Share

7. Biodata

‘Dia memanggil perempuan itu dengan panggilan Nyonya Dakasa. Sedangkan aku selama ini hanya dipanggil Nyonya Siara,’ rutuk Siara di dalam hati.

Lavira menatap Rino dengan pandangan tidak paham gadis itu tidak mengenal siapa Rino. Melihat kebingungan dan raut polos Lavira, Rino kembali bersuara. “Maafkan saya, perkenalkan nama saya Rino Putra. Saya adalah asisten sekaligus tangan kanan Tuan Dakasa,” tutur Rino memperkenalkan diri.

‘Oh, jadi dia tangan kanan Tuan Dakasa? Tapi kenapa dia begitu sopan kepadaku, apalagi dia memanggilku Nyonya Dakasa?’ batin Lavira tidak paham.

“Tuan Rino kenapa harus berucap sopan seperti itu kepadanya? Dia tidak pantas diperlakukan seperti itu. Dia kan hanya penebus hutang,” papar Feria nampak tidak suka melihat Rino berbicara begitu lembut dan sopan kepada Lavira. Sedangkan saat bersamanya selama ini, Rino bahkan tidak pernah menanggapi kalimat Feria.

“Mari, Nyonya. Saya antar ke sekolah,” Rino bersuara kembali menghiraukan kalimat Feria. Jelas saja hal itu membuat Feria merasa kesal dan marah. Gadis itu menatap benci ke arah Lavira, isyarat akan rasa benci.

“Silakan masuk, Nyonya.” Rino berucap sambil membukakan pintu mobil untuk Lavira.

“Ekhm … maaf, Tuan Rino. Sepertinya Anda tidak harus melakukan hal ini untukku. Aku juga tidak pantas menyandang status sebagai Nyonya Dakasa. Aku hanya ….”

“Apapun itu, Anda adalah istri sah Tuan Dakasa di mata hukum dan agama. Jadi tidak ada kata tidak pantas bagi Anda untuk tidak menyandang status Nyonya Dakasa. Sudahlah, hari sudah semakin siang. Anda bisa terlambat ke sekolah,” papar Rino dengan suara tegasnya.

Lavira terpaksa mengikuti kalimat Rino. Gadis itu tidak biasa untuk berdebat dengan orang lain sebab sudah terlalu terbiasa patuh kepada orang lain. Lagipula apa yang dikatakan oleh Rino ada benarnya. Hari sudah semakin siang, dia bisa telambat ke sekolah.

*****

“Siapa yang menyuruhmu untuk mengantarnya?” tutur Avram dingin.

Rino menundukkan kepalanya kepada Avram. “Maafkan saya, Tuan. Tidak ada yang menyuruh saya. Itu semua saya lakukan berdasarkan keinginan saya saja, Tuan,” sahut Rino.

Avram menatap datar wajah Rino. Setelahnya laki-laki itu tersenyum miring ke arah asistennya itu. “Kau menyukainya?” tanya Avram tiba-tiba.

Jelas saja pertanyaan Avram membuat Rino sangat terkejut. Laki-laki itu menghela napas pelan sebelum menyahut kalimat Avram. “Bukan seperti itu, Tuan. Saya melakukan itu karena menurut saya dia pantas. Bagaimanapun dia adalah istri Anda, Tuan. Jadi saya sebagai asisten Anda, sudah seharusnya ikut melayani istri Tuan,” jelas Rino.

Avram menatap wajah Rino seakan menilai. Laki-laki itu tidak menemukan guratan kebohongan di wajah Rino. Merasa tidak penting membahas itu, Avram berdiri dari duduknya dan memberikan sebuah file kepada Rino.

“Pantau dia seharian ini, dia akan menjadi targetku nanti malam,” ucap Avram.

Rino menatap biodata di dalam sebuah map itu. Setelahnya laki-laki itu mengangguk paham. ‘Yah, setidaknya Tuan Dakasa tidak akan membunuh orang yang tidak bersalah untuk melepaskan sifat iblisnya,’ batin Rino.

Memang benar, sekejam apapun Avram. Sampai sejauh ini laki-laki itu tidak pernah membunuh orang yang tidak bersalah. Avram akan mencari target yang memiliki setumpuk catatan hitam yang berkaitan dengannya ataupun tidak berkaitan sama sekali.

“Nanti malam bertindak di mana, Tuan?” tanya Rino.

“Pancing dia ke bangunan kosong blok M,” sahut Avram.

“Baik, Tuan,” sahut Rino patuh.

“Kau kembalilah ke kantor, nanti aku kirim materi baru,” titah Avram.

“Nanti ada rapat dengan kolega baru, Tuan. Apa perlu kita lakukan rapat online?” tanya Rino.

“Tidak usah, kau saja yang menghandle semuanya. Aku hanya akan turun kalau itu memang benar-benar penting,” sahut Avram.

“Tapi, Tuan. Apa tidak sebaiknya Anda mulai memperlihatkan diri Anda? Semua karyawan sudah mulai ada yang memberontak dengan alasan pemimpin yang tidak terlihat. Sepertinya mereka dihasut oleh Tuan Fero dan Nyonya Siara. Mereka memperlakukan karyawan dengan tujuan ingin mendapat suara,” papar Rino serius.

Avram hanya tersenyum miring menanggapi kalimat Rino. Laki-laki itu nampak tidak merasa terganggu ataupun merasa terbebani dengan laporan dari asistennya itu. “Biarkan saja mereka untuk saat ini. Aku hanya akan memantau sampai mana mereka bertindak. Nanti jika sudah merasa puas, aku akan bertindak. Aku masih merasa nyaman dan betah dengan keadaan sekarang,” jawab Avram.

Rino menatap Avram dengan pandangan penuh arti. Setelahnya laki-laki itu menghela napas pelan. Dia sudah begitu kenal sifat dan karakter Avram seperti apa.

“Baiklah, kalau begitu saya permisi untuk kembali ke kantor, Tuan,” pamit Rino.

“Kirimkan aku biodata putri Amrin itu,” pungkas Avram tiba-tiba.

Rino terkejut mendengar kalimat Avram. Setelahnya laki-laki itu tersenyum tipis sambil mengangguk senang. “Baik, Tuan. Akan segera saya kirimkan biodata lengkapnya,” sahut Rino nampak lebih bersemangat.

‘Aku harap kamu bisa menghangat karena gadis kecil itu, Tuan. Aku menilai jika karakter lembut dan polos milik Lavira Amrin ini sangat sesuai dengan karakter keras dan dingin milik Tuan Dakasa. Aku juga merasakan aura yang cukup kuat dari tubuh gadis itu. Dia memang cocok bersanding dengan Tuan Dakasa,’ batin Rino menebak dan berharap.

*****

Joana berdiri dari duduknya dan menatap sosok Lavira yang sedari tadi dia cari. Saat ini mereka sedang berada di kantin sekolah. Joana tersenyum licik menatap Lavira yang masih berjalan ke arah sebuah kursi.

“Jadi dia masih bisa bersekolah?” gumam Joana sinis.

“Kenapa, Jo?” tanya salah satu teman Joana.

Joana menunduk dan menatap satu temannya yang nampak menatapnya bingung. “Tidak apa-apa, itu si gembel. Aku sudah sedari tadi menunggunya. Tanganku sudah gatal,” tutur Joana licik.

Mendengar kalimat Joana, satu teman perempuan itu menoleh ke arah pandang Joana. Setelahnya dia ikut tersenyum jahat menatap keberadaan Lavira. “Iya juga, aku tidak ingat kalau sehari ini kita belum bertemu dengannya,” tutur Kili, teman Joana.

Status Lavira dengan Joana yang merupakan saudara satu ayah memang tidak terekspos. Itu semua karena keinginan Joana yang merasa malu jika mengakui Lavira sebagai saudara tirinya. Wajah Lavira jauh lebih cantik dari Joana, dan hal itu pula yang membuat Joana tidak menyukai Lavira karena merasa iri.

“Ayo kita ke sana, kita kan belum menyapanya sedari tadi pagi,” tutur Joana licik.

“Hah, kalau ini aku suka. Ayo kita bermain,” sahut Kili tidak kalah licik.

Dua siswi itu mulai melangkah mendekat ke arah Lavira yang sedang menyantap makanannya. Lavira hanya makan sendiri sebab gadis itu tidak memiliki satu teman pun. Itu semua karana hampir seluruh murid perempuan di sekolah itu tidak menyukai Lavira. Mereka tidak menyukai Lavira karena mereka merasa iri dengan kacantikan alami Lavira yang selalu sukses mencuri perhatian para laki-laki.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ling - Ling
Lavira cantik......
goodnovel comment avatar
Yanie Sibungo Tanjung
koin nya jangan banyak donk say.. maksimal 5 atau 6..jadi ga boros ......... cerita nya bagus aku suka .........
goodnovel comment avatar
LiaBlue
Jangan lupa tinggalkan komentar biar aku lanjut up terus...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status