Share

Episode 8

Sekitar pukul 08.00 aku sudah berada di kantor pusat. Suasana terlihat lebih sepi dari biasanya. Mungkin mereka sudah fokus pada tugasnya masing-masing.

Tidak, mengapa bahkan sampai kulewati beberapa koridor pekerja, mereka masih tak terlihat batang hidungnya? Aku melihat ke Erd yang masih dengan tenang berjalan ke depan. Menuju ke lift markas kami. 

Belum sempat masuk ke lift, seseorang berlari dengan sangat tergopoh, ia membawa perlengkapan senjatanya. Bahkan dia tak menyapaku sama sekali.

 

"Apakah kau tak merasakan perbedaan, Erd?" 

"Aku merasakannya, Ren. Mereka sangat aneh. Lalu, apakah ada hari libur untuk kita para pasukan bayangan? Sangat mustahil. Jika pun benar iya, aku akan pulang sekarang juga, aku masih mengantuk, Ren." 

Aku memikirkan kalimat konyol Erd, tapi dari awal pertama aku di sini bahkan masih bekerja sebagai junior. Aku sama sekali tak pernah merasakan ada libur. Bahkan saat aku harus pulang ke rumah, itu pun terkadang harus tetap menyalakan sistem komunikasi dan mempelajari banyak data. 

Aku langsung mengingat junior bawah tadi yang berlari dengan cemas. Mengapa dia sendiri? Aku bahkan tak pernah mengenalnya, dan jika pun memang ada sesuatu hal yang sulit, dia pasti bersama rekan dan atasannya. 

"Sudahlah, Ren. Jangan terlalu kau hiraukan itu. Kita harus segera ke atas sekarang." Erd menyadarkanku. 

Aku mengangguk mantap, berjalan dengan sangat cepat ke markas utama kami.

Sampai di markas, aku masih heran dengan suasana yang sangat sepi. Biasanya selalu ada gurauan di antara mereka. Aku terus berjalan masuk, tetap tak kutemukan seorang pun. Bahkan saat aku melewati meja Andre, dia sepertinya tak ada di ruang ini. Aku berjalan ke arah monitor utama, menghidupkannya. Biasanya bahkan monitor ini tak pernah mati.

Tak bisa.

Kembali kuulangi gerakan menghidupkan monitor, tetap tak bisa. Aku terheran, mulai curiga dengan keadaan yang sangat ganjil. 

"Sepertinya sistem komunikasi di sini terputus, Ren. Aku sudah memeriksa banyak monitor yang hasilnya sama. Bukan hanya sistem komunikasi, tetapi semua alat elektronik di sini mati. Tak mungkin kan jika ada kerusakan?"

"Di mana mereka?" Aku bertanya tegas, mulai bisa membaca keadaan.

"Hubungi Pak Edwin sekarang juga, tanyakan posisinya." Aku memerintah Erd.

Erd masih mencoba menghubungi Pak Edwin, juga rekan lainnya. Sedangkan aku memilih untuk mencari titik informasi. 

Kuamati semua isi markas, tetap sama. Monitor panjang masih terpajang di dinding dengan bentuk setengah melingkar. Monitor utama juga masih bertengger di tengah-tengah meja kami, tepatnya di meja yang biasa diduduki Pak Edwin. Dia lebih senang berada di sini, dari pada di ruangan khususnya. 

"Mereka tak bisa dihubungi." Erd kesal. Dia berlalu begitu saja ke pintu keluar. Mungkin ke markas bawah. 

Aku membiarkannya pergi.

Aku memberanikan diri masuk ke ruang Pak Edwin tanpa izin. Dalam kondisi mencekam seperti ini, aku berhak memasukinya. Mencari tahu apa yang tengah terjadi. 

Tetap lenggang. Aku masuk lebih dalam lagi. Ruangan tampak sangat berantakan. Berserak banyak pecahan kaca. Aku semakin tak mengerti dengan apa yang terjadi. Aku menemukan pistol genggam juga tergeletak di lantai. Kususuri semua sudut ruangan. Ya, aku menemukan hal yang membuat jantungku berdetak sangat kencang. Ada bercak darah yang telah mengering di lantai marmer ruang pak Edwin. Kini, aku siap melusuri dengan lebih teliti lagi, apa yang sebenarnya terjadi?

"Erd ...." Aku mencoba menghubungi Erd, tapi memang benar, komunikasi di sini terputus. 

"Erd!" Aku berteriak memanggilnya.

 

Jelas tak ada jawaban. Bahkan sekarang dia di mana, aku juga tak pernah tahu.

BUMM!

Tiba-tiba terdengar suara dentuman sangat keras di arah depan. Sepertinya di arah markas, aku langsung berlari ke sana. 

Aku terkejut dengan kedatangan banyak pasukan yang entah dari mana asalnya. Mereka tak membawa senjata apa pun. Juga aku lebih terkejut saat melihat satu dari mereka adalah Cyborg berantena. Sepertinya ialah pemimpin di pasukan ini. 

Saat salah satu dari mereka menyadari kehadiranku, dia langsung menyerukan kata yang tak pernah kuketahui artinya. Aku langsung diserbu oleh banyak makhluk tak jelas ini. 

Kulawan dengan senjata seadanya, tak mungkin jika aku menyerangnya di sini. Markas bisa lebih berantakan dan pasti menyebabkan pergerakanku terhambat. Aku mengambil pistol di saku, beberapa kali menembakkan ke arah mereka, sambil mencari celah untuk berlari ke luar. 

Sial. Apakah Erd tak mendengar kegaduhan di sini? Di mana dia? Aku mulai mengumpatnya dalam hati. Setidaknya jika ada rekan yang membantuku, aku bisa dengan cepat ke lantai bawah dan melakukan penyerangan di sana. 

BUMM!

Sang Cyborg menyerangku dengan mengeluarkan percikan api dari tangannya. Aku menghindar dengan kaget. Bahkan dengan senjata seadanya aku menyerang mereka yang jumlahnya berpuluh-puluh kali lipat.

Aku mulai merasa terjebak. Tak bisa kupakai rencana untuk melakukan penyerangan di lantai bawah. 

DOR! DOR! 

Terdengar beberapa kali tembakan terlepas di arah pintu keluar. Sepertinya Erd sudah menyadari ini. Namun, sepertinya salah. Serangan ini lebih beruntut, bahkan mereka tak mempedulikan kalau mereka tengah melakukan penyerangan di markas utama yang lebih berpotensi membahayakan keadaan. 

Setidaknya aku percaya jumlah mereka lebih dari cukup. Sepertinya mereka para penyerang junior bawah yang membantuku. Aku mulai mengintruksi untuk melakukan penyerangan di lantai bawah. Dengan beberapa kali menembak musuh yang menghalangi, aku dengan mudah bisa mencapai pintu keluar. 

Anehnya, ketika kuberi pancingan agar mereka mengejar, tak ada satu pun dari mereka yang berniat keluar dari markas utama. Aku semakin dibuat kesal. Beberapa musuh yang berhasil tertembak menghilang begitu saja, diikuti oleh banyak pasukan lain. Terakhir sang kepala pasukan, Cyborg berantena pun ikut menghilang. 

Aku tak percaya menatapnya. Bahkan tak ada bercak darah sedikit pun di lantai. 

"Terima kasih kalian telah membantuku," ucapku bangga.

Mereka hanya menunduk. Menatapku penuh hormat. Aku pernah merasakan berada di barisan para junior seperti mereka. Memang mereka sangat patuh dan menganggap kami sebagai sesuatu yang sangat dihormati. Padahal mereka salah, justru kami sebenarnya berusaha untuk bisa mengayomi semua. Bahkan mereka tak tahu kalau selera humor kami begitu tinggi. 

"Apakah kalian dari junior bawah?"

Mereka hanya menganggukan kepala. 

"Ayolah, anggap aku sebagai teman kalian. Kita di sini semua sama, kalian adalah rekanku semua." Aku berusaha mencairkan ketegangan.

"Maaf Ren, aku tak bisa membantumu tadi. Aku bahkan juga diserang oleh mereka di lantai bawah."

Tampak Erd begitu terengah-engah. 

"Apa yang sebenarnya terjadi?" 

"Kita bisa membahasnya di dalam, Ren. Ajak mereka bergabung. Kita bisa menanyakan ini dengan sedikit tenang." Erd menimpaliku.

Aku menurut, mempersilakan beberapa junior tadi masuk ke dalam markas utama. Mereka terlihat sangat mengagumi ruangan ini. Memang benar, ini sangat berbeda dengan kondisi di lantai bawah. 

Aku mempersilakannya duduk. 

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Aku kembali menanyakan hal yang sama.

"Semalam, kantor kita di serang oleh para makhluk tadi. Bahkan, mereka berpasukan lebih banyak dari ini. Juga melakukan penyerangan yang lebih ganas." Salah satu junior memberi tahu.

Aku langsung teringat dengan kondisi ruangan Pak Edwin. Juga bercak darah itu. Apakah Pak Edwin terluka? 

Jika dibilang semua itu akibat ulah Cyborg, tentu kondisi ruangan akan kembali seperti semula. 

"Erd, cobalah kau periksa ruangan Pak Edwin. Ada sesuatu yang aneh di sana," ucapku cemas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status