Share

3 Ancaman

Andrew dan Bella baru saja masuk ke ruang keluarga, mereka langsung di sambut pelayan rumah dengan menyiapkan hidangan untuk mereka berdua.

Mafin salah satu orang kepercayaan Tuan James, Ayah Andrew membantu Bella menarik kursi dan mempersilakan perempuan itu duduk di sana.

"Terima kasih" ucap Bella.

"Sama sama Nona" Mafin tersenyum tipis setelahnya kembali berdiri ke tempat semula.

Di ujung meja, Ayah mereka sudah duduk dengan ekspresi wajah yang tak terbaca.

Meja bundar itu di kelilingi oleh beberapa anggota keluarga penting dan sebagian lainnya adalah rekan kerja.

Tuan James menganggukkan kepala seperti memberi perintah kepada pelayan laki laki untuk mulai menghidangkan makanan utama.

Bella merasa suasana di meja makan itu sangat berbeda ketimbang ketika mereka sedang makan bertiga, malam itu aura Ayahnya terlihat lebih tenang tak seperti biasa yang selalu marah marah dan menghardik Kakaknya, ataukah itu karena ada rekan kerjanya dan juga keluarga mereka atau karena hal lain, Bella sendiri tak tahu.

Setelah acara makan malam selesai mereka berbincang lama sambil menikmati wine yang sengaja sudah di persiapkan oleh Tuan James.

Tak lama kemudian setelah semua tamu meninggalkan rumah, Taun James akhirnya mengajak Andrew dan Bella untuk berbincang bertiga di ruangan lain.

Ruangan itu adalah ruang kerja milik Tuan James, tak semua orang bisa masuk ke dalam sana termasuk kedua anaknya tersebut.

Itu menjadi suatu kebanggan bagi mereka berdua bisa masuk ke dalam ruang kerja Ayahnya.

"Bagaimana kabar Putriku?" ucapnya dengan nada berat di selingi senyuman tipis.

"Mm, baik Ayah... Ayah tinggal lama, kan? Di rumah?" pertanyaan yang selalu Bella lontarkan kepada sang Ayah ketika berada di rumah karena pasalnya Tuan James selalu menghabiskan waktunya untuk bekerja sehingga ketika dia berada di rumah, itu adalah suatu hal yang sangat jarang dan membahagiakan untuk Bella.

"Ayah hanya mampir sebentar Nak, sebelum fajar Ayah sudah harus kembali ke pesawat" jelas Tuan James sembari mengusap rambutnya lembut.

Bella seketika terlihat murung, dan Tuan James berusaha untuk menggodanya. Laki laki paruh baya itu selalu memperlakukan Putrinya dengan sangat manis namun berbeda dengan Andrew yang selalu membangkang.

Andrew duduk di ujung sofa, dia tersenyum ketika melihat Bella tertawa riang karena lelucon Ayahnya.

Seketika suasana menjadi hening saat Tuan James meminta Bella kembali ke kamarnya, itu menandakan kalau ada hal penting yang akan dia bicarakan dengan Andrew.

"Sayang bisakah kau masuk ke dalam kamarmu? Ayah ingin bicara empat mata dengan Kakakmu."

"Bolehkah aku di sini menemani Kakak" Bella berusaha untuk tetap berada di ruangan itu, dia sengaja untuk menahan Ayahnya agar tak berbuat kasar kepada Andrew.

"Bella!!" Tuan James berucap penuh dengan penekanan, seperti memberi perintah agar Putrinya itu tak membangkang.

"Baiklah, Bella kembali ke kamar" setelah Bella menutup pintu, pandangan Tuan James berubah mengerikan kepada Andrew putra semata wayangnya.

"Bagaimana kabarmu?" nada bicaranya berbeda dengan ketika Tuan James bertanya kepada Bella.

"Seperti yang Ayah lihat" jawabnya santai.

Tuan James mengetahui hubungan terlarang Putranya dengan seorang laki laki bernama Tad Klaew.

Hal itulah yang membuat Tuan James selalu bersikap kasar dan arogan kepada Andrew sejak dulu, mengingat bahwa Andrew berhubungan dengan Tad semenjak mereka duduk di bangku sekolah.

Berkali kali Taun James memperlakukannya dengan buruk namun Andrew tetap saja bersikeras tak mau melepaskan Tad.

"Ayah sedang tidak mood untuk bertengkar denganmu!! jadi, Ayah hanya akan mengatakan ini sekali... setelah Ayah kembali dari New York besok lusa perusahaan akan mengadakan pesta untuk keberhasilan kerja sama dengan berbagai perusahana lain" sejenak Tuan James berhenti berucap menatap Andrew lebih dalam.

"Ayah ingin, kau mambawa seorang wanita untuk menjadi pasangamu di pesta itu!" tambahnya dengan wajah mulai murka ketika Tuan James mengingat bahwa beberapa koleganya sempat mendengar kabar kalau Putranya seorang gay.

Tak mungkin Tuan James membiarkan hal itu yang nantinya akan merusak citra perusahaannya yang dia bangun selama ini.

"Haruskah aku memakai topeng untuk datang ke pesta itu agar Ayah tak malu?"

Plak!!

Satu tamparan keras mendarat di pipinya dan mampu membuat ujung bibir Andrew pecah hingga terlihat merah serta terdapat bercak darah di sana.

"Lancang!!" geram Tuan James. Dia kemudian menghela nafas panjang.

"Seharusnya aku melepaskanmu untuk ikut pergi dengan Ibumu waktu itu!" Tuan James bahkan paham kalau Andrew sangat membenci Ibunya.

Itulah sebabnya kenapa Andrew tak mempercayai seorang perempuan tak lain hal adalah karena kelakuan Ibunya. Di balik perlakuan kasar Ayahnya, Andrew sangat menyayanginya, dia bahkan tak dendam ataupun marah ketika Ayahnya meluapkan kekesalan padanya.

Tuan James dulu pernah down dan hancur, perusahaannya sempat bangkrut ketika Istrinya di belakang ternyata telah menghianatinya dengan berselingkuh dan membocorkan rahasia perusahaan kepada rival yang kini menjadi suami dari mantan Istrinya.

Melihat Ayahnya hancur hingga sempat hampir nyawanya terenggut karena sering mabuk, membuat Andrew tumbuh menjadi laki laki dingin dan mengubur hidup hidup nama Ibunya di dalam hati.

Mengetahui betapa besar kasih sayang Ayahnya yang dia berikan untuk Ibunya dahulu, justru itulah yang membuat Ayahnya hancur membuat Andrew semakin yakin bahwa tak ada seorang perempuan yang berhak atas hati serta kasih sayang darinya terkecuali Bella, adiknya.

Tak ada cara lain untuk memaksa Putranya mendengar semua perintahnya kecuali menggunakan Bella untuk membuat Andrew menurut, Tuan James akhirnya terpaksa harus mengancam Andrew malam itu.

Andrew tak permah bisa membenci Ayahnya karena perlakuan kasa kepadanya. Jika ada orang yang harus dia benci tak lain dan tak bukan itu adalah Ibunya.

Sesaat Tuan James memejamkan matanya sebelum mengucapakan kata yang akan membuat Andrew meradang.

"Kau, datang ke pesta dan perkenalkan perempuan yang kau bawa kepada publik... atau Ayah akan menghentikan pengobatan Bella?"

Dengan sangat jelas Tuan James tahu, bahwa Bella adalah kelemahannya.

Andrew hanya diam tertunduk menikmati rasa nyeri yang kini mulai menjalar di wajahnya, sebuah tamparan keras itu hanya sedikit rasa sakit yang Andrew rasakan ketimbang rasa sakit yang Ibunya berikan kepada Ayahnya.

Setelah Ibunya lebih memilih pergi bersama laki-laki lain Tuan James benar benar hancur dan hidupnya dihabiskan dengan mabuk-mabukkan. Jika amarahnya sedang tak terkendali maka dia selalu melampiaskannya kepada Andrew.

Namun Andrew tak pernah membenci Ayahnya, hanya karena perlakuan kasar padanya. Jika ada orang yang harus dia benci tak lain dan tak bukan itu adalah Ibunya.

                             **********

"Kak?? bibirmu?" Bella ternyata masih berdiri di depan pintu menunggu Andrew keluar dari ruangan itu.


"Jangan hiraukan luka kecil ini, tidurlah jaga kesehatanmu" Andrew melangkah keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Bella.


"Tunggu aku akan mengoles salep di lukamu" Bella berjalan mengambil salep dari kotak P3K.


"Tidak perlu aku baik baik saja, sekarang kau tidur ya... aku akan kembali ke rumahku."


"Kau tidak menginap?"


"Kau bahkan tahu, rumah ini akan menjadi seperti neraka jika ada aku dan Ayah di sini... setidaknya salah satu memilih pergi itu jauh lebih baik."


Bella meraih tangan Andrew dan meletakkan salep di atas telapak tangannya.

"Pakai ini sebelum kau tidur, Kak... sayang sekali kalau wajah tampanmu ini ada bekas luka... tidak lucu, kan??"

Andrew tersenyum tipis dibuatnya.

"Baiklah, terimakasih... aku pergi" Andrew membelai lembut rambut Bella kemudian menghadiahi sebuah kecupan dalam di keningnya.

                          *************

Andrew mengendarai mobilnya kembali menuju ke rumah, di perjalanan dia terus memikirkan perkataan Ayahnya.


Kesehatan Bella jauh lebih penting ketimbang dirinya, namun Andrew sangat bingung bagaimana dia menghadapi segala sesuatunya nanti.


Mobil Andrew berhenti di sebuah minimarket, dia membuka pintu dan melangkah keluar masuk ke dalam dengan pandangan kosong.


"Oh ada pelanggan" ucap Tesha yang masih duduk di bangku depan. Dia ingin beranjak dari kursi untuk melayani pembeli namun Alluna menahannya.


"Ibu istirahat saja, biar aku yang melayaninya" Alluna beranjak berdiri dan masuk ke dalam membiarlan si pemilik toko beristirahat terlebih dulu.


"Terimakasih, Nak"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status