Share

Episode 5

Pukul 04.45

Erd dan Pak Edwin telah sampai di kantor pusat. Mereka terlihat sangat lelah. Beberapa pelayan langsung menyuguhkan minuman penenang, pun beberapa makanan ringan. Sangat aneh, bukan? Namun, kami memang telah terbiasa menganggap perusahaan seperti layaknya rumah sendiri. 

"Ren, apakah kau sudah mempelajari berkas yang telah pasukan selatan kirim?" Pak Edwin menanyakan dengan santai.

"Sepertinya anak kesayangamu itu sedang kongslet, Pak. Dari tadi, ia selalu tertawa sendiri dengan tiba-tiba. Bahkan saat kalian sedang melakukan penyerangan, ia malah tertawa dengan sangat kerasnya. Apakah Dokter Hans telah memiringakan sedikit otaknya ya?" Angel menyerobot jawabanku, padahal aku telah membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Pak Edwin.

"Hahaha, benarkah begitu Angel? Bisa saja, dia akan menjadi bahan percobaan selanjutnya jika berhasil dijadikan menantunya kelak." Pak Edwin malah ikut membuatku kesal.

Aku menutup mulut kembali, berpura-pura sibuk dengan monitor di depanku.

"Huamm, bolehkah aku tidur dulu? Cerita kalian sangat tak menarik." Erd menyeruput kopinya.

"Hey, terima kasih, Kawan. Kau selalu saja membantuku." Aku mendekati Erd, menepuk-nepuk pundaknya. 

"Heh, siapa yang membantumu? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."

Aku tercengang dengan jawaban Erd.

Dia menyeretku duduk di sampingnya. Mulai mengutak atik monitor utama. Lalu menampilkan gambar makhluk asing tadi.

"Ini baru menarik. Hahaha ...." Erd menampilkan gambar sosok makhluk asing tadi yang sangat cantik dan berpakaian minim. 

Aku menatapnya tak berkedip. Bukan menatap layar, tapi menatap temanku yang satu ini.

Ruangan lenggang seketika. Bahkan Angel pun yang biasanya cerewet, kini tak bisa berkata apa-apa.

"Dia lebih seksi darimu, Angel," ucapku membalas dendam perbuatan Angel padaku tadi.

Dia hanya mengangguk tertahan.

Sedangkan Erd masih saja melongo, menatap kecantikan alami dari makhluk asing tersebut. Begitu pun dengan Andre. Ia sama sekali tak berkedip melihat gambar di monitor.

Namun, tiba-tiba layar berubah menjadi gambar kucing yang sedang menggorek tanah. 

Pak Edwin nyengir saat kami menatapnya dengan pandangan sinis.

"Baiklah anak-anak, waktu bercanda kalian sudah habis." Pak Edwin tersenyum senang.

"Betul itu, lagian mereka akan tetap senang kalau terpajang gambar itu terus. Apakah lelaki sangat mudah dibohongi hanya dengan kecantikan saja? Sudah jelas mereka adalah monster, hiiih."Angel menampakkan ekspresi menyebalkannya.

"Heh, kalau merasa kalah cantik, kau tak boleh menghinanya. Untung saja dia tak mendengar perkataanmu itu. Kau tahu, jika salah satu dari mereka mendengarnya, kau sudah pasti akan dibunuh dengan kejam dalam satu menit." Erd menjawab, sebagai bentuk kekesalannya.

"Pliss Erd, aku hanya tak menginginkan salah satu dari kita benar-benar gila. Hey, masih banyak gadis cantik di sini, kau tak perlu mengidamkan makhluk jelek itu."

"Justru karena mereka memiliki kekuatan super. Bayangkan saja jika dia menikah denganku lalu kami hidup bahagia, kalian tak akan menjadi sasaran penyerangannya. Dia akan menjadi baik." 

"Mari Pak Ed, kita pergi dari sini. Suasana mulai mencekam." Sindirku ketus.

"Hehhh ...."

Belum sempat Erd dan Angel menyerangku, Pak Edwin lebih dulu memotongnya.

"Apa yang kau pikirkan tentang kekasih Erd itu, Ren?"

Aku hampir tersedak air liur mendengarnya.

Lihatlah, muka Erd sudah memerah seketika.

"Dia bukan makhluk luar angkasa."

"Tuh kan benar. Yuhuuu ...." Erd langsung menyahut perkataanku.

"Kau memang sahabatku, Ren," lanjutnya sambil memelukku.

Aku hanya menatapnya heran.

"Lanjutkan, Ren. Biarkan dia yang sedang mabuk asmara itu." Pak Edwin mulai jengah terhadap tingkah Erd.

"Menurut pemikiranku, mereka adalah manusia." 

Belum sempat kulanjutkan penjelasan, Erd sudah hampir melepas kembali seruannya. Namun, segera ia tutupi mulutnya itu. Tingkahnya membuatku menahan tawa. 

"Aku mempunyai banyak data tentang hal ini. Juga tentang Cyborg paling awal di muka bumi. Mereka berasal dari masa lalu. Entahlah, apa yang membuat mereka menunjukkan antenanya kalau Cyborg ini berasal dari masa kini. Saat ini, teknologi sudah teramat maju, banyak desain Cyborg yang lebih bagus dari mereka. Banyak juga dari para perintis Cyborg yang mengubah antena itu dengan alat lain yang tak tampak di luar kepala. Hingga mereka terlihat seperti layaknya manusia biasa. 

"Sedangkan makhluk ini, mereka masih menggunakan antenanya. Aku yakin, seratus persen bahwa mereka Cyborg ciptaan masa lampau."

"Tadi kau mengatakan kalau mereka adalah manusia, lalu mengapa penjelasanmu berubah ke Cyborg, Ren?" Andre bertanya memastikan.

"Iya, betul itu. Bukankah Cyborg berasal dari manusia biasa? Lalu mereka dimodifikasi sedemikian rupa hingga memiliki sesuatu yang berbeda. Seperti halnya antena dan kekuatan yang mereka gunakan untuk penyerangan."

"Hmmm, sepertinya masalah kita tak hanya sampai di sini. Malam ini adalah awal dari segalanya." Pak Ed menatap kami satu persatu. 

Kami semua tegang, mempersiapkan segenap rasa untuk bisa menenangkan diri. Hanya Erd yang terlihat malah tersenyum tipis. Ternyata benar kata Angel, kalau dia sudah mulai gila. 

"Apa rencana selanjutnya, Pak?" Andre masih mematung.

"Kita selidiki dulu mereka. Cari tahu tentang kebiasaan, kekuatan, dan kelemahannya. Setelah itu, baru kita lakukan penyerangan jika mereka benar-benar menganggap kita musuh."

Kali ini Erd yang terlihat paling murung. Sedangkan kami para manusia normal malah bersemangat mendengar kata penyerangan. Apakah benar kalau Erd benar-benar menaruh hatinya pada Cyborg itu? Kenapa dia jadi tak waras begini? Aku mulai khawatir dengan sahabatku itu.

"Aku akan memerintahkan wilayah selatan untuk memperketat keamanan kota. Juga meminta mereka untuk terus mengirim data-data yang bisa kita pelajari. Selain itu, aku memerintahkan kau Ren, dan Erd untuk bisa membantu teman kalian di wilayah selatan." Pak Edwin dengan tenang menatap kami berdua.

Aku hanya terdiam, pikiranku kembali berada pada bayangan Annie yang saat ini entah bagaimana kabarnya. 

"Apakah kau keberatan, Ren?" Nampaknya Pak Edwin bisa membaca perasaanku.

"Oh, jelas saja tidak, Pak. Kau telah memerintah orang yang tepat. Bukan begitu, Ren?" Erd menyikutku pelan. 

Aku hanya mengeluarkan cengiran khas. 

"Baiklah, kalian bisa ke sana sekarang juga."

Aku terbelalak. Bagaimana dengan nasib Annie jika aku harus ke selatan? Aku seakan ingin meminta mundur dari tugas ini. Namun, lagi-lagi Erd membuatku harus menuruti perintah.

Dia langsung berpamitan pada semua. Lalu, menyeretku tanpa ampun. Jelas dia sangat bahagia dengan tugas ini. Bukankah dengan begitu ia bisa terus mengamati garak gerik sang monster idamannya itu? Dih, lama-lama aku jadi agak kesal dengan tingkah sahabatku ini. Ingin rasanya aku memarahinya sekarang juga, tapi bagaimana lagi, dia memang benar. Lagian sejak kapan, aku menolak tugas dari atasan. 

Tidak-tidak, seperti yang pernah kutekankan, kalau pekerjaan ini adalah tanggung jawabku. Aku harus menjalankannya dengan benar.

Tolonglah, lupakan Annie sejenak. Dia pasti baik-baik saja. Aku harus percaya itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status