Pukul 04.45
Erd dan Pak Edwin telah sampai di kantor pusat. Mereka terlihat sangat lelah. Beberapa pelayan langsung menyuguhkan minuman penenang, pun beberapa makanan ringan. Sangat aneh, bukan? Namun, kami memang telah terbiasa menganggap perusahaan seperti layaknya rumah sendiri. "Ren, apakah kau sudah mempelajari berkas yang telah pasukan selatan kirim?" Pak Edwin menanyakan dengan santai."Sepertinya anak kesayangamu itu sedang kongslet, Pak. Dari tadi, ia selalu tertawa sendiri dengan tiba-tiba. Bahkan saat kalian sedang melakukan penyerangan, ia malah tertawa dengan sangat kerasnya. Apakah Dokter Hans telah memiringakan sedikit otaknya ya?" Angel menyerobot jawabanku, padahal aku telah membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Pak Edwin."Hahaha, benarkah begitu Angel? Bisa saja, dia akan menjadi bahan percobaan selanjutnya jika berhasil dijadikan menantunya kelak." Pak Edwin malah ikut membuatku kesal.Aku menutup mulut kembali, berpura-pura sibuk dengan monitor di depanku."Huamm, bolehkah aku tidur dulu? Cerita kalian sangat tak menarik." Erd menyeruput kopinya."Hey, terima kasih, Kawan. Kau selalu saja membantuku." Aku mendekati Erd, menepuk-nepuk pundaknya. "Heh, siapa yang membantumu? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."Aku tercengang dengan jawaban Erd.Dia menyeretku duduk di sampingnya. Mulai mengutak atik monitor utama. Lalu menampilkan gambar makhluk asing tadi.
"Ini baru menarik. Hahaha ...." Erd menampilkan gambar sosok makhluk asing tadi yang sangat cantik dan berpakaian minim. Aku menatapnya tak berkedip. Bukan menatap layar, tapi menatap temanku yang satu ini.Ruangan lenggang seketika. Bahkan Angel pun yang biasanya cerewet, kini tak bisa berkata apa-apa."Dia lebih seksi darimu, Angel," ucapku membalas dendam perbuatan Angel padaku tadi.Dia hanya mengangguk tertahan.Sedangkan Erd masih saja melongo, menatap kecantikan alami dari makhluk asing tersebut. Begitu pun dengan Andre. Ia sama sekali tak berkedip melihat gambar di monitor.Namun, tiba-tiba layar berubah menjadi gambar kucing yang sedang menggorek tanah. Pak Edwin nyengir saat kami menatapnya dengan pandangan sinis."Baiklah anak-anak, waktu bercanda kalian sudah habis." Pak Edwin tersenyum senang."Betul itu, lagian mereka akan tetap senang kalau terpajang gambar itu terus. Apakah lelaki sangat mudah dibohongi hanya dengan kecantikan saja? Sudah jelas mereka adalah monster, hiiih."Angel menampakkan ekspresi menyebalkannya."Heh, kalau merasa kalah cantik, kau tak boleh menghinanya. Untung saja dia tak mendengar perkataanmu itu. Kau tahu, jika salah satu dari mereka mendengarnya, kau sudah pasti akan dibunuh dengan kejam dalam satu menit." Erd menjawab, sebagai bentuk kekesalannya."Pliss Erd, aku hanya tak menginginkan salah satu dari kita benar-benar gila. Hey, masih banyak gadis cantik di sini, kau tak perlu mengidamkan makhluk jelek itu.""Justru karena mereka memiliki kekuatan super. Bayangkan saja jika dia menikah denganku lalu kami hidup bahagia, kalian tak akan menjadi sasaran penyerangannya. Dia akan menjadi baik." "Mari Pak Ed, kita pergi dari sini. Suasana mulai mencekam." Sindirku ketus."Hehhh ...."Belum sempat Erd dan Angel menyerangku, Pak Edwin lebih dulu memotongnya."Apa yang kau pikirkan tentang kekasih Erd itu, Ren?"Aku hampir tersedak air liur mendengarnya.Lihatlah, muka Erd sudah memerah seketika."Dia bukan makhluk luar angkasa.""Tuh kan benar. Yuhuuu ...." Erd langsung menyahut perkataanku."Kau memang sahabatku, Ren," lanjutnya sambil memelukku.Aku hanya menatapnya heran."Lanjutkan, Ren. Biarkan dia yang sedang mabuk asmara itu." Pak Edwin mulai jengah terhadap tingkah Erd."Menurut pemikiranku, mereka adalah manusia." Belum sempat kulanjutkan penjelasan, Erd sudah hampir melepas kembali seruannya. Namun, segera ia tutupi mulutnya itu. Tingkahnya membuatku menahan tawa. "Aku mempunyai banyak data tentang hal ini. Juga tentang Cyborg paling awal di muka bumi. Mereka berasal dari masa lalu. Entahlah, apa yang membuat mereka menunjukkan antenanya kalau Cyborg ini berasal dari masa kini. Saat ini, teknologi sudah teramat maju, banyak desain Cyborg yang lebih bagus dari mereka. Banyak juga dari para perintis Cyborg yang mengubah antena itu dengan alat lain yang tak tampak di luar kepala. Hingga mereka terlihat seperti layaknya manusia biasa. "Sedangkan makhluk ini, mereka masih menggunakan antenanya. Aku yakin, seratus persen bahwa mereka Cyborg ciptaan masa lampau.""Tadi kau mengatakan kalau mereka adalah manusia, lalu mengapa penjelasanmu berubah ke Cyborg, Ren?" Andre bertanya memastikan."Iya, betul itu. Bukankah Cyborg berasal dari manusia biasa? Lalu mereka dimodifikasi sedemikian rupa hingga memiliki sesuatu yang berbeda. Seperti halnya antena dan kekuatan yang mereka gunakan untuk penyerangan.""Hmmm, sepertinya masalah kita tak hanya sampai di sini. Malam ini adalah awal dari segalanya." Pak Ed menatap kami satu persatu. Kami semua tegang, mempersiapkan segenap rasa untuk bisa menenangkan diri. Hanya Erd yang terlihat malah tersenyum tipis. Ternyata benar kata Angel, kalau dia sudah mulai gila. "Apa rencana selanjutnya, Pak?" Andre masih mematung."Kita selidiki dulu mereka. Cari tahu tentang kebiasaan, kekuatan, dan kelemahannya. Setelah itu, baru kita lakukan penyerangan jika mereka benar-benar menganggap kita musuh."Kali ini Erd yang terlihat paling murung. Sedangkan kami para manusia normal malah bersemangat mendengar kata penyerangan. Apakah benar kalau Erd benar-benar menaruh hatinya pada Cyborg itu? Kenapa dia jadi tak waras begini? Aku mulai khawatir dengan sahabatku itu."Aku akan memerintahkan wilayah selatan untuk memperketat keamanan kota. Juga meminta mereka untuk terus mengirim data-data yang bisa kita pelajari. Selain itu, aku memerintahkan kau Ren, dan Erd untuk bisa membantu teman kalian di wilayah selatan." Pak Edwin dengan tenang menatap kami berdua.Aku hanya terdiam, pikiranku kembali berada pada bayangan Annie yang saat ini entah bagaimana kabarnya. "Apakah kau keberatan, Ren?" Nampaknya Pak Edwin bisa membaca perasaanku."Oh, jelas saja tidak, Pak. Kau telah memerintah orang yang tepat. Bukan begitu, Ren?" Erd menyikutku pelan. Aku hanya mengeluarkan cengiran khas. "Baiklah, kalian bisa ke sana sekarang juga."Aku terbelalak. Bagaimana dengan nasib Annie jika aku harus ke selatan? Aku seakan ingin meminta mundur dari tugas ini. Namun, lagi-lagi Erd membuatku harus menuruti perintah.Dia langsung berpamitan pada semua. Lalu, menyeretku tanpa ampun. Jelas dia sangat bahagia dengan tugas ini. Bukankah dengan begitu ia bisa terus mengamati garak gerik sang monster idamannya itu? Dih, lama-lama aku jadi agak kesal dengan tingkah sahabatku ini. Ingin rasanya aku memarahinya sekarang juga, tapi bagaimana lagi, dia memang benar. Lagian sejak kapan, aku menolak tugas dari atasan. Tidak-tidak, seperti yang pernah kutekankan, kalau pekerjaan ini adalah tanggung jawabku. Aku harus menjalankannya dengan benar.Tolonglah, lupakan Annie sejenak. Dia pasti baik-baik saja. Aku harus percaya itu.
Aku tak tahu dengan keadaan apa yang tengah terjadi saat ini. Tubuhku seakan ditimpa beban sangat berat, apalagi bagian kepala. Seperti ada sesuatu yang akan meledak di dalam kepalaku. Entah sudah berapa hari, aku masih memejamkan mata. Tak tahu dengan keadaan sekitar. Apakah aku masih berada di dunia? Apakah aku masih hidup?Tidak-tidak, aku memang masih hidup. Aku masih sedikit bisa mendengar suara-suara di sekitar. Bisa mengenal waktu pagi, siang, dan malam. Itu juga berkat percakapan orang di sekitarku, juga suara denting jam khas kota kami.Kondisiku saat ini sangat lemah. Jika diukur, mungkin detak jantungku hampir saja menghilang. Sebenarnya apa yang orang-orang pintar ini lakukan pada tubuhku? Apakah mereka sengaja ingin membuatku mati?Ayah? Bukankah terakhir kali aku melihatnya, ia tengah tersenyum padaku? Apakah dia sudah bangga denganku? Apakah dia sudah tak lagi membenciku? Tidak, aku salah. Ayah tak pernah membenciku, hanya
Seminggu, waktu yang kami perlukan untuk mencari data sebanyak-banyaknya seperti apa yang Pak Ed perintahkan. Semua data juga sudah kukirim berkala pada kantor pusat.Besok, pagi-pagi sekali aku memutuskan untuk kembali ke kantor pusat. Erd tadinya tak menyetujui ajakanku, tapi bagaimana lagi, aku selalu ngeyel untuk bisa pulang dengan alasan paling masuk akal yang sudah kurancang jauh-jauh hari.Selama seminggu di wilayah selatan, sepertinya kulitku lebih coklat dari biasanya. Aku yang biasa bekerja dari dalam gedung, kini harus mengikuti intruksi Erd untuk memantau langsung dari lapangan. Lagian, beberapa kali kami mencari kesempatan untuk terjun, semua hanya sia-sia. Tak kutemui apa pun di sana. Cyborg itu memang sangat cerdik. Sepertinya dia tahu kalau saat ini hidupnya tengah diancam oleh para mata-mata.Bahkan tiga hari lalu, aku memutuskan untuk melaju ke wilayah selatan-utara, utara-selatan, hanya demi mencari keberadaan Cyborg it
Sekitar pukul 08.00 aku sudah berada di kantor pusat. Suasana terlihat lebih sepi dari biasanya. Mungkin mereka sudah fokus pada tugasnya masing-masing.Tidak, mengapa bahkan sampai kulewati beberapa koridor pekerja, mereka masih tak terlihat batang hidungnya? Aku melihat ke Erd yang masih dengan tenang berjalan ke depan. Menuju ke lift markas kami.Belum sempat masuk ke lift, seseorang berlari dengan sangat tergopoh, ia membawa perlengkapan senjatanya. Bahkan dia tak menyapaku sama sekali."Apakah kau tak merasakan perbedaan, Erd?""Aku merasakannya, Ren. Mereka sangat aneh. Lalu, apakah ada hari libur untuk kita para pasukan bayangan? Sangat mustahil. Jika pun benar iya, aku akan pulang sekarang juga, aku masih mengantuk, Ren."Aku memikirkan kalimat konyol Erd, tapi dari awal pertama aku di sini bahkan masih bekerja sebagai junior. Aku sama sekali tak pernah merasakan ada libur. Bahkan saat aku harus pulan
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Aku kembali menanyakan hal yang sama."Semalam, kantor kita di serang oleh para makhluk tadi. Bahkan mereka berpasukan lebih banyak dari ini. Juga melakukan penyerangan yang lebih ganas." Salah satu junior memberi tahu."Adakah perintah dari Pak Edwin untuk kalian?" Aku mencoba menanyakan hal lain.Tak ada gunanya kutanyakan di mana posisi semua rekan dan Pak Edwin sekarang. Mereka pasti tengah berada di tempat yang baik dan mungkin saja tengah melakukan penyerangan. Bukannya tak penting, tapi justru dengan menjalankan perintah dengan baik, bekerja sama sebaik mungkin, justru aku bisa menyelamatkan mereka.Entahlah, aneh juga sebenarnya jika Pak Edwin atau rekan lain sama sekali tak memberi kabar sedikit pun. Bahkan tak ada kabar di masyarakat. Mereka sama sekali belum mengetahui hal ini."Sejak penyerangan tadi malam. Atasanku hanya mengatakan kalau kubu junior dibagi dua. Satu untuk
Hari ini, terhitung tiga hari sudah aku meninggalkan kota kesayangan. Kota dengan banyak kenangan. Saat aku tertawa bahagia pun kisah kelam yang telah kulewati. Sebenarnya aku tak pernah menyesal sama sekali, tapi semua anggota badanku seakan menolak sistem kerja baru mereka. Bukan hanya itu, otakku juga sangat menolak kisah dibalik ini semua.Ternyata dugaanku salah, kawan. Aku tak kehilangan semua ingatanku. Aku pun tak kehilangan semua rasa di hati. Memang ada beberapa yang harus kuingat dengan sangat keras, tapi bukan berarti aku kehilangannya, bukan?Aku berdiri di atas hamparan pasir yang sangat lembut, beberapa kali ombak datang dengan pelan, membasahi kakiku, juga memercikkan air asinnya di wajahku. Disambut juga dengan angin sepoi yang memainkan anak rambutku. Membuatku teringat saat dulu ibu membawaku berlarian ke pantai, tapi juga bukan berarti berada di tempat ini.Dulu, aku berlari dengan sangat kencangnya, ayah mengejarku de
Dalam waktu 24 jam aku berhasil memperbaiki semua kerusakan sistem komunikasi di area kantor pusat. Aku juga mengirim sinyal pada semua rekan, mulai melacak keberadaan mereka. Semoga saja alat komunikasi yang mereka gunakan tidak mengalami kerusakan.Erd langsung menghubungiku seketika."Ren, aku mempunyai kabar bagus.""Apa itu?""Lihat semua berkasku. Aku sudah mengirimkannya barusan. Ternyata kau memang jago, Ren. Jika saja kau belum berhasil memperbaiki sistem komunikasi, tentu pengintaianku akan sia-sia."Aku hanya tertawa kecil."Itu hal mudah buatku, Erd." Aku sedikit menyombongkan diri."Apakah kau sudah melacak keberadaan Pak Edwin dan Andre? Kalau Angel, dia bersamaku sekarang. Baru sejam yang lalu, aku menyuruhnya menjaga kantor utara. Pemimpin pasukan di sana memerlukan bantuan untuk membahas suatu hal.""Aku baru saja mengirim sinyal pada merek
Erd mengirimkan banyak sekali data terbaru. Juga beberapa gambar yang ia ambil untuk memperjelas informasi yang ia dapatkan. Aku bisa memahami dengan sangat cepat. Benar juga perkataan Andre tadi. Ternyata Erd juga merumuskan masalahnya di sini. Kami belum menemukan jawaban pasti, mengapa hanya kami para anggota pasukan bayangan yang dapat melihat dengan mata telanjang? Kenapa masyarakat sama sekali belum mengetahui tentang hal ini? Selain karena informasi bohong yang tengah tersebar, mengapa sama sekali tak ada satu pun warga yang memergoki aksi kami? Apakah ada sesuatu yang melapisi udara? Semacam sekat? Aku malah berpikiran terlalu jauh, teringat dengan cerita dongeng masa lalu, yang sering diceritakan Annie.Sebelum mengingat Annie lebih jauh, aku kembali melanjutkan mempelajari berkas yang dikirimkan Erd. Aku mulai mengerti sekarang dengan sistem kerja para Cyborg itu. Memang lumayan sulit untuk dikalahkan, tapi ternyata tanpa disadari aku telah menemukan cara pali
Sampai di depan gedung lima tingkat itu, aku langsung berlari kecil memasukinya. Tak kuhiraukan para penjaga yang menatap kedatanganku. Mereka juga hanya melihat sekilas. Tetap seperti kemarin, gedung ini tak terlalu mementingkan keamanan pada orang asing yang baru masuk.Tanpa mencari arah, pun bertanya tempat, aku langsung menuju ke ruang tunggu praktek ayah Annie. Tak perlu heran lagi dengan dinding kamuflase, aku pun dengan mudah memasukinya. Sampai. Keringatku bercucuran. Jantungku berdetak sangat kencang, aku tak tahu apa yang akan dikatakan Dokter Hans nanti.Aku duduk di kursi tunggu, seperti saat pertama kali kuinjakkan kaki di ruang ini. Hampir saja kuhubungi Dokter Hans, dia sudah keluar dengan seragam khususnya. Sepertinya kali ini tak ada pasien di dalam. Sang dokter tampak tenang, berbeda dengan waktu itu yang dengan jelas terpampang wajah kelelahannya."Hay, Ren. Terima kasih kau mau datang ke sini memenuhi undanganku." Dia