Share

6 Is Beating

Di sisi lain nampak mobil Andrew bergerak semakin perlahan dan menepi di depan toko.

Andrew sempat berdiam diri di dalam mobil dan melirik kearah pintu masuk toko, mengingat ucapan Bella bahwa perempuan itu menolak untuk dikembalikan uangnya, maka Andrew bersikeras untuk tetap menemui Alluna dan membayar botol minuman yang kemarin dia ambil.

Dia membuka pintu dan melangkah turun dari mobil sejenak dia berdiam diri merapikan jas dan mengancingkan kancing jasnya sebelum akhirnya memutuskan untuk melangkah menuju pintu masuk.

Andrew membuka pintunya kemudian masuk ke dalam toko.

Dia sangat terkejut ketika berhasil masuk dan mendengar suara Alluna yang terdengar bising di telinganya ketika sedang membangunkan Bu Tesha, si pemilik toko yang pingsan.

"Bu! Bu aku mohon ayolah bangun Bu! Ibu ayo bangun!" Alluna terus berusaha untuk membangunkan Ibu Tesha namun ternyata dia tak kunjung sadar.

Merasa ada yang tak beres Andrew pun melangkah menuju ke sumber suara itu berasal.

Dia menghentikan langkahnya di ujung rak sementara pandangannya melihat ke Alluna yang sedang terduduk tunduk dengan Ibu Tesha yang terbaring di lantai.

Alluna menyadari bahwa ada seseorang yang datang dia langsung mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Andrew yang berdiri di ujung sana.

"Tolong dia!" ucapnya seketika, dengan ekspresi wajah penuh kekhawatiran.

****************

Andrew akhirnya menolong Ibu Tesha, dia menggendongnya membawa Bu Tesha ke mobil.

Dia kemudian mengemudikan mobilnya menuju ke rumah sakit terdekat, sempat beberapa kali Tesha terbatuk hingga mengeluarkan darah dari dalam mulutnya.

Membuat Alluna semakin ketakutan.

Darah itu mengingatkan dengan kejadian beberapa tahun silam saat kejadian kecelakan yang menimpa keluarganya, hingga merenggut nyawa kedua orang tuanya.

Alluna sangat ketakutan ketika melihat darah yang berceceran di tangan dan bahkan ada juga yang mengenai pakaiannya.

Darah itu membuatnya ketakutan karena waktu kejadian kecelakaan dulu, darah kedua orang tuanya sempat membasahi wajah dan bajunya.

Andrew melirik mengawasi Alluna yang sudah memucat tegang, lebih seperti ke arah ketakutan pada sesuatu yang sehingga membuat seluruh tubuhnya bergetar, Andrew bahkan bisa melihat keringat dingin yang membasahi keningnya.

Sesampainya di Rumah Sakit para perawat yang sedang berjaga langsung mendorong ranjang dan membantu Andrew menggendong Ibu Tesha, memindahkannya dari mobil ke ranjang yang sudah dipersiapkan.

"Ibu aku mohon bangunlah!" Alluna mulai terguncang jiwanya, tak sadar air matanya terus mengalir membasahi pipi bayangan tentang kejadian di mana Ibunya yang meninggal tepat di depan mata selalu berbayang di benaknya.

Terlebih lagi saat melihat kembali bercak darah yang menempel di jarinya membuat Aiu semakin ketakutan.

Baru kemarin Alluna menemukan sosok seperti pengganti Ibunya namun kini orang itu terkulai lemah tak berdaya.

Andrew berdiri dengan nafas terengah-engah setelah membantu memindahkan tubuh Tesha ke atas ranjang.

Dia terdiam pandangannya tertuju kepada Alluna yang sedang menangis ketakutan.

Andrew tak tahu apa yang harus dia lakukan namun melihat perempuan itu menangis dia merasa iba dan ingin sekali membantunya sedikit mengalihkan perhatian agar tangisnya meredam namun Andrew tak tahu harus berbuat apa.

Ini kali pertamanya Andrew dihadapkan dengan seorang perempuan yang terlihat sangat sedih bahkan seperti tak berdaya, ekspresi wajahnya memperlihatkan Alluna benar-benar seperti sedang menahan rasa kesakitan.

Pandangannya terpaku pada Alluna, matanya, air matanya dan semua yang melekat di wajahnya. Andrew hanya diam dengan ekspresi wajah tak terbaca.

Dunianya seolah berhenti berputar untuk sesaat. Waktu seperti terhenti seketika, di matanya hanya ada Alluna yang sedang menangis di sana.

Andrew sangat kebingungan tak banyak yang bisa dia lakukan.

Melihat Alluna menangis sampai terisak-isak nafasnya, membuat Andrew melangkah mendekat.


Walaupun sempat terlihat ragu akhirnya Andrew menggerakkan tangannya menepuk pelan bahu Alluna berusaha untuk menenangkannya.

"Tenanglah, tidak apa-apa... Ibumu akan baik-baik saja" Andrew dibuat gugup dia tak pernah melakukan hal ini sebelumnya kepada seorang wanita kalau pun ada yang menangis di hadapannya tak lain dan tak bukan itu adalah Tad dan Bella.

Alluna sangat ketakutan berharap Ibu Tesha akan baik-baik saja, tangisnya masih mewarnai wajahnya yang mulai kusut dan mata yang membengkak seakan merasa sangat sedih, Alluna tanpa sadar menyadarkan keningnya di dada Andrew.

Tubuhnya terlihat bergerak saat tangisnya semakin menjadi sembari membenamkan wajahnya di dada Andrew.

Andrew terkejut dia hampir saja melangkah ke belakang menjauh ketika Alluna mendekapnya.

Walaupun tak terasa karena kedua tangan Alluna terlihat lemah namun Andrew bisa merasakan bahwa perempuan itu sedang memeluk dirinya seperti mencari kenyamana di sana, dia bahkan juga bisa merasakan hangat tubuh Alluna.

Andrew dibuat berdebar terlebih lagi saat kedua tangan Aluna meremas kuat jasnya seperti sedang berusaha mencurahkan kesedihannya.

Tangan yang semula menepuk bahu Aluna perlahan melemah dan bergerak turun, Andrew masih terdiam terpaku menikmati detak jantungnya yang semakin kuat hingga terasa nyeri yang tiba-tiba berubah menjadi hangat dan menjalar keseluruh tubuhnya.

Perlahan Andrew menunduk menyadari bahwa perempuan itu masih menangis masih dengan menyandarkan kepala di dadanya.

Andrew merasa seperti ada sesuatu aneh yang bergerak didalam hatinya namun entah itu apa dia sendiri tak paham.


Tangan Andrew kembali bergerak terangkat seperti ada sesuatu yang menggerakkan di dalam tubuhnya sehingga dia ingin sekali membalas dekapan Alluna namun ketika sadar, tangannya seketika terhenti terpaku di udara dan Andrew mengurungkan niatnya untuk membalas pelukannya.


Kini Andrew hanya menepuk dan mengusap punggungnya memberi rasa nyaman agar Alluna berhenti menangis.

****************

Terlihat Alluna duduk di bangku ruang tunggu, tak lama setelah itu Andrew datang dengan membawa 2 botol kaleng minuman, kemudian memberikannya satu untuk Alluna.

"Kau sudah merasa baikkan? minumlah!"


Alluna yang sempat tertunduk perlahan mengangkat kepalanya, dia terlihat ragu ketika ingin mengambil alih minuman kaleng itu dari tangan Andrew namun akhirnya dia pun menerimanya.

"Terima kasih, Maaf sudah merepotkanmu Tuan."


Andrew membuka botol kaleng miliknya dan duduk di bangku ruang tunggu, sengaja memberi jarak 1 bangku dari Alluna.

"Tidak masalah, aku kebetulan lewat dan bermaksud untuk membeli sesuatu namun aku melihat kejadian tadi sehingga, mau tidak mau aku harus tetap membantu kalian" ucap Andrew sengaja berbohong, sebenarnya dia datang untuk mengembalikan uang namun ketika melihat kondisi Alluna yang seperti seolah jiwanya sedang terguncang dia mengurungkan niatnya membahas perihal masalah hutangnya yang tak seberapa itu.


"Maaf" ucap Alluna seketika, dia teringat pernah berucap kasar kepada Andrew beberapa hari yang lalu.


"Lupakan! lagi pula itu juga sudah lewat. Oh ya" Andrew terdiam dia ingin membahas masalah dirinya yang harus pergi ke pesta dan membawa pasangan seorang wanita pada Alluna, dia bermaksud untuk meminta bantuannya namun ketika mengingat bahwa itu bukanlah moment yang tepat Andrew pun mengurungkan niatnya lagi.


"Ya?"


"Lupakan!" Andrew kemudian beranjak berdiri.

"Sepertinya aku sudah harus pergi, kau... tidak apa-apa, kan? disini sendiri?"


"Oh, what!!! untuk apa aku menanyakan hal itu kepadanya" ucapnya dalam hati.


Andrew tak sadar telah melontarkan pertanyaan yang tak seharusnya sehingga seperti memperlihatkan bahwa seolah dia mengkhawatirkan dan peduli terhadap Alluna.

Andrew bergidik menyadarkan diri.


"Oh, Tuan akan pergi? terima kasih sebelumnya terima kasih sekali lagi karena sudah mau membantu kami" Alluna membungkukkan badannya memberi hormat.


"Andrew!, panggil saja aku Andrew" ucap laki-laki itu kemudian melangkah namun tiba-tiba Alluna berucap untuk menghentikannya.


"Tunggu!"


Andrew terdiam kemudian memutar tubuhnya.

"Ya?"


"Bagaimana aku harus membalas kebaikanmu, mmm... And.andrew?"


Sesaat Andrew terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu tentang tawaran Alluna. Dia pun tersenyum sangat tipis kemudian berucap.

"Kau tidak perlu membalasnya... tapi mungkin suatu saat aku akan membutuhkan bantuanmu... dan tiba di saat di mana itu terjadi... aku ingin kau membantuku!" tanpa menunggu jawaban dari Alluna, Andrew pun pergi meninggalkannya dengan senyum tipis yang masih mewarnai bibirnya sepanjang jalan menuju kembali ke mobil.


"Membantunya?" gumam Alluna.


Dia kemudian mengarahkan pandangannya ke minuman kaleng yang ada di tangannya dan tersenyum tipis.

"Dia, ternyata tak sejahat yang aku pikirkan"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status