Share

8 Tawaran

"Kau pasti membutuhkan banyak uang untuk bertahan hidup!" Dengan santai Andrew berucap seolah tak ada beban, bahkan ucapanya sempat membuat Alluna kesal.

Perempuan itu langsung menoleh keningnya terlihat berkerut dalam saat memikirkan ucapan Andrew.

"Apa maksudmu?" dia hampir sempat terpancing emosi dengan ucapan Andrew yang seolah seperti merendahkan dirinya.


"Aku sempat berkunjung ke rumah sakit... dan tanpa sengaja aku mendengar percakapanmu dengan Dokter. Aku yakin kau pasti saat ini membutuhkan uang banyak untuk operasi Ibumu, bukan?" Lagi lagi dengan santai laki laki itu menoleh, matanya menyipit.

Setiap uacapan yang keluar dari mulutnya mampu membuat Alluna tak bisa menepis, hampir semua apa yang dia katakan memang benar.


Alluna memicingkan matanya ke arah Andrew seolah dia mulai tersinggung dengan ucapannya.


"Tenang-tenang, aku tidak bermaksud menyinggung atau apapun... tetapi yang aku tahu operasi di kepala itu membutuhkan uang yang sangat banyak."


Alluna menghela nafas sesaat untuk melegakan dadanya sebelum akhirnya dia berucap dengan tenang.

"Tuan Andrew!! katakan saja intinya alasan kau datang kemari" Alluna mulai mendesaknya.

Terlepas dari bantuannya semalam Alluna merasa seharusnya Andrew tetap menjaga perilaku dan ucapannya.


"Mmm... begini saja aku akan langsung mengatakannya padamu, jadi aku berencana akan membantumu untuk membiayai operasi Ibumu, tapi karena aku tahu kau perempuan pekerja keras aku yakin kau tak akan menerima uang itu secara cuma-cuma. Jadi, kau bisa bekerja untukku kalau kau mau" ujung matanya nampak melirik tajam, mengawasi ekspresi wajah Alluna saat mendengar tawarannya.


"Bekerja untukmu? pekerjaan seperti apa yang harus aku lakukan?" Alluna berfikir keras, pandangannya penuh waspada kepada Andrew.


Mengingat bahwa Alluna sempat menolak untuk dikembalikan uangnya, itu membuktikan bahwa dia sangat anti untuk mendapatkan uang secara cuma-cuma maka dengan begitu Andrew sedikit memakai cara untuk bisa menarik perhatian Alluna agar setuju dengan tawarannya.


Andrew terdiam sesaat menunduk menatap ke bawah.

"Tak banyak, kau hanya perlu berdiri di sampingku dan tersenyum."


Kerutan di dahi Alluna semakin terlihat dalam memikirkan ucapan Andrew yang seolah terdengar tabu di telinganya.


"Mmmm, kau jangan berpikir negatif dulu... karena sebenarnya aku memang membutuhkan bantuanmu jadi kau hanya perlu menemaniku datang ke pesta berdiri di sampingku dan tersenyum kepada semua orang yang ada di sana. Bagaimana? mudah, kan?" Andrew berucap dengan bersungguh-sungguh untuk lebih meyakinkan Alluna.


Perlahan kerutan di kening Alluna menipis dan menghilang dia mengalihkan pandangannya dari Andrew ke arah lain. Berpikir keras dengan apa yang baru saja dia dengar.

"Datang ke pesta? dan tersenyum?" Gumamnya.

Alluna kembali mengalihkan pandangannya ke Andrew yang duduk di sampingnya.

"Kau yakin aku hanya harus melakukan itu saja? dan kau akan mengeluarkan banyak uang untuk biaya operasi Ibuku? Apa itu setimpal? atau setelahnya ada pekerjaan lain yang harus aku lakukan?" Alluna menghujaninya dengan berbagai pertanyaan.


"Tidak! ini seperti... maksudku anggap saja kita simbiosis mutualisme. Kau membutuhkan uang dan aku akan memberikannya untukmu tapi di suatu sisi aku juga sangat membutuhkan bantuanmu jadi pikirkan ini baik-baik kau hanya perlu datang ke pesta bersamaku tidak lebih, oke?"


Alluna terdiam mencoba mencerna ucapan Andrew sementara laki-laki itu terlihat gugup menunggu jawaban dari Alluna.

Walaupun dia sangat yakin Alluna tak akan menolak, Andrew tetap berusaha untuk menghilangkan rasa kegugupannya.

Andrew mengambil rokok yang ada di dalam saku jas kemudian membuka dan mengambilnya sebatang, lalu mengambil korek dari saku lain untuk menyalakan rokoknya.


Huuuufr!


Andrew menghembuskan nafas bersamaan dengan itu kepulan asap putih keluar dari mulutnya.


Alluna sempat melamun namun lamunannya terganggu ketika tanpa sengaja asap rokok terhisap masuk ke dalam hidungnya membuat dadanya sesak dan terbatuk.


Uhuk uhuk uhuk!


Ujung mata Andrew bergerak melirik ke samping saat mendengar suara batuknya.

"Oh maaf, aku membuatmu batuk" Andrew kemudian menjauhkan batang rokoknya ke arah lain.

Dia menghisapnya lagi kemudian membuang kepulan asap putih dari mulutnya ke arah lain agar tidak mengenai Alluna.


Andrew kembali berucap karena Alluna tak kunjung menjawab tawarannya.

"Kau ingat malam itu sebelum aku pergi meninggalkanmu di rumah sakit? Kau bertanya padaku seperti ini... bagaimana aku harus membalasnya?" ucap Andrew mengingatkan pertanyaan Alluna malam itu di rumah sakit.


"Jadi, inilah saatnya kau membalasku... tapi kau juga harus ingat bahwa kau masih bisa menerima bantuan dariku untuk membayar semua biaya operasi Ibumu, bukankah itu hal yang seharusnya dengan mudah kau terima dan memutuskan untuk membantuku?? Apa lagi yang kau pusingkan! Kau tidak akan merasa rugi" Andrew terdiam sengaja memberi waktu kepada Alluna setelah dia banyak bicara menjabarkan dengan sangat jelas, namun Alluna masih saja keras kepala dan diam dengan segala macam pikirannya.


"Atau kau takut aku akan melakukan lebih terhadapmu?? haha..." Andrew menyeringai sembari membuang sisa rokok lalu menginjaknya.


Tak bisa dipungkiri bahwa apa yang diucapkan Andrew adalah benar, Alluna merasa kalau Andrew tak mungkin tak melakukan lebih pada tubuhnya nanti.


Andrew mendekati telinga Alluna membuat perempuan itu terperanjat kaget sehingga menarik tubuhnya sedikit menjauh, namun Andrew meraih lengannya menahan agar Alluna tetap berada di tempatnya kemudian berbisik dengan nada berat.

"Tenang saja, aku tidak mungkin menyentuh tubuhmu! Karena aku bukan pecinta wanita!!"


"Ha!!" Alluna lagi lagi terperanjat kaget hingga menggerakkan tubuhnya menjauh dari Andrew sehingga tangan Andrew terlepas dari lengannya.


Laki laki itu masih menyeringai dengan tatapan menajam tak lama setelahnya matanya bergerak menurun mengawasi bagian lain dari tubuh Alluna.

"Aku tidak tertarik dengan tubuh perempuan! jadi aku pastikan kau aman di sampingku!"


Alluna semakin bingung setelah mendengar pengakuan dari Andrew yang blak-blakkan seolah tak ada batas diantara mereka.


"Waktuku habis hanya untuk menunggu jawaban ya atau tidak dari mulutmu!" Andrew beranjak berdiri sembari merapihkan jasnya.

"Kemarikan ponselmu!" tambahnya sembari mengulurkan tangan ke arah Alluna yang masih terlihat sangat kebingungan seperti orang bodoh.


"Ha?" Alluna mendongakkan kepala, melihat Andrew yang jauh lebih tinggi darinya.


"Ponselmu??" Andrew menggerakkan tangannya seperti memberi isyarat pada Alluna untuk cepat cepat memberikan ponselnya.

"Kemarikan, berikan padaku" tambahnya.


"I.iya" Alluna membuka tas dan mengambil ponsel miliknya lalu memberikannya pada Andrew.


Jari jemarinya terlihat mengetik sesuatu di ponsel Alluna dan setelahnya mendekatkan ponsel itu ke telinga.

Andrew menunduk setelah merasakan getaran ponsel miliknya di saku celana, ternyata Andrew sedang menghubungi ponselnya sendiri menggunakan ponsel milik Alluna.


"Ini, aku sudah menyimpan nomorku di ponselmu... kau bisa menghubungiku kalau sudah mendapat jawabannya!" Andrew berucap sembari mengembalikan ponsel milik Alluna.


Laki laki itu kemudian meninggalkan Alluna, melangkah ke sisi jalan di mana mobilnya berada.


Alluna masih terdiam sesaat pandangannya tertuju kepada mobil Andrew yang melintas di depannya setelah itu dia mengalihkan pandangan ke nomor Andrew yang ada di layar ponselnya.


"Aku akan membiayai operasi Ibumu."

"kau bisa menghubungiku kalau sudah mendapat jawabannya."

Kata-kata Andrew masih terlintas jelas di telinganya.


"Ibumu harus segera mendapatkan operasi di bagian kepala untuk menghentikan darahnya, jika terlambat maka ini akan berakibat fatal untuk Ibumu... kau harus segera mengambil keputusan dan menandatangani berkas ini Nona."

Kalimat yang diucapakan oleh dokter juga terus terngiang di telinga, membuatnya semakin frustasi.


Dreet dreeet!


Di saat dia melamun memikirkan semuanya ponsel Alluna bergetar dan dia langsung mengangkatnya.


"Hallo? iya ini saya" seketika ekspresi wajah Alluna berubah pucat saat mendengar kabar dari rumah sakit bahwa keadaan Ibu Tesha semakin memburuk.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status