"Kenapa Annie tak bisa dihubungi?" Aku melempar topi sebagai pelampiasan.
Setelah kepergian Annie, aku berusaha sekencang mungkin mengejar mobil yang ia gunakan. Namun nihil. Bahkan sampai depan rumahnya pun tak kutemukan keberadaannya di sana. Sepertinya ia langsung menuju ke lain tempat. Kuhubungi beberapa kali ponselnya, tapi selalu tidak aktif. Layar hologram di depanku hanya berkedip pelan, tak ada tanda akan tersambung. Aku mengutuki diri, mengapa aku tadi terlalu lama berpikir hingga kehilangan jejak sejauh itu? Ah bodoh, dasar pengecut!Mencoba beberapa kali kegagalan, akhirnya kuputuskan untuk menanyakan langsung pada ayah Annie. Dia pasti tahu segalanya, terserah nanti akan kudapati jawaban atau tidak, yang terpenting sekarang aku harus mencari peluang. Ya, itulah keajaiban terakhir yang kubutuhkan. Ayah Annie menolak panggilan. Ia justru mengirimkan pesan singkat sebagai gantinya, menanyakan kebutuhanku.Ayah Annie : Apa yang kau butuhkan, Ren? Maaf aku tak bisa mengangkat panggilanmu. Saat ini aku sedang bekerja.Aku : Maaf ayah jika aku mengganggu. Namun, kepergian Annie tadi membuatku cemas, apakah ia bersamamu?Ayah Annie : Ya, dia bersamaku.Aku : Apakah ada sesuatu yang penting, Ayah? Hingga Annie harus pergi dengan cepat. Ia bilang akan menemuimu secepatnya. Apa yang akan kau lakukan kepadanya, Ayah? Aku mohon, beri aku alamatmu sekarang juga.Ayah Annie : Maaf tidak bisa, Ren. Ini masalah keluarga. Sudahlah, aku harus bekerja. Kita bahas lain waktu saja.Aku : Ayah aku mohon ....Aku : Ayah, izinkan aku untuk bisa menghubunginya sebentarAku : Bagaimana aku tidak khawatir jika kau saja seperti menghalangiku untuk menghubunginya? Aku bisa saja sekarang mencari keberadaanmu, bukan hal yang sulit untukku. Lalu aku menjemput paksa Annie darimu. Ayah Annie : Nanti akan kutanyakan pada Annie apakah dia mau kauhubungi. Aku masih berusaha mengirimkan banyak sekali pesan pada ayah Annie, tapi nihil. Ia telah memutus semua perangkat komunikasi. Entah memang benar ia sedang sibuk bekerja, atau bisa saja memang dia sedang menyembunyikan Annie dariku. Namun, inilah kehebatanku. Sebagai pekerja di pasukan intelijen, tentu hal ini bukan masalah besar bagiku. Aku akan segera menemukan lokasi Annie, lalu menemukannya secepatnya. Sial, mereka telah menutup segala layanan lokasi. Hal ini tentu mempersulitku untuk menemukannya. Kucoba beberapa kali memantau semua jenis sistem perkomunikasian, juga melacak sedikit demi sedikit arah mobil Annie berada. Berhasil, dia berhasil kutemukan. Bodoh, ternyata ia sedang berada di tempat praktek pribadi ayahnya. Padahal setahuku dia sangat membenci tempat itu. Apa yang mereka lakukan di sana? Aku langsung memakai lagi jaketku, memungut topi yang kulempar tadi, dan secepat mungkin menuju tempat yang jaraknya lumayan jauh. Untungnya saat ini sudah banyak jalan yang sangat bagus untuk menghindari kendaraan lain, pun mobil di era ini sudah dilengkapi banyak fitur terbaru. Tiba.Suasana lenggang, seperti tak ada seorang pun di dalam. Bahkan tak kulihat satu pun penjaga di luar.Gedung dengan tinggi hanya 5 lantai itu sangat terlihat elegan untuk keperluan satu keluarga. Tak ada yang boleh memasuki gedung ini selain keluarga Annie, juga beberapa rekan ayah Annie yang telah mendapat perintah dari ayah Annie sendiri. Di gedung ini juga terdapat banyak para peneliti yang tentunya mereka adalah lulusan terbaik di bidang kedokteran pada setiap universitas. Mereka bekerja di bawah naungan gedung kecil ini.Aku masih berada di dalam mobil, memikirkan cara agar bisa masuk ke dalam gedung. Bahkan ruangannya saja aku tak tahu. Aku mencari informasi dengan beberapa kali menggeser layar hologram di depanku. Baiklah, aku akan masuk sekarang juga, aku telah menemukan caranya. "Apa yang Anda perlukan, Tuan?" Salah satu penjaga bertanya setelah aku masuk melewati dua pintu. Sungguh aneh, bahkan di gerbang utama saja tak ada seorang pun penjaga. "Aku ingin menemui Annie.""Siapa itu, Annie?" Hah, dasar bodoh. Apa dia benar-benar tak tahu tentang Annie, atau memang ia berpura-pura di hadapanku? Aku mendengus kesal, harus menjawab apa."Dia salah satu peneliti di sini, dan aku juga akan didaftarkan sebagai peneliti baru," ucapku asal."Baiklah, silakan masuk, Tuan. Ruang penelitian berada di sebelah kanan lantai dua."Hah, apa-apaan lagi ini. Bahkan penjaganya pun langsung mempersilakan orang asing masuk hanya dengan alasan yang sangat dangkal? Sungguh di luar dugaan normalku. Bagaimana bisa, gedung yang sangat menyimpan banyak rahasia dan tempat dilakukannya praktek serta keperluan informasi keluarga dibiarkan terbuka begitu saja bagi orang baru?Namun, tak ada banyak waktu untukku memikirkan itu semua. Aku harus segera mencari keberadaan Annie. Mulai dari memutari lantai paling bawah, bertanya pada banyak orang tentang Annie dan ayahnya, juga menerka sendiri arah yang akan kulewati. Anehnya, banyaknya orang di sini justru tak ada satu pun dari mereka yang mengenal Annie, apakah privasi keluarga ini benar-benar dijaga sebegitu ketatnya? Bahkan anak dari atasan mereka pun tak tahu, sungguh aneh.Setengah jam berkeliling, aku masih belum menemukan keberadaan Annie. Aku memutuskan kembali menghubungi Annie yang masih berada di fase ketidakaktifannya. Berjalan ke rencana kedua, aku mulai menghubungi ayah Annie. Hasilnya nihil, mereka sama-sama tak bisa dihubungi.Padahal aku sudah mencari di segala penjuru ruangan, tapi tetap tidak kutemui mereka. Apakah ada ruang rahasia di sini? Ah, tidak mungkin petaku tak bisa membacanya. Aku memutuskan keluar gedung, mencari cara lain."Maaf Tuan, apakah Anda yang bernama Rey?"Aku mengangguk. Seorang pengaman yang tadi kutanya ternyata mengejarku. Aku keluar dari mobil. "Anda di tunggu Tuan besar di atas. Mari saya antar, Tuan."Entah apa yang kupikirkan, aku langsung saja menurut padanya. Sangat aneh. Mengapa mereka mencoba menutupi akses lokasi, jika akhirnya mereka sendiri yang menyuruhku datang. Entahlah, yang kupikirkan sekarang adalah bagaimana cara agar aku bisa menemukan Annie, kekasihku.Tiba di ruang lantai paling atas. Tempat ini sebelumnya pernah kumasuki tadi. Sama, tak ada apa-apa. "Tunggu di sini, Tuan. Nanti akan ada yang menjemput Tuan. Saya permisi dulu." Dia menganggukan kepalanya sopan.Tiga menit menunggu, datang seorang dengan seragan praktek khasnya. Sepertinya dia bawahan di sini. Tanpa kata, ia langsung melambaikan tangannya menyuruhku mengikuti. Aku menurut.Benar saja, ternyata ada ruangan di dalam ruangan, ini ruang rahasia yang sebelumnya tak sempat kutebak. Di dalam sana masih ada sebuah pintu yang tertutup rapat, tapi aku tak diizinkan masuk. Aku hanya diperbolehkan duduk di meja tunggu. "Tunggulah di sini hingga Tuan besar datang. Sekitar 10 menit lagi ia akan menemuimu.""Baiklah, terima kasih," ucapku siaga.Bagaimanapun juga aku harus tetap bersiaga. Siapa tahu ada jebakan yang mereka pasang di sini. Buktinya mereka dengan mudahnya malah mempersilakanku masuk dan menemui ayah Annie. Anehnya, mereka menganggapku ingin menemui tuan mereka. Padahal itu jelas salah. Aku sama sekali tak mencarinya. Sayangnya mereka sama sekali tak mengenal Annie. Ruang ini tak terdapat apa-apa, hanya sebuah meja dengan dua kursi yang saling berhadapan. Yaitu kursi yang sedang kududuki. Sedangakan tadi aku melewati pintu yang sama persis seperti tembok. Mereka sangat pintar memanipulasi tempat. Hingga menggunakan teknik kuno yang sama sekali tak pernah ada di pikiranku. "Selamat sore, Tuan muda Ren." Suara berat khas yang tiba-tiba membuyarkan lamunanku. Dia tersenyum ramah.Banyak peluh di dahinya, ia juga menggunakan seragam prakteknya. Ternyata memang benar ia sedang sibuk bekerja.
Aku membalasnya dengan senyum tipis."Sabar dulu, Ren. Aku tahu apa yang akan kau tanyakan. Namun, dengarlah dulu perkataanku. Aku sama sekali tak pernah mengada-ada, Ren." Dia berhenti sejenak."Di mana Annie, Ayah," jawabku tak sabar."Dia bersamaku. Dia aman, kau jangan terlalu mengkhawatirkannya. Hanya saja dia berpesan untuk tak menemuimu, begitu pun juga tadi saat aku menawarkan untuk menghubungimu."Aku diam tanpa ekspresi, dasar pembohong."Kau tak perlu berpura-pura. Cepat katakan yang sebenarnya, Ayah." Kali ini aku sama sekali tak bisa memendam emosi."Bukankah sudah kukatakan tadi? Buat apa aku bohong? Hahaha.... Lihatlah benda di tanganku, dia yang berpesan padaku untuk memberimu ini."Sepucuk surat dari kertas disodorkan ayah untukku. Aku diam, masih tak menerima. Jika dari tampilannya saja bisa ditebak kalau ini memang ide Annie. Karena hanya dia yang masih mencintai tradisi zaman dulu. Ayah meletakkan surat itu di atas meja. "Aku tak punya banyak waktu untuk menemanimu, Ren. Pulanglah, jika kau tak ingin membuat kekasihnu itu kecewa. Kau bisa datang kembali esok atau kapan pun yang kau mau, aku bisa membantumu menceritakan semuanya. Bahkan sesuatu yang Annie sendiri tak tahu. Aku sangat percaya padamu, kau anak yang jenius untuk masalah teknologi. Kau pasti bisa memahaminya nanti. Aku harus masuk ke ruangan lagi, Ren. Hati-hati di jalan.""Ayah, tunggu!" Aku berlari menyusulnya. Kalah cepat. Dia telah menutup dan menguncinya dari dalam. Kugenggam dengan sangat erat surat yang Annie berikan. Aku belum membacanya, tapi kutahu isi surat itu. Tak bisa berbuat, ini keputusan Annie sendiri. Aku bisa melihatnya besok. Setidaknya aku tahu kalau ayah sebenarnya adalah orang yang baik, apalagi untuk keselamatan putri semata wayangnya. Aku memutuskan kembali ke rumah.
Hampir semalaman aku tak bisa tidur. Mencari banyak data yang harus kupersiapkan untuk menyelamatkan Annie. Apalagi tentang perkataan Annie pada suratnya agar aku harus menjauhinya, bahkan mencari pengganti pasangan. Sangat aneh. Bagaimana bisa dengan mudah ia mengatakan itu? Sedangkan perjanjian hubungan selalu kami tekankan agar bisa saling menjaga hati.Aku tak pernah menyangka dan aku pun tak akan percaya kalau dia memiliki cinta lain. Semua hanya bohong. Ini karena ulah ayahnya, mungkin saja mereka melakukan perjanjian agar Annie melupakanku dan dijodohkan oleh salah satu orang yang paling dipercayai ayah Annie. Eh, kenapa justru pembahasan perjodohan seperti ini yang kupikirkan?Hahaha, sekarang bukan lagi zaman batu yang mengharuskan cinta melalui perjodohan. Aneh juga, lagian mana mungkin anak sekarang mau dengan mudahnya menerima itu semua. Mereka lebih cenderung berpemikiran keras juga memiliki sikap yang keras untuk kemauannya.
Pukul 04.45Erd dan Pak Edwin telah sampai di kantor pusat. Mereka terlihat sangat lelah. Beberapa pelayan langsung menyuguhkan minuman penenang, pun beberapa makanan ringan. Sangat aneh, bukan? Namun, kami memang telah terbiasa menganggap perusahaan seperti layaknya rumah sendiri."Ren, apakah kau sudah mempelajari berkas yang telah pasukan selatan kirim?" Pak Edwin menanyakan dengan santai."Sepertinya anak kesayangamu itu sedang kongslet, Pak. Dari tadi, ia selalu tertawa sendiri dengan tiba-tiba. Bahkan saat kalian sedang melakukan penyerangan, ia malah tertawa dengan sangat kerasnya. Apakah Dokter Hans telah memiringakan sedikit otaknya ya?" Angel menyerobot jawabanku, padahal aku telah membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Pak Edwin."Hahaha, benarkah begitu Angel? Bisa saja, dia akan menjadi bahan percobaan selanjutnya jika berhasil dijadikan menantunya kelak." Pak Edwin malah ikut membuatku kesal.Aku m
Aku tak tahu dengan keadaan apa yang tengah terjadi saat ini. Tubuhku seakan ditimpa beban sangat berat, apalagi bagian kepala. Seperti ada sesuatu yang akan meledak di dalam kepalaku. Entah sudah berapa hari, aku masih memejamkan mata. Tak tahu dengan keadaan sekitar. Apakah aku masih berada di dunia? Apakah aku masih hidup?Tidak-tidak, aku memang masih hidup. Aku masih sedikit bisa mendengar suara-suara di sekitar. Bisa mengenal waktu pagi, siang, dan malam. Itu juga berkat percakapan orang di sekitarku, juga suara denting jam khas kota kami.Kondisiku saat ini sangat lemah. Jika diukur, mungkin detak jantungku hampir saja menghilang. Sebenarnya apa yang orang-orang pintar ini lakukan pada tubuhku? Apakah mereka sengaja ingin membuatku mati?Ayah? Bukankah terakhir kali aku melihatnya, ia tengah tersenyum padaku? Apakah dia sudah bangga denganku? Apakah dia sudah tak lagi membenciku? Tidak, aku salah. Ayah tak pernah membenciku, hanya
Seminggu, waktu yang kami perlukan untuk mencari data sebanyak-banyaknya seperti apa yang Pak Ed perintahkan. Semua data juga sudah kukirim berkala pada kantor pusat.Besok, pagi-pagi sekali aku memutuskan untuk kembali ke kantor pusat. Erd tadinya tak menyetujui ajakanku, tapi bagaimana lagi, aku selalu ngeyel untuk bisa pulang dengan alasan paling masuk akal yang sudah kurancang jauh-jauh hari.Selama seminggu di wilayah selatan, sepertinya kulitku lebih coklat dari biasanya. Aku yang biasa bekerja dari dalam gedung, kini harus mengikuti intruksi Erd untuk memantau langsung dari lapangan. Lagian, beberapa kali kami mencari kesempatan untuk terjun, semua hanya sia-sia. Tak kutemui apa pun di sana. Cyborg itu memang sangat cerdik. Sepertinya dia tahu kalau saat ini hidupnya tengah diancam oleh para mata-mata.Bahkan tiga hari lalu, aku memutuskan untuk melaju ke wilayah selatan-utara, utara-selatan, hanya demi mencari keberadaan Cyborg it
Sekitar pukul 08.00 aku sudah berada di kantor pusat. Suasana terlihat lebih sepi dari biasanya. Mungkin mereka sudah fokus pada tugasnya masing-masing.Tidak, mengapa bahkan sampai kulewati beberapa koridor pekerja, mereka masih tak terlihat batang hidungnya? Aku melihat ke Erd yang masih dengan tenang berjalan ke depan. Menuju ke lift markas kami.Belum sempat masuk ke lift, seseorang berlari dengan sangat tergopoh, ia membawa perlengkapan senjatanya. Bahkan dia tak menyapaku sama sekali."Apakah kau tak merasakan perbedaan, Erd?""Aku merasakannya, Ren. Mereka sangat aneh. Lalu, apakah ada hari libur untuk kita para pasukan bayangan? Sangat mustahil. Jika pun benar iya, aku akan pulang sekarang juga, aku masih mengantuk, Ren."Aku memikirkan kalimat konyol Erd, tapi dari awal pertama aku di sini bahkan masih bekerja sebagai junior. Aku sama sekali tak pernah merasakan ada libur. Bahkan saat aku harus pulan
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Aku kembali menanyakan hal yang sama."Semalam, kantor kita di serang oleh para makhluk tadi. Bahkan mereka berpasukan lebih banyak dari ini. Juga melakukan penyerangan yang lebih ganas." Salah satu junior memberi tahu."Adakah perintah dari Pak Edwin untuk kalian?" Aku mencoba menanyakan hal lain.Tak ada gunanya kutanyakan di mana posisi semua rekan dan Pak Edwin sekarang. Mereka pasti tengah berada di tempat yang baik dan mungkin saja tengah melakukan penyerangan. Bukannya tak penting, tapi justru dengan menjalankan perintah dengan baik, bekerja sama sebaik mungkin, justru aku bisa menyelamatkan mereka.Entahlah, aneh juga sebenarnya jika Pak Edwin atau rekan lain sama sekali tak memberi kabar sedikit pun. Bahkan tak ada kabar di masyarakat. Mereka sama sekali belum mengetahui hal ini."Sejak penyerangan tadi malam. Atasanku hanya mengatakan kalau kubu junior dibagi dua. Satu untuk
Hari ini, terhitung tiga hari sudah aku meninggalkan kota kesayangan. Kota dengan banyak kenangan. Saat aku tertawa bahagia pun kisah kelam yang telah kulewati. Sebenarnya aku tak pernah menyesal sama sekali, tapi semua anggota badanku seakan menolak sistem kerja baru mereka. Bukan hanya itu, otakku juga sangat menolak kisah dibalik ini semua.Ternyata dugaanku salah, kawan. Aku tak kehilangan semua ingatanku. Aku pun tak kehilangan semua rasa di hati. Memang ada beberapa yang harus kuingat dengan sangat keras, tapi bukan berarti aku kehilangannya, bukan?Aku berdiri di atas hamparan pasir yang sangat lembut, beberapa kali ombak datang dengan pelan, membasahi kakiku, juga memercikkan air asinnya di wajahku. Disambut juga dengan angin sepoi yang memainkan anak rambutku. Membuatku teringat saat dulu ibu membawaku berlarian ke pantai, tapi juga bukan berarti berada di tempat ini.Dulu, aku berlari dengan sangat kencangnya, ayah mengejarku de
Dalam waktu 24 jam aku berhasil memperbaiki semua kerusakan sistem komunikasi di area kantor pusat. Aku juga mengirim sinyal pada semua rekan, mulai melacak keberadaan mereka. Semoga saja alat komunikasi yang mereka gunakan tidak mengalami kerusakan.Erd langsung menghubungiku seketika."Ren, aku mempunyai kabar bagus.""Apa itu?""Lihat semua berkasku. Aku sudah mengirimkannya barusan. Ternyata kau memang jago, Ren. Jika saja kau belum berhasil memperbaiki sistem komunikasi, tentu pengintaianku akan sia-sia."Aku hanya tertawa kecil."Itu hal mudah buatku, Erd." Aku sedikit menyombongkan diri."Apakah kau sudah melacak keberadaan Pak Edwin dan Andre? Kalau Angel, dia bersamaku sekarang. Baru sejam yang lalu, aku menyuruhnya menjaga kantor utara. Pemimpin pasukan di sana memerlukan bantuan untuk membahas suatu hal.""Aku baru saja mengirim sinyal pada merek