Share

Is Beating
Is Beating
Penulis: Ratu sambi

1 Awal

Lampu gemerlap berwarna warni layaknya pelangi menyorot setiap sudut ruangan yang temaram di sebuah club.

Tampat itu sangat ramai suara musik dj menggema di setiap sudut ruangan. Ada beberapa meja di lantai dasar yang sudah penuh dengan para tamu sementara di lantai dua hanya ada beberapa meja dan beberapa ruangan VIP untuk mereka yang datang dan ingin berkaraoke.

Ada juga yang menyewa tempat dikhususkan hanya untuk beberapa orang saja bagi mereka yang ingin bersantai namun tak ingin terganggu dengan tamu yang lain.

Di salah satu ruangan VIP Andrew dan beberapa teman lainnya tak lupa Tad, laki laki keturunan Thailand yang duduk di sampingnya sedang berpesta sambil bersantai menghabiskan waktu malam itu.

Andrew duduk di tengah tengah sofa sementara Tad duduk di sampingnya bersandar mesra.

Semua teman teman Andrew tahu kalau mereka adalah pasangan kekasih sehingga Andrew tak perlu menyembunyikan hal itu.

Dia laki laki yang termasuk anti wanita namun bukan pembenci mereka, dia hanya laki laki yang tak percaya pada seorang wanita karena alasan tertentu. Walaupun begitu dia memiliki banyak teman wanita di sekelilingnya terlebih lagi dia memiliki seorang adik perempuan bernama Bella.

Andrew menghembuskan nafas bersamaan dengan itu kepulan asab rokok keluar dari mulut serta hidungnya.

"Andrew kau tidak turun ke bawah?" seorang teman menawarinya untuk turun ke lantai dasar menikmati alunan musik dj di sana.

Laki laki bermata tajam dengan bulu mata yang sangat lentik itu terlihat hanya menggelengkan kepala.

Andrew menggerakkan punggungnya maju meletakkan sisa rokok ke asbak, dia hanya membiarkan sebagian tubuhnya yang bergerak maju karena Tad masih bersandar di bahunya.

Andrew kemudian menoleh ke arah Tad, matanya menyipit tajam lalu menggerakkan tangan meraih dagu Tad memaksa laki laki bertubuh mungil dengan wajah tampan namun terlihat sangat cantik dan menggemaskan itu mendongak menatap ke arah wajahnya.

"Aku tidak bisa lama lama menemanimu malam ini!" mata Andrew bergerilya menyapu seluruh wajah Tad dan akhirnya pandangannya terpaku di bibir mungil kekasihnya.

Lagi, suara bariton itu terdengar dengan lembut.

"Bisakah kita melakukannya sekarang saja?"

"Aaah! masak di sini?" Tad berucap mendayu manja sembari memukul perlahan dadanya.

Ekspresi wajah Andrew sama sekali tak berubah baik senang maupun sedih bahkan bahagia, sepertinya Andrew hanya memiliki satu topeng di wajahnya yaitu, datar dan tak bisa bereaksi sesuai perasaannya.

"Aku tidak ada waktu untuk melakukannya di hotel."

"Tapi" sahut Tad dengan raut wajah kesal.

Dreeet dreet!

Melihat layar ponselnya yang berada di atas meja menyala, Andrew langsung mendorong Tad agar menjauh kemudian mengambil ponsel dan mengangkat panggilannya.

Andrew terdiam ketika mendapati bahwa adik perempuannyalah yang menghubunginya.

"Ya??" sahutnya setelah panggilannya tersambung.

"Kak! kau sudah gila, apa?? hah! Ayah dari tadi mencarimu dia sudah berpesan agar kau tidak pergi kemana-mana sampai Ayah kembali ke rumah! dasar!! kau akan tahu akibatnya kalau Ayah sampai di rumah dan tidak menemukanmu di sini!!"

Dengan santai dan ekspresi wajah datar Andrew menjawab tanpa beban.

"Oh, sepertinya aku lupa"

"Sayaaaang siapa yang menghubungimu?" suara Tad begitu jelas terdengar sampai ke seberang sana.

"Astagaa!!! kau masih bersama laki laki itu?" Bella di seberang sana menaikkan nada bicaranya.

Andrew hanya melirik ke arah Tad kemudian berucap.

"Bukan urusanmu!!" ucapnya kepada Bella sang adik perempuan, memberi peringatan bahwa agar tak ikut campur dengan siapa dia berhubungan.

Andrew kemudian menutup panggilan, melempar ponsel ke atas meja sembarangan.

Klatak!!

"Kalian bisa keluar dari ruangan ini?" ucapan Andrew ditujukan kepada teman temannya namun pandangan matanya tertuju kepada Tad yang semakin terlihat dalam, seolah hasratnya sudah ingin segera di salurkan kepada tubuh mungil yang sudah berpindah duduk di pangkuannya itu.

"Apa?"

Semua orang yang sedang bernyanyi di dalam ruangan itu teralihkan pandangannya ke arah Andrew.

"Aku bilang keluar!" geram Andrew dengan ekspresi wajah mengerikan.

Setelah mendengar perintah dengan jelas semua orang langsung keluar meninggalkan ruangan itu.

Ruangan seketika sepi, gemerlap lampu membuat ruangan semakin berwarna warni. Andrew mendorong tubuhnya kebelakang bersandar di sofa pandangan matanya sudah sangat sayu dengan hasrat yang semakin memuncak di ujung kepalanya.

Pipinya merona karena anggur bercampur efek dari hasratnya yang tak terhankan lagi.

Sementara Tad yang duduk di pangkuannya dengan sikap sexi mulai membuka kancing kemeja Andrew satu persatu.

Pipinya merona membuat wajah Tad semakin menggoda, Andrew dibuat menggila dengannya.

Tad terkejut saat Andrew mencengkeram tangannya dengan kuat.

"Aku tidak butuh foreplay, aku tidak ada waktu banyak. Kita mainkan dengan cepat malam ini! aku tidak ingin mengotori celana dan kemejaku karena aku masih ada pertemuan setelah ini. Jadi, bisakah kau melakukannya dengan mulutmu... berikan aku yang terbaik! Ingat!! Jangan pernah berfikir untuk memuntahkannya!" Andrew menyeringai senang.

Tad hanya mengangguk senang, tubuhnya bergerak turun dari pangkuan Andrew perlahan menekuk kedua kaki dan berlutut.

Memposisikan dirinya tepat di tengah sela sela paha Andrew yang sudah terbuka.

Tad melakukannya dengan sangat rapih dan sesuai keinginan Andrew, dia sangat lincah dan lihai membuat Andrew sangat candu dengan permainannya.

Laki laki berparas cantik itu membuka ikat pinggangnya terlebih dulu kemudian menggunakan giginya untuk membuka lesreting celananya dan setelah itu mengeluarkan milik Andrew dari dalam celana.

Andrew telah menegang tepat di depan matanya seakan menantang Tad untuk degera melahapnya. Seperti sudah terlatih Tad mengulumnya dengan sangat baik, menyerang titik tiik sensitif Andrew yang sangat sudah dia ketahui.

"Mmhh!" Andrew memejamkan mata mendongakkan kepala saat merasakan bagian titik tubuhnya di bawah sana terasa panas saat sepenuhnya masuk ke dalam mulut Tad.

Andrew tak merasa takut kalau Tad akan melukai miliknya dengan gigi Tad yang berbaris rapih di dalam mulut, karena Tad sudah sangat lihai.

Andrew merasa kurang puas dia langsung meremas kuat rambut Tad dan mendorongnya hingga Andrew kacil masuk sepenuhnya sampai ke dalam tenggorokan, membuat Tad terkejut tak bisa bernafas untuk sesaat, sangat sesak dan mulutnya penuh membuat matanya merah dan berkaca.

"Lakukan dengan baik, atau aku akan menggunakan kekerasan untuk membuatmu bisa memuaskanku lebih baik lagi?"

"Mmmm! mmm!!" Tad menggeleng cepat, dia menolak Andrew untuk tak melakukan bdsm padanya. Dia bahkan tak bisa berucap karena mulutnya penuh dengan Andrew kecil.

"Baiklah, untuk kali ini saja aku tak akan memukulmu! tapi jangan harap besok kau bisa lolos."

****************

Sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk bersama, dulu waktu duduk di bangku sekolah Andrew termasuk laki laki yang paling dikenal dingin oleh murid satu sekolah.

Bahkan tak ada perempuan satupun yang bisa meluluhkannya, murid tercantik pun tak mampu mendekatinya. Andrew memang sama sekali tak memiliki hasrat sedikitpun saat melihat sorang gadis cantik sekalipun gadis itu telanjang di hadapannya dia sama sekali tak memiliki hasrat kepadanya.

Namun ada sosok perempuan yang tak pernah menyerah untuk mendekatinya, hingga akhirnya Andrew memberanikan diri membuka hatinya untuk perempuan yang duduk di bangku kelas yang sama dengannya.

Akan tetapi ketika Andrew berusaha keras menerima perempuan itu masuk dalam kehidupannya, dia justru menghilang tanpa kabar. Andrew tak pernah melihatnya setelah perempuan itu berhasil mengobrak abrikkan hatinya.

Hubungan mereka tak pernah terekspos sehingga semua orang mengira kalau Andrew tak pernah mencoba untuk membuka hatinya bagi seorang perempuan.

Terlepas dari semua itu, Andrew lebih memilih diam dan bersumpah untuk tak akan pernah percaya lagi dengan sosok manusia bergender perempuan.

Setelah dulu dia dikecewakan oleh Ibunya, kini Andrew merasakan apa yang dulu Ayahnya rasakan saat di tinggal Istri tercintanya.

Andrew duduk di bangku pojok dekat jendela, dia terlihat sedang melamun menatap dedaunan yang terbang terbawa angin, saat itu musim gugur telah tiba semua daun di pohon sekolahnya mulai terlepas satu persatu dari tangkainya.

Kebetulan kelas Andrew ada di lantai 3 dan di bawah sana terdengar keramaian, Andrew melirik ke bawah melihat murid baru sedang dalam masa ospek.

Entah kegiatan apa saja yang sedang mereka lalukan namun bagi Andrew itu terlihat menarik, dia membuka jendela lebih lebar dan menyangga dagu dengan salah satu tangan yang bertumpu di jendela yang terbuka, pandangannya melihat ke arah bawah sana.

Andrew nampak menyelidik setiap siswa baru, sebetulnya dia pernah di nobatkan untuk menjadi ketua ospek namun dia menolak karena dia termasuk anak yang sangat menyukai kebebasan dan tak suka diatur.

Di sinilah awal mula Andrew bertemu dengan Tad Klaew.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Haruno Laily
ini gak ada folowan ya😌
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status