Share

Episode 3

Spontan Star langsung menutup dadanya panik. Pasalnya, Ia baru saja melepas jaket bening transparannya, yang memperlihatkan croptop bewarna periwinkle-nya, yang cukup seksi.

Lelaki asing, berambut silver yang sepanjang dada, dan diikat pita hitam serta berponi itu, menyimpan baki bawaanya dimeja samping dekat pintu, yang terdapat gelas. Kemudian setelah menyimpannya, ia membungkuk dan menyentuh dadanya, untuk memperkenalkan diri.

"Saya Shadow, kepala pelayan dirumah ini." Ucapnya dengan menyoja 15 derajat disertai memejamkan mata sopan bak servant.

'Shadow??' Star mengernyit absurd, 'Namanya aneh juga'. pikirnya.

Shadow mengambil minuman yang dibawanya di baki yang tersimpan diatas laci putih besar dekat pintu kamar Star, lalu memberikan mug putih itu.

"Saya baru buatkan minuman, silahkan dinikmati." ia menyodorkannya dengan elegan. Suaranya terdengar tenang dan sopan.

"Anda bisa panggil saya Shad. Apapun yang anda butuhkan, anda boleh panggil saya. Saya juga pelayan anda."

Star belum mengambil gelasnya masih tediam. Ia menaikkan tatapannya pada pria berambut platinum-blonde itu yang diyakini warnanya alami, masih was-was dan tegang. Dadanya tak bernapas.

"Nona kau harus bernapas. Aku tidak mendengar kau menarik napas." Shad mengingatkan disertai menyengir. Tangan bersarung tangan putihnya masih setia memegang mug.

Star tersadar, dia langsung menghela udara dari hidung.

"Ambilah.. ini tidak di racun."

Star menyengir, "Haha ok." Ternyata lelaki ini jenaka juga pikirnya. Tidak seperti Galaxy yang tampak dingin.

Star meminumnya. Teh berkelopak bunga chamomile yang harum mengeruak ke tenggorokannya. Dia merasa menjadi lebih rileks setelah meneguknya.

"Terimakasih."

Shad hanya membalas dengan senyum adem. Star kembali menengadah menatapnya.

"Ngomong-ngomong, kemana semua pelayan dirumah ini? Apa hanya kau saja yang jadi pelayannya?" Star bertanya disertai menaikan alisnya.

"Ah-" Shad memendarkan mata kebiruannya ke kiri tampak ragu-ragu, "Untuk saat ini pelayan dirumah ini sedang berlibur akhir musim nona."

"Huh??" Star mengangkat kedua alisnya terbingung, "Libur akhir musim? Aku baru dengar." Dia mengerucutkan bibirnya, "Kayak di luar negri aja, emang wajib banget?"

Shad tampak tergagu, "Ya- itu.. ah aku..."

Star memandangnya, masih setia menunggu jawabannya.

"Ah, aku kurang tahu sih nona. Aku baru disini." Shad menyengir mengusap tengkuk belakangnya.

"Baru?" Star mengulang dengan terheran.

"Iya." Shad mengangguk. "Semoga kita bisa berteman baik ya nona." Dia membungkuk, kemudian membawa nampannya yang diapit disamping paha kanannya.

"Permisi." Pamitnya setelah berhasil melewati celah pintu dan menarik knop.

Bukk

Pintu pun tertutup. Star terdiam menatap pintu putih ber-ornamen keemasan besar itu, merasa aneh.

***

Keesokannya.

Star turun ke ruang makan. Matahari di pagi menyambut. Beberapa koki dan pelayan berseliweran menaruh makanan di meja makan yang besar. Mereka adalah pelayan inti yang tidak berlibur. Mungkin dijumlahkan hanya ada 5 orang.

Galaxy sudah duduk di bangku yang berjejeran bersama bangku lain. Ia tidak duduk di bangku tunggal (kepala). Di meja makan bak kerajaan itu, dia duduk seorang diri menyicip supnya, tak ada yang menemani.

'Dia makan sendiri, apa dia gak punya istri ya?'

Star benar-benar tidak mengetahui latar belakang Galaxy. Dia juga belum sempat bertanya pada orang lain kemarin, karna pihak yang dirumahnya tidak ada yang tahu. Begitupun saat datang kerumah ini dia tidak berkomunikasi dengan siapa-siapa. Shad, orang yang berkomunikasi satu-satunya kemarin langsung kabur dan menghilang begitu saja. Dia benar-benar terisolasi disini.

Star cemberut. Rasanya ia tidak ingin makan bersama lelaki itu. Sekali lagi ia berpikir, kenapa ayahnya bisa-bisanya menitipkan anak gadis semata wayangnya, kepada lelaki asing yang sama sekali belum pernah dilihatnya? Sejak kapan pula ayahnya mengenal seseorang seperti Galaxy.

Oh iya, Star lupa. Ayahnya memang punya banyak sekali relasi, semua kenalannya berjibel tak terhitung dari mana saja. Memang hidup Star selalu dipenuhi kejutan.

Melihat lelaki dingin itu, tentunya Star langsung terkaku mundur. Mengurungkan niatnya untuk sarapan, dan berencana akan langsung pergi saja ke kampus. Dia sudah menjijing tas dibahunya.

"Hey!" Tiba-tiba Galaxy memanggilnya.

Star tersentak menghentikan langkahnya, matanya membesar. Sejak kapan Galaxy sadar kalau dia ada disini? Setahunya lelaki itu tadi tidak menengok sama sekali padanya yang di lawang, fokus pada makanannya.

Dengan menelan ludah, Star terpaksa menengok.

"Sarapan dulu sana!" Suruh Galaxy dengan memasang wajah yang tegas. Mata tajamnya memperhatikan tampilan rok mini Star yang sepaha. Berpikiran apa benar gadis itu ke kampus mengenakan rok yang nyaris memperlilhatkan celana pendek dalamannya.

Suara Galaxy begitu dalam, sehingga Star selalu saja terperanjat karna belum terbiasa.

Tubuh Star mendadak bergemetar, "Ahh-aku mau sarapan dikampus saja." Tergagunya. Dia langsung melejit pergi, namun belum jauh berjalan tiba-tiba tubuh jangkung Shad datang memblokadenya dilawang.

Star menelan ludah, menengadah menatap pria tinggi yang menyerupai manequin itu dihadapannya,

"Makan dulu nona.. anda tidak makan malam kemarin malam." Ucap Shad masih memasang senyum otomatisnya.

Tak ada pilihan dan tak mau dianggap berlebihan, Star pun duduk dihadapan Galaxy. Banyak bangku yang masih kosong, mungkin jika di jumlah semuanya ada 10 kursi. Para pelayan menyodorkan beberapa menu mewah kehadapan mereka.

Galaxy menatap Star yang duduk dihadapannya, "Jangan begitu! mulai sekarang kau dan aku tinggal bersama. Jangan kaku dan berlebihan seperti itu. Lagipula siapa lagi yang akan makan dimeja ini setiap pagi selain kau dan aku?" imbuhnya.

Galaxy menatap Star yang duduk dihadapannya, "Jangan begitu! mulai sekarang kau dan aku tinggal bersama. Jangan kaku dan berlebihan seperti itu. Lagipula siapa lagi yang akan makan dimeja ini setiap pagi selain kau dan aku?" imbuhnya.

Star terdiam. Ia mengkerut menatap makananya. 'Ish.' batinnya mencentus tak suka. Dia menusuk potongan daging ayam dan potongan roti kering ditengah salad seladanya tak mengubris perkataan Galaxy barusan.

'Apa ini. Kenapa dia tiba-tiba jadi sok baik gitu?!.'

Happ. Satu lahap selada ayam plus roti itu termakan di bibir mungilnya.

'Kemarin dia sinis dan kejam padaku.' Star mengingat awal mula mereka bertemu, dimulai di pemakaman ayahnya dan dirumah duka. Baru pertama kali bertemu saja, Galaxy sudah berani menyentaknya. Kemudian Star mengingat kedatangannya kemarin kerumah ini, dia semakin memasang wajah sinis bercampur muak, 'Dia juga Menyuruhku mencari kamarku sendiri, terus menamaiku harta warisan.' Dia melahap makananya penuh emosi masih sambil menatap Galaxy. 'Tidak ada sopannya.'

Beda dengan lelaki itu, meski sadar ditatap sinis Star, dia tetap pura-pura makan sambil main gadgetnya yang ditaruh disamping piringnya.

'Apa dia mau merayuku ya?' Star tak lama tersenyum picik untuk dirinya sendiri. 'Ah iya sih aku memang cantik. Tidak ada yang bisa menolak pesonaku, bahkan pangeran Inggris sekalipun, sayangnya kemarin aku terlalu kecil untuknya.' Star mengingat-ngingat dirinya yang masih kelas 2 SMP, ditaksir pangeran sedangkan pangeran Inggris saat itu umurnya sudah 27 tahun.

'Aku tak akan biarkan. Sepertinya orang ini sudah mengincar harta ayahku dari dulu. Dia tahu kalau aku cuma anak semata wayang yang tidak punya sanak saudara.' Star semakin terlarut, 'Karna insiden lama, semua saudara ayah mengasingkan diri. Tidak tahu, detailnya seperti apa, mereka memutuskan tali silaturahmi begitu saja dengan ayahku. Lalu orang ini tiba-tiba datang saat kematian ayah dan mengaku sebagai anak saudara bukan biologisnya ayah. Memangnya aku percaya begitu saja? Tentu tidak!! Semua rekaman wasiat ayah bisa saja dimanipulasinya. Dasar Kau perebut harta warisan!!. Aku takkan tinggal diam. Aku akan rebut kembali apa yang seharusnya menjadinya milikku.' Tanpa sadar Star menggengam erat pisau yang dipegangnya.

'Kini aku sendiri, menghadapi dunia dimana tidak ada seorangpun yang polos.

Aku akan ikuti permainanmu dan mencari bukti untuk menjatuhkanmu.

Melawan Manusia serakah sepertimu, yang suka bermain monopoli. Tentunya aku harus sangat hati-hati.' Star menatap sinis Galaxy.

Galaxy menatapnya. "Kau berpikiran apa? kenapa tatapanmu seram sekali?" Tanya Galaxy terheran.

Star terdiam tak menjawab, kembali melahap saladnya, memasang muka judes.

"Pagi-pagi sudah mau membunuhku dengan tatapan seperti itu. Berhentilah!! itu mengerikan tau." Lelaki itu mencibir sinis, berusaha menggodanya.

"Bukan urusanmu!" Star menggabaikannya, dan mengelap mulutnya dengan tisu, amat jutek.

'Dia beneran mau menggodaku!.' Star sungguh jengkel, sekali lagi ia menatap Galaxy yang masih memandangnya.

'Dasar lelaki berengsek, aku tidak akan membiarkan rencanamu berjalan mulus. Lagian aku sudah punya Verdic. Enyah saja kau!.'

Star berdiri. Galaxy menaikkan matanya.

Star mengangkat kepala dan dagunya  pongah, "Aku sudah selesai! Pacarku sudah menjemputku diluar. Aku tidak bisa membuatnya menunggu lama-lama. Terimakasih sarapannya!" Gadis itu bicara penuh nada angkuh dan terselip maksud pamer kalau dia sudah punya kekasih.

Dia pergi, membuat Galaxy terus mengekori jalannya.

'Pacar?' Gumam Galaxy sendiri, baru tahu.

Diluar, Vedic sudah menjemputnya dengan mobil maserati hasil pemberian Star saat ulang tahun ke-21 tahunnya 2 bulan yang lalu. Star memasuki mobil putih Verdic yang terpakir rada pojokan, karna didepannya ada mobil hitam Galaxy yang sudah terpakir menunggu di lobi.

Saat sudah membuka pintu dan duduk disamping Verdic, dia menghembus.

Verdic melongo menatap rumah Galaxy yang besar dan enam tingkat lewat kaca mobil depannya.

"Sayang ini rumah siapa?" Tanyanya kebingungan memandang Star sebentar kemudian menatap lagi kedepan.

Star terdiam tidak menjawab masih penat, dia juga belum menceritakan masalahnya pada Verdic. Tiba-tiba Galaxy keluar dari pintu utama dan memasuki mobil hitam sedan yang pintunya sudah dibukakan sopir.

"Itu siapa??" Verdic melongo menatap sosok sekilas Galaxy yang memakai jas formal tampak tampan memasuki mobil.

Star terdiam, Verdic menatapnya menunggu jawaban.

"Apa itu pamanmu?"

"Ah??" Star terlamun sebentar mendengar ucapan tak terduga Vedric. Baginya, kenapa Vedric begitu bodoh mengira Galaxy pamannya. Apa karna dia melihatnya sekilas. Padahal lelaki itu kalau kita melihat dan berhadapan langsung, orang-orang pasti akan langsung tahu, kalau Lelaki tampan itu masih muda dan usianya sekitar dibawah 30 tahunan. Entah berapa, Star tidak bisa menebak pasti.

"Ah iya dia pamanku." jawab Star.

Untuk saat ini dia harus merahasiakan dulu dari Verdic. Karna dia masih belum tahu betul keadaan yang sesungguhnya, tentang wasiat ayahnya. Dia harus menyelidikinya dulu.

Verdic melongo, "Kau jadi tinggal bersama pamanmu?"

"Ah iya. Ayahku menitipkanku padanya."

Mobil Galaxy sudah maju, Verdic menurunkan rem tangan hendak menyusul dibelakangnya. Galaxy yang di dalam mobil, melirik mobil Verdic dari kaca Spion supir dengan sorot yang tajam.

"Terus gimana rumahmu yang sebelumnya? lalu perusahan ayahmu?' Tanya Verdic masih fokus menyentir.

Halaman Galaxy begitu besar, jadi lumayan jauh menuju gerbang keluar. Mereka harus dulu mengitari taman yang mempunyai pagar semak-semak hijau yang tinggi menjulang.

Star terdiam sejenak memikirkan pertanyaan Verdic. 'Apa pertanyaannya itu gak terlalu lancang ya?... Seharusnya dia gak bertanya seperti itu kan?' Star berkedip merasa tidak suka ditanya seperti itu.

"Ah iya itu diurus juga sama pamanku, tunggu sampai aku wisuda, nanti baru aku yang menghandle." jelasnya.

Verdic tampak terkejut memandang Star sebentar, "Oh begitu ya." Dia kembali menatap kedepan.

Mobilnya melaju lambat karna mobil Galaxy didepan juga melaju lambat. Star memeluk lengan kiri Verdic begitu mesra, menyandarkan kepalanya yang rambutnya seharum bunga.

"Makanya kamu kuliah manajemen bisnisnya yang betul ya! Supaya bisa mengelola perusahaan ayahku dengan benar." Sambut gadis itu dengan cerianya. Tentunya dia sangat berharap besar pada Verdic.

Verdic hanya terdiam serta tersenyum kaku. Sejujurnya dia masih ragu, mampu atau tidaknya. Kebanyakan dia kuliah di jurusan manajemen bisnis tidak pernah serius memperhatikan dosen, tugas pun tak sepenuhnya mengandalkan otak, kebanyakan menyontek dan menyewa joki.

Verdic memegang satu tangan Star, "Kau juga ya, yang semangat nanti kita perjuangin dengan betul-betul." Sahutnya tak kalah ceria.

Mereka tampak berbunga-bunga. Galaxy yang didepan sana masih melihat kaca depan mobil Verdic di spion supir.

Samar-samar kaca film mobil Verdic, tetapi ia bisa melihat Star sedang memeluk lengannya berusaha menggoda Verdic.

"Cihh.. dasar gadis nakal. Pantas saja ayahmu tidak tenang." Ucapnya sendiri membuat sang supir mengintip di spion kaca, tanda tanya pada bossnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status