Share

10 Perawatan

"Aku mohon."

Suara Alluna yang terdengar bergetar dan serak ketakutan itu selalu terngiang-ngiang di telinganya, dan saat itu Andrew langsung menginjak pedal gas agar mobilnya semakin melaju dengan kencang.

Akhirnya dia sampai di halaman rumah sakit, setelah memakirkan mobilnya, Andrew melangkah keluar dan menuju ke pintu masuk.

Andrew selalu berusaha untuk tetap tenang walaupun sebenarnya ada rasa gelisah semanjak dia mendengar suara Alluna mengangis ketika menghubunginya.

Pandangannya menyapu setiap ruangan lobi rumah sakit untuk mencari keberadaan Alluna, perempuan itu sedang duduk tertunduk sambil sesekali mengusap air matanya.

Saat Andrew melangkah mendekat dia melihat seorang suster mendatanginya dengan sebuah map di tangannya.

"Nona, anda harus menandatanganinya saat ini Dokter sudah bersiap siap hanya tinggal menunggu tanda tangan dari Anda, Dokter bilang sudah tak ada waktu lagi untuk menunggu!"


Map itu telah beralih tangan ke Alluna dia menatapnya sesaat dengan pena berada di genggaman satu tangannya lagi.


"Tanda tangani itu, sekarang!" suara Andrew terdengar menggema di rongga telinga Alluna, seketika hatinya terasa sangat lega dengan kedatangan Andrew di sana.


Senyum tipis menghiasi bibir Alluna, dengan mata sedikit basah sisa tangisnya. Dia pun langsung menandatangani berkas itu dan memberikannya pada perawat setelahnya.


"Terimakasih Nona, kami akan segera mengoperasi Ibu Anda."


"Iya" Alluna lalu menoleh ke Andrew yang berdiri di sampingnya.

"Terimakasih."


Andrew menunduk menatap Alluna yang lebih pendek darinya.

"Your welcome... dan sekarang kau harus mulai bersiap siap melakukan tugasmu."


"S.sekarang?" Alluna terkejut karena menurutnya itu terlalu cepat.


"Kita tak memiliki banyak waktu! ikutlah denganku, kau harus melakukan beberapa macam perawatan."


"Oh, perawatan?? Perawatan apa?" Alluna dengan mata sembab dan masih sedikit basah mulai terlihat bingung menatap Andrew dengan penuh tanda tanya.


"Ikut saja denganku Nona manis, kau akan tahu nanti."


Sesaat Alluna sempat ketakutan dengan Andrew terlebih lagi saat mengingat laki laki itu pernah marah marah di toko beberapa waktu lalu, namun ketika melihat dia tersenyum dan mulai berperilaku hangat seakan membuat penilaian Alluna terhadap laki laki itu mulai berubah sedikit demi sedikit.


"Kau masih akan tetap berdiri di sana? atau ikut denganku sekarang?" Andrew mengangkat kedua alisnya bersamaan.


Alluna pun segera mempercepat langkah menyusul Andrew.


Andrew terdiam saat melihat Alluna membuka pintu mobil bagian belakang. Sementara dirinya telah membuka pintu bagian depan, dia sengaja membukanya untuk Alluna.

"Di sini Nona, kau harus duduk di depan" Andrew telah membuka pintu untuknya.


"O.oh maaf"


"Tidak perlu minta maaf, kau tidak melakukan kesalahan... hanya saja aku bukan supir yang mengharuskanmu duduk di belakang" Andrew meletakkan tangannya di bagian atas pintu mobil untuk melindungi kepala Alluna agar tak terbentur.

"Hati hati" ucapnya dengan penuh senyum.


Alluna dibuat merona dengan perlakuan Andrew yang sangat lembut dan baik perilakunya sangat berbeda dengan beberapa hari yang lalu.

"Mmmm, An.andrew?"


"Ya?" sahut Andrew setelah berhasil masuk dan menutup pintu kini dia sedang memakai sabuk pengamannya.


"Mmm, biakah kau jangan memanggilku, Nona manis? Aku... aku meras tidak nyaman dengan panggilan itu" Alluna menyentuh daun telinganya karena gugup.


"Begitukah?? baiklah aku tidak akan memanggilmu dengan Nona Manis lagi. Tapi... sayangnya kau belum memberi tahu siapa namamu."


"Oh iya, aku lupa... maaf" Alluna tertawa ringan dan mampu menarik perhatian Andrew.



Laki laki itu terus menatapnya ketika Alluna tertawa sampai terlihat barisan giginya yang rapih dan putih bersih.

"Kau bisa memanggilku, Alluna... Alluna Zaphire" ucapnya memperkenalkan diri.


Andrew melepaskan sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya kemudian mendorong punggungnya maju mendekati Alluna membuat perempuan itu terkejut dan menarik diri menjauh secepatnya.


Andrew menahan senyum karena sepertinya dia tahu kenapa Alluna menjauh darinya, dia lalu menarik sabuk pengaman di samping Alluna dan mengaitkannya sambil berucap dengan lembut.

"Baiklah... Alluna, aku hanya membantumu memasang sabuk pengaman" ucapnya seolah bisa membaca pikiran Alluna, dia kemudian menjauh setelah berhasil memasang sabuk pengaman dan menyalakan mesin mobilnya.


Sementara itu Alluna sempat jantungan ketika berfikir Andrew akan berbuat sesuatu padanya, akan tetapi setelah mengingat bahwa Andrew pernah mengaku kalau dia Gay dan tak akan pernah menyentuhnya membuat Alluna lega dan tak berfikir macam macam.


                           ****************

Andrew menghentikan mobilnya di depan sebuah gedung dengan berbagai gaun yang terlihat dari luar berjejer tertata dengan sangat rapih di balik kaca.


Alluna membuang pandangannya keluar melihat kesekitar memastikan.

"Mmm, ini... di mana?"


"Turunlah kau akan tahu" Andrew melangkah turun lebih dulu dan berjalan ke sisi lain membantu Alluna untuk membuka pintunya.

"Silakan, Alluna"


"Terimakasih"


"Ikutlah denganku" Andrew mengulurkan tangannya berharap Alluna akan menyambutnya dengan senang hati seperti kebanyakan perempuan lainnya.

Kketika Andrew bahkan tak bersikap manis seperti apa yang dia lakukan kepada Alluna saat ini, mereka semua seakan berlari dan berlomba lomba untuk bermanja menarik perhatian Andrew agar terpikat dengannya.


Namun yang terjadi padanya saat ini sungguh berbeda, Alluna terdiam canggung menatap ke arah tangan Andrew yang seolah seperti sedang sangat menunggu dirinya untuk menyambut tangannya.


Melihat Alluna gugup, Andrew pun meraih tangan Alluna dan menggenggamnya.

"Tenang saja, bukankah sudah aku katakan aku tidak mungkin akan menyentuhmu melebihi ini... aku hanya bersikap baik dan manis karena sekarang kita adalah partner, kau mengerti... jadi jangan berfikir aneh aneh" Andrew berusaha meyakinkah Alluna kalau dirinya tak akan menggoda atau memanfaatkan situsai.


"I.iya aku mengerti" jawabnya gugub.


Mereka bergandengan tangan beriringan masuk ke dalam gedung itu, ternyata di lantai bawah adalah tempat perawatan kecantikan sementara di lantai atas ada butique dengan berbagai gaun mewah di sana.


"Tuan Andrew, selamat datang" ucap seorang pelayan menyambut mereka.


"Oh, apa Kakakku sudah datang?" mendengar nama Kakaknya di sebut Bella langsung keluar dari ruang kerjanya.

Pandangannya langsung menyelidik ke arah Andrew dan Alluna yang berada di sana.

"Wwoooww... kalian sudah langsung sedekat ini??" Bella dibuat senang bisa melihat Kakaknya menggandeng seorang perempuan meskipun dia tahu itu hanya sementara.


Alluna merona dan langsung melepaskan tangan Andrew, membuat laki laki itu mengalihkan pandangan ke tangannya. Seperti tak terima Alluna dengan tiba tiba melepaskan tangannya.


"Jadi, ini calon Istri yang akan kau kenalkan pada Ayahmu nanti?" Bella sengaja menggoda mereka.


"Jangan banyak omong kosong! lakukan apa yang menjadi tugasmu... aku harus pergi, nanti kalau sudah selesai kabari aku. Aku akan menjemputnya" Andrew melirik ke Alluna yang masih terlihat sangat gugup.


"Baiklah hati hati di jalan" ucap Bella.


Andrew pun pergi meninggalkan Alluna bersama Adiknya, Bella.


Bella beridi memandangi penampilan Alluna dan memutari perempuan itu, mengamati postur tubuh dan setiap bagian dari wajahnya.

"Banyak yang harus di poles, tapi kau terlihat cantik natural dengan rahang tipis serta dagu lancip, jadi aku hanya perlu memoles wajahmu sedikit tapi untuk penampilanmu... sepertinya banyak yang harus aku ubah."


Alluna tak mengerti dengan apa yang Bella ucapkan yang dia tahu hanyalah dia tak pernah pergi ke tempat tempat perawatan seperti itu.

Tempat itu sangat luas dengan berbagai macam alat canggih yang sama sekali Alluna tak tahu apa kegunaan dari masing masing alat tersebut.



Ini pertama kali baginya dia masuk ke tempat perawatan semewah itu.


"Kau nanti akan menyukainya" ucap Bella membuyarkan lamunan Alluna.


"Apa?"


"Maksudku kau akan menyukai perawatan yang akan memanjakan dirimu nanti, Baiklah kau bisa duduk di sini!" Bella menyiapkan kursi untuknya di depan cermin.

"Kita akan mulai dari merawat rambutmu, dan untuk yang lainnya akan menyusul."


Alluna hanya diam dan mengikuti arahan Bella.


Semua pegawai di sana nampak sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing dan 2 lainnya sedang merawat rambut Alluna.


Sementara Bella sibuk membaca majalah dan sesekali nampak melirik mencuri pandang ke Alluna.

"Bella!" dia sangat penasaran dengan perempuan itu, dan akhirnya Bella memberanikan diri untuk terlebih dulu berkenalan dengan menyebut namanya.


"Oh, kau bisa memanggilku Alluna" dia menjawab sembari membalas uluran tangan Bella.


"Ooo... oke, apa Kakakku membuatmu takut?" Bella mulai tertarik berbincang dengannya dan memilih meletakkan mejalah di atas meja.


"Tidak, tapi aku sempat kesal karena masalah sebotol minuman waktu di toko."


"Oh! Gara gara dompetnya yang tertinggal itu, kah? Hahaha...." percakapan mereka mulai terasa hangat.


Bella merasa bahwa Alluna sempat membuatnya kesal karena menolak uang darinya namun ketika berbincang lebih dalam lagi dengannya dia merasakan hal yang berbeda.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status