Share

Episode 5

** Skiptime 

Langit sudah malam, kembali ketempat Star.

'Sial! Gara-gara tidak ada si Diaz. Aku jadi melakukannya sendiri.'

Star sudah berada di gerai ATM, di apaterment temannya. Siang sudah tenggelam. Dia akan menitipkan uang gepokan itu pada temannya, sisanya dia juga akan transfer pada temannya untuk dititipkan.

'Tidak ada orang yang bisa kupercaya saat ini, kecuali teman cewekku, Brandi.'

Saat Star hendak menarik, uang dengan jumlah yang dia inginkan, tiba-tiba muncul bacaan, 'Transaksi tidak bisa dilakukan.'

Matanya membengkak. Star sekali lagi mencoba mengulang transaksi dengan mengecek saldo. Saldo masih utuh, lalu dia coba tarik 1 juta nominal terendah baginya. Tetap tidak bisa. Mata dan jantungnya membeku.

"Apa ini, kok tidak bisa?!"

Dia terus mencoba berulang kali, memasukan kartunya.

"Ahh,." Dia beneran sungguh stress. Di tendanglah mesin ATM itu, walaupun berujung sakit pada kakinya.

"Aww." Star beneran merasa ngilu pada ibu jari jempolnya.

"Sial, sakit sekali ayah." Dia terus memegang kakinya, ngilu. Kakinya terbungkus sneakers. Rasanya dia ingin menangis.

Kenapa dia begitu bodoh, menendangnya dengan begitu kencang dan edan.

Tiba-tiba seseorang seperti bayangan datang dan masuk ke gerai atm. Star melongo, itu bukannya Shad?? Bagaimana bisa si butler ini menyusulnya kesini?

"Nona ayo pulang!" Ajaknya.

Star masih memegang sebelah kakinya yang menekuk, seperti sedang adu ayam. Napasnya terengah-engah, entah kenapa dia mendapat firasat buruk jika pulang kerumah Galaxy.

"Gak mau, aku mau menginap saja dirumah temanku." Star berusaha kabur, melewati Shad, meskipun ujung jari kakinya sakit sekalipun.

Namun Shad menahannnya, dan menggendong gadis itu. Star sudah diangkatnya Shad meskipun bukan gaya bridal.

"Hey ini pemaksaan!!"

Shad mengabaikan dan berlari super cepat, keluar menuju parkiran, takut ada yang melihat. Orang-orang yang berjas hitam berjaga diluar, orangnya Galaxy juga pada berbondong-bondong mengikuti Shad. Shad menuju mobil hitam yang sudah menunggu.

Di rumah,

Star didudukan di sofa lantai dua rumah Galaxy. Galaxy sudah berdiri dihadapannya sambil melipat tangannya memperhatikan Star.

Shad berjongkok membuka sneakers putih Star dikakinya yang sakit. Gadis itu terus meringis kesakitan.

"Awhh.. awhh.," tak tahannya.

Saat dibukanya Shad, sepatu putih itu langsung mengucurkan darah banyak. Mata Galaxy membesar, begitu dengan Star yang sudah bernapas lemah melihat jempol kakinya yang berdarah. Gadis itu perlahan-lahan pingsan, kehilangan kesadaran.

Galaxy langsung mendekat. Gadis itu terlunglai disofa, tak sadarkan diri karna mengidap Sinkop vasovagal, kondisi dimana penderita tak mampu melihat darah dan berujung lemas, dan pingsan.

Galaxy berjongkok, ikut melihati kaki Star.

"Cepat panggilkan dokter." Suruhnya pada Shad. Tentunya dia juga panik.

Shad mengangguk dan berdiri, langsung menuju keluar ruangan. Galaxy mengangkat kaki kecil mungil putih Star, melihatinya. Kuku ibu jarinya Star yang panjang dan berkutek pinksoft bening itu patah sebagian.

"Ambilkan tisu." Pintanya menagih tangan pada anak buahnya yang berjaga.

Anak buah berjas hitamnya itu langsung menyerahkan apa yang diminta tuannya. Berhelai-helai tisu ditariknya. Dielaplah kaki Star yang berdarah dengan hati-hati

"Ambilkan air minum, dan minyak aroma terapi." Suruh Galaxy pada pelayannya tanpa melirik.

Mereka memangut dan langsung meninggalkan ruangan.

Galaxy menghembus, dia juga cemas tentunya. Dia menelan salivanya, menatap tubuh Star. Gadis itu sangat pucat.

**

Beberapa waktu kemudian, Star sudah dipindahkan ke kasur kamarnya. Dokter sudah ada disana. Tentunya Star, dibawa ke kamar itu dengan gendongan Galaxy.

Mata gadis itu terus terpejam, bersandar di bantal yang besar dan empuk. Kasurnya bertirai.

Para pelayan wanita terus mengusap dan memijat pelipisnya, ada yang memijat kakinya pula, begitupun juga dengan Galaxy yang terus berdiri disampingnya menyodorkan minyak terapi roll pada hidungnya, kemudian memutar-mutar rollnya di sisi pelipis Star.

"Ini cuma gejala Sinkop Vasovagal, biasa terjadi pada orang yang tidak sanggup melihat darah. Bisa dikatakan ini semacam phobia juga."

"Jadi maksud anda dia mengalami phobia darah begitu?" Tanya Shad yang berdiri di dekat Sang dokter.

Dokter lelaki berjas putih itu mengangguk,

"Bisa terjadi, karna faktor turunan, riwayat trauma atau, bahkan pola asuh."

Galaxy dan Shad bergeming, sudah tahu pasti, Star begini karna pola asuh ayahnya yang terlalu protektif. Oke, mereka paham.

"Biasanya gejalanya gemetaran, lemas, tangan dingin, jantung berdetak lebih cepat atau lemah, sesak, dan pingsan. Itu terjadi karna terlalu panik berlebih."

Dokter berambut hitam yang berponi belah dua itu memasukan tangannya ke saku jas putihnya.

"Tetapi tenang saja, pingsannya hanya sementara, penderita bisa menjalani psikoterapi untuk mengatasi phobia darahnya."

Galaxy mengangguk kecil. Sang Dokter menatap Galaxy, tahu orang mana yang paling bertanggung jawab pada Star diruang ini.

"Nanti kalau sewaktu-waktu terjadi lagi, pertolongan pertama, suruh dia memeluk lututnya sendiri atau angkat kakinya setinggi mungkin dari badanya, guna mengembalikan kembali darah yang berkumpul dikakinya pada otaknya."

"Terimakasih dok." Ucap Galaxy sedikit tersenyum ramah yang dipaksakan, masih bercampur tegang yang samar.

Dia menatap Star, 'Ternyata anak ini begitu rapuh.' Pikirnya.

Beberapa waktu kemudian dokter sudah pulang, Shad juga sudah diluar, hanya ada beberapa pelayan wanita yang memijat tangan dan kaki Star, serta memperban jempolnya sekarang. Galaxy tentunya masih berdiri disampingnya berjaga.

Star mengerjapkan matanya, mulai sadar dan memandang ruangan. Wajahnya masih pias. Bibirnya pucat, kering, Tambah-tambah kulitnya yang putih, bak porselen itu fleksibel seperti squishy.

"Hhh.." gadis itu mengerang lemah.

"Kasih minum!" Perintah Galaxy yang matanya menunjuk gelas, satu pelayan langsung mengambil air putih dinampan nakas, menyodorkan pada Star dan membantu meminumkannya.

Star meneguknya dengan mengernyit. Jantungnya masih berdetak lemah. Seluruh tenaga tubuhnya terkuras, kesadarannya memang sudah kembali tetapi energi tubuhnya masih belum normal.

Star menarik napas, dan menenangkan napasnya. Para pelayan menyodorkan minyak roll pada hidungnya. Gadis itu menatap jempol kakinya yang sudah dibalut perban putih. Dia sudah menenang, ternyata tidak kenapa-kenapa. Star memang selalu ketakutan refleks ketika melihat darah.

Waktu itu saja melihat gesekan darah ditangannya akibat membuka kertas, dia langsung pingsan seperti ini. Tetapi anehnya bila melihat darah menstruasi dia tidak pingsan. Mungkin karna panik berlebih.

Gadis itu masih diam tidak bicara, tahu Galaxy berdiri disampingnya. Lelaki itu bergeming, ikut menatap pelayan yang fokus mempolish perban di jempolnya.

Gadis itu menatap Galaxy, begitupun juga dengan Galaxy. Dia beralih menatap Star. Mereka saling bertatapan. Tetapi bukan saling pandang jatuh cinta. Melainkan Star menatapnya dengan mengkerut, seakan siap-siap mau protes.

"Apa?" Tagih Galaxy terheran.

Dada Star menaik turun mulai emosi. "Kau memblokir kartuku." Ucapnya dengan napas tersengal-senggal.

Galaxy bergeming, dia sebenarnya juga ingin terkekeh. Ternyata star sudah tahu rencana jahilnya.

"Ah kau sudah menyadarinya."

Alis coklat kemerahan Star berkerung, "Kenapa kau lakukan itu? ini gak ada hubungannya sama wasiat."

Galaxy bergeming masih dengan senyum tipis memandang Star.

"Jangan berlaku seenaknya, uang di kartuku itu semua hakku. Kau gak ada sangkut paut untuk mengaturnya." Emosi gadis itu semakin membucah, ia serasa ingin menerkam Galaxy dan mengajaknya berduel.

"Ah kita bicarakan ini besok saja. Kau sekarang istirahat dulu saja." Galaxy pergi menuju pintu keluar. Hendak meninggalkan ruangan, membiarkan Star untuk beristirahat.

"Hey kemari!! aku belum selesai!!." Star terbangun dari duduk, memanggilnya.

Namun Galaxy terus berjalan mengabaikannya, tak mau berdebat dengan kondisi Star yang sedang lemah saat ini. Lelaki itu sudah pergi meninggalkan ruangan.

Star mengeram marah menatap lawang pintu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status