Share

Ibu Susu Anak Pria Miskin
Ibu Susu Anak Pria Miskin
Author: Money Angel

Dipecat

“Bryan, ini gajimu untuk minggu ini. Terima kasih karena kau selalu royal dan tidak perhitungan dengan tenaga.” ucap mandor proyek saat menyodorkan sebuah amplop berisi upah yang berhak Bryan terima.T

"Terima kasih, Ibu Bos. Tidak perlu seperti itu, aku menyukai pekerjaanku di sini.” Bryan menjawab. Di depan atasan wanitanya, pria bertubuh tegap yang wajah tampannya itu masih belum bersih dari debu proyek itu membuka isi amplopnya, “Wah, ini banyak sekali. Apa tidak salah?”

“Gajimu tetap seperti minggu-minggu sebelumnya. Aku hanya menambahkan sedikit, itu untuk putrimu bukan untukmu.” jawab wanita berkacamata itu padanya sambil tersenyum.

“Terima kasih, Bu Bos. Semoga keluargamu selalu sehat. Salam untuk suamimu juga.” Bryan menjawab dengan wajah terharu.

Atasannya berdiri dan mendekat pada Bryan, “Sudah, sudah Pergilah sekarang atau kau akan terlambat. Kau masih harus ke kedai ayam goreng, kan? Hati-hatilah di jalan dan tetap semangat, Papanya Lizzie!” atasannya itu menanggapi sambil mendorong Bryan keluar dari ruang kerjanya.

Bryan Frank, pria berusia 35 tahun itu memang seorang kuli bangunan di proyek pembuatan rumah sakit daerah Ostal Town, tapi ia juga pekerja di sebuah toko ayam goreng cepat saji pada malam harinya. Bryan disukai para rekan kerjanya karena ia tidak pernah perhitungan tenaga dan kinerjanya selalu memuaskan.

Semua itu Bryan lakukan untuk memenuhi kebutuhannya dan juga putri semata wayangnya yang masih berusia 4 bulan. Ya, Brian adalah seorang ayah tunggal bagi Lizzie setelah kekasihnya—Shelly Brown pergi meninggalkan Bryan dan bayi mereka karena satu alasan klise, uang.

Dua minggu lalu, Shelly meninggalkan Lizzie di tempat penitipan anak dan setelah itu mengabarkan pada Bryan lewat pesan singkat kalau ia akan menikah dengan pria tua kaya di luar kota. Hubungan tanpa pernikahan dengan Bryan membuat wanita tamak harta itu tidak berpikir dua kali untuk tetap bersama Bryan membesarkan bayi mereka.

Alhasil, Bryan harus menerima nasibnya mengurus sang bayi sendirian. Akan tetapi, pria berhati tulus itu tidak merasa terbebani dengan hadirnya Lizzie karena ia begitu menyayangi putri cantiknya itu.

“Hai, Super Dad. Ini orderan terakhir. Kau bisa pulang setelah mengantarkan pesanan ini ke alamatnya. Hati-hati di jalan, Bro!” Stu, rekan kerja di toko ayam goreng itu segera berlalu setelah berucap pada Bryan.

“Hmm, kau juga. Tutup tokonya dengan benar atau gelandangan nakal akan mencuri ayammu di frezzer, haha!” Bryan bergurau dan setelah itu mengambil pesanan yang harus ia antarkan di atas meja.

“Aster Motel? Untuk apa memesan ayam goreng? Apa di tempat itu tidak menyediakan menu ayam goreng tepung? Ada-ada saja.” Bryan bergumam, “Ah, sudahlah. Aku hanya harus mengantarkan ayam ini ke pelanggan dan menjemput Lizzie-ku yang manis.” sambungnya mengabaikan sedikit keanehan tentang pelanggan motel yang notabene menyediakan makanan, malah memesan ayam goreng tepung mereka.

Jalanan padat dan cenderung macet. Di sela waktu menunggu lampu merah berganti, Bryan melihat waktu pada layar ponselnya. Bukannya fokus melihat jam, ia malah teralihkan pada wajah si kecil menggemaskan yang menjadi wallpaper layar ponselnya. Itu mengingatkannya kembali pada percakapannya pada Shelly.

Ditinggal kabur kekasih dengan seorang bayi yang masih sangat membutuhkan kasih sayang ibu, tentu membuat Bryan kecewa. Akan tetapi, mengingat perangai Shelly yang tidak sabar dengan ekonomi mereka dan cenderung saat mengurus Lizzie, membuat mantan preman itu merelakan keadaannya.

Suara klakson mobil di belakangnya membuat Bryan tersadar dari lamunan dan melajukan kembal motornya. Tepat pukul delapan malam dan tidak lebih dari setengah jam perjalanan dengan motornya, Bryan tiba di depan Aster Motel. Ia segera masuk ke dalam setelah security di tempat penginapan itu mengizinkannya masuk.

Bryan mengetuk pintu kamar bernomor 314 di depannya, “Permisi... aku mengantar pesanan dari CK Shop.”

Setelah beberapa kali mengetuk pintu dan dua kali memanggil, akhirnya sahutan dari dalam kamar terdengar. Seorang pria berkepala botak dengan perut besarnya yang menyembul dari handuk kimono yang dikenakannya, muncul di depan pintu. Wajahnya terlihat tidak senang menatap Bryan.

“Kau sangat lambat! Aku akan mengajukan komplain pada toko kalian!” ketusnya pada Bryan.

Bryan segera menanggapi dengan sedikit menunduk, “Aku minta maaf karena sedikit terlambat. Ada galian parit di jalan menuju ke sini dan itu membuat jalur padat. Aku tidak akan mengulangi kesalahanku, Tuan.”

Tuan botak gendut itu mendengkus kesal, tapi wajah Bryan yang terlihat olehnya semakin menambah kemarahannya, “Kau Bryan, kan? Kau salah satu kuli anggotanya Nancy yang sering dipujinya itu, kan?”

Mendengar nama atasan wanitanya disebut, Bryan juga dengan cepat menanggapi siapa orang yang memarahinya itu. Ia menyadari kalau pria di depannya adalah manager proyek, atasan Nancy, “B-benar. Aku Bryan Frank, anggota Ibu—,”

“T-tolong...” suara merintih seorang wanita terdengar dari dalam sana, “Siapa pun, tolong aku...”

Bryan langsung melirik ke bosnya itu, tapi ekspresinya kini berubah. Pria botak itu terlihat kikuk di depannya.

“Bukan apa-apa. Pergilah.” Si Bos mengusir Bryan dan langsung mundur lalu menutup pintu. Tapi suara meminta tolong itu terus terdengar di telinga Bryan hingga ia pun menahan pintu sebelum tertutup sempurna.

“Tunggu, Bos. Ada yang meminta tolong di dalam sana. Kau juga mendengarnya, kan?” Bryan bertanya curiga.

“Sudah kubilang kau pergi saja. Ini bukan urusanmu, brengsek!” si bos marah dan mendorong Bryan, tapi karena perbedaan tenaga dan postur tubuh mereka, Bryan yang bertahan bukannya membuatnya mundur, tapi malah membuat pintu semakin terbuka lebar.

“Tolong...”

Suara merintih wanita terdengar lagi, dan itu semakin membuat bos Bryan itu panik dan kembali mendorong, mengusir Brian dari hadapannya, “Aku peringatkan padamu, ini bukan urusanmu. Pergilah!”

‘Prank!’ suara benda berbahan kaca terdengar jatuh dan sesosok wanita dengan pakaian berantakan terlihat oleh Bryan tengah berjalan terhuyung memegangi kepalanya, “Tolong... aku...”

Tanpa mengindahkan bos botaknya itu, Bryan mendorong pintu dan segera masuk saat melihat wanita yang meminta tolong itu nyaris terjatuh ke lantai, “Nona. Kau baik-baik saja?”

Menyadari ada yang menolongnya, wanita cantik yang wajahnya berkeringat dingin dan pucat itu kembali meminta tolong, “Bawa aku ke rumah sakit. Dia pria jahat. Tolong aku...”

“Jangan dengarkan dia. Tinggalkan dia bersamaku di sini. Dia istriku dan ini urusan rumah tangga kami. Kau akan menyesal kalau tidak mendengar perintahku.” Bos Botak memberi peringatan lagi.

“Tapi nona ini memerlukan tindakan medis. Dia sakit, Bos. Kita harus membawanya ke rumah sakit!” Bryan menolak mendengar perintah.

“Tinggalkan kami atau kau kupecat, Brengsek!” bos botak memaki lagi. Ia sangat murka.

Berdiri di antara pilihan ingin menolong tapi ia juga tidak ingin dipecat membuat Bryan bimbang. Akan tetapi, remasan tangan wanita itu di pakaian Bryan membuatnya kaget.

“Jangan percaya, bawa aku ke rumah sakit. Aku bukan istrinya, dia menjebakku. Aku juga tidak tahu kenapa ada di tempat ini...” dalam rintihan kesakitannya, wanita itu menjelaskan cerita singkat keadaannya sampai tidak berdaya seperti itu.

“Omong kosong. Cepat, tinggalkan kami atau kau kupecat!” ancam si bos lagi, tapi kali ini Bryan sudah memutuskan. Ia berdiri sambil mengangkat tubuh lemah wanita itu.

“Pecat saja kalau kau mau. Aku tidak sudi bekerja dalam diam padahal aku tahu sebajingan apa atasanku. Dan kau juga harus tahu kalau sudah tiga kali aku bertemu dan membantu istrimu. Lain kali aku akan bertanya tentang ibu bosku yang lebih dari satu.” dengan kalimat yang tenang, Bryan berjalan melewati si bos yang bahkan tidak berani melawan tatapan membunuh dari Bryan.

“K-kau? Beraninya kau! Kau dipecat, brengsek! Dasar miskin! Tidak berguna! Kau akan jadi gembel di jalanan lagi!”

“Ya, ya, ya... terserah kau, Botak mesum.” sambil berjalan, Bryan menjawab miris umpatan pria yang baru saja menjadi mantan bosnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status