berwajah buruk rupa. Tapi ini … sangat berbanding terbalik. Wajahnya memang tidak seperti manusia, mungkin bisa disebut laki-laki berwajah malaikat. Sangat tampan, dan … aku baru tahu ternyata rambut putih bukan hanya dimiliki bagi orang yang berumur lanjut. Dia malah semakin terlihat tampan dengan rambut putih keabu-abuan itu,’ batin Lavira terpesona dengan ketampanan Avram.

“Ma-maafkan saya, Tuan. Saya lancang mengg ….”

“Menyingkirlah, aku ingin ke kamar mandi,” sela Avram dengan suara dinginnya.

Glek …

Untuk kedua kalinya Lavira menelan salivanya kasar. Suara berat nan dingin itu menusuk telinganya. Namun, entah kenapa Lavira malah merasa senang bisa mendengar suara berat setengah serak itu. Terdengar menggoda di indera pendengaran para wanita.

Lavira tidak bersuara lagi, gadis itu memilih menyingkir tidak ingin memancing amarah Avram. Avram berdiri saat tahu Lavira sudah menjauh dari pintu kamar mandi. Laki-laki itu masih tidak mengangkat pandangannya. Sepertinya Avram sengaja karena memang tidak tertarik untuk melihat wajah perempuan yang berada satu ruangan dengannya itu.

‘Astaga, dia tinggi sekali ternyata. Sepertinya jika berdekatan, aku hanya akan berada di bawah ketiaknya.’ Lavira membatin sambil mencuri pandang ke arah Avram yang mulai berjalan ke arah kamar mandi.

Cklek …

Pintu kamar mandi itu tertutup menelan tubuh kekar Avram. Lavira mengangkat kepalanya dan menatap pintu kamar mandi itu dengan pandangan penuh arti. “Ah, dia sama sekali tidak melihat ke arahku. Aku tahu dia pasti enggan melihat wajah buruk rupaku ini. Tapi … aku merasa senang dengan itu. Jadi aku tidak perlu malu untuk memperlihatkan wajah bulukku ini,” gumam Lavira.

Gadis itu mulai berjalan mendekat ke arah tas miliknya. “Huh, dia sangat tampan. Meski pernikahan ini sama sekali tidak seperti pernikahan pada umumnya. Aku merasa sangat malu menyandang status sebagai istrinya. Bagai langit dan bumi, perbandingan kami sangat jauh,” sambung Lavira bergumam.

Beberapa menit berlalu, Lavira menoleh ke sekeliling ruangan itu. “Astaga, di sini hanya ada satu ranjang. Aku yakin dia tidak akan sudi tidur satu ranjang denganku. Lagipula aku juga tidak kuat, bisa jantungan aku. Aku tidur di atas sofa saja,” tutur Lavira.

Lavira bergerak ke arah sofa berniat membaringkan tubuh lelahnya. Kegiatannya seharian ini cukup padat sehingga membuatnya benar-benar kelelahan. “Semoga aku bisa tertidur malam ini. Ayo cepat tidur.” Lavira bergumam sambil memejamkan matanya.

Beberapa menit mencoba untuk tertidur. Namun, semuanya sia-sia, sebab pikiran Lavira masih bercabang membayangkan wajah tampan Avram. Gadis itu menjadi kesulitan untuk tidur sebab wajah tampan laki-laki yang berstatus sebagai suaminya selalu merasuki isi otakk Lavira.

Cklek …

Lavira terkejut saat mendengar suara pintu terbuka. Bisa gadis itu tebak jika Avram sudah selesai dengan kegiatan membersikan diri. Mengetahui itu, Lavira merasa semakin tidak tenang. ‘Astaga, apa malam ini aku tidak akan tidur? Besok 'kan harus sekolah,’ jerit Lavira di dalam hati.

Deg … Glek …

Darah Lavira terkesiap bahkan gadis itu menelan air liurnya susah payah saat Avram melintas di depan matanya. Bukannya tanpa alasan rasa terkejut Lavira. Pasalnya Avram keluar tanpa busana dan hanya memakai handuk saja untuk menutupi tubuh bagian bawahnya.

Laki-laki itu malah berjalan santai dengan penampilan seperti itu di depan mata Lavira. Hal itu terlihat jelas di bola mata Lavira. Tubuh kekar yang setengah basah itu membuat pikiran liar Lavira berkelana jauh ke negeri kayangan.

‘Kenapa dia keluar dengan penampilan seperti itu? 'Kan pikiran liarku jadinya terpancing untuk berjalan-jalan,’ pekik Lavira di dalam hati.

Avram sendiri nampak acuh dan merasa tidak terganggu dengan aksinya sendiri. Sebab memang laki-laki itu sudah biasa melakukan semua hal berdasarkan keamuannya. Laki-laki itu memang nampak santai berjalan melewati Lavira ke arah pintu walk in closet.

“Hufft, astaga. Hampir keluar bola mataku karena pemandangan indah itu. Oh, tidak, kenapa sekarang aku tidak polos lagi? Sudahlah, lebih baik aku menoleh ke sini saja. Sepertinya lebih aman.” Lavira bergumam sambil membalikkan tubuhnya ke arah sandaran sofa.

Tidak sampai sepuluh menit, Avram kembali keluar dari ruangan walk ini closet. Laki-laki dingin itu menoleh dan menatap sosok kecil yang sedang bergelung di atas sofa. Hanya beberapa detik, sampai pada akhirnya laki-laki itu menaiki hamparan empuk itu tanpa menaruh rasa ketertarikan kepada Lavira.

Setidaknya satu kemajuan, di mana Avram mengizinkan Lavira masuk dan ikut berbagi ruangan dengan laki-laki yang terkenal misterius itu. Sampai saat ini, Lavira adalah orang kedua setelah Rino yang berhasil melihat wajah tampan Avram. Sebenarnya tanpa orang-orang lihatpun, mereka bisa saja menebak seperti apa tampannya wajah Avram. Sebab, mendiang ayah Avram adalah laki-laki tampan dan mendiang ibunya juga merupakan wanita yang sangat cantik. 

Tring … Tring … Tring …

Suara telepon genggam Avram menggema di dalam ruangan itu. Laki-laki dingin itu meraih benda pipih yang berada di atas nakas di samping ranjangnya. Setelahnya laki-laki itu mengangkat panggilan telepon itu.

“Hem,” deham Avram singkat.

“Saya sudah menyiapkan segalanya, Tuan. Saya sedang di lokasi saat ini,” ucap Rino di seberang telepon.

Avram menyeringai mendengar perkataan Rino. Setelahnya laki-laki itu kembali turun dari atas ranjang. “Aku akan segera ke sana,” tutur Avram dengan nada datarnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Deltha FY SPd
ceritanya bgs Thor ak suka tp knp skrg poinnya Senin kecil PD hal ak rajin baca cerita" di sini......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status