Seminggu, waktu yang kami perlukan untuk mencari data sebanyak-banyaknya seperti apa yang Pak Ed perintahkan. Semua data juga sudah kukirim berkala pada kantor pusat.
Besok, pagi-pagi sekali aku memutuskan untuk kembali ke kantor pusat. Erd tadinya tak menyetujui ajakanku, tapi bagaimana lagi, aku selalu ngeyel untuk bisa pulang dengan alasan paling masuk akal yang sudah kurancang jauh-jauh hari.
Selama seminggu di wilayah selatan, sepertinya kulitku lebih coklat dari biasanya. Aku yang biasa bekerja dari dalam gedung, kini harus mengikuti intruksi Erd untuk memantau langsung dari lapangan. Lagian, beberapa kali kami mencari kesempatan untuk terjun, semua hanya sia-sia. Tak kutemui apa pun di sana. Cyborg itu memang sangat cerdik. Sepertinya dia tahu kalau saat ini hidupnya tengah diancam oleh para mata-mata. Bahkan tiga hari lalu, aku memutuskan untuk melaju ke wilayah selatan-utara, utara-selatan, hanya demi mencari keberadaan Cyborg itu. Sangat terlihat garis kelelahan di wajahku. Mata pandaku terlihat sangat jelas, wajahku juga sangat kusam. Biasanya peringatan dari Annie yang selalu membuatku menyelakan waktu untuk melakukan sedikit perawatan, juga mengistirahatkan tubuh. Namun, kali ini berbeda. Sejak pertemuan terakhir seminggu yang lalu, semua berubah. Dia tak pernah menghubungiku sama sekali. Bahkan beratus kali kuhubungi, semua tetap sama. Apakah dia sengaja mengganti semua akses komunikasi dan memutuskannya dariku?Aku bahkan belum sempat mencari tahu semua tentangnya. Annie seminggu ini juga hanya menjadi bayangan semuku, aku tak bisa berbuat banyak. Aku tak tahu apa yang akan terjadi pada hubungan kami nantinya. Apakah dia akan marah, karena tak ada usaha sedikit pun dariku untuk bisa menemukannya? Sebenarnya aku telah menemukannya. Namun, semua berubah, hingga kini aku kembali kehilangan dia. Aku sangat menyesal telah membiarkannya pergi sendiri saat pertemuan lalu. Arrrgghh ... Aku menjerit tertahan, memegangi kepala, frustasi."Ada apa denganmu, Ren?" Erd yang baru saja membuka pintu kamar, kaget mendengar teriakanku. Aku hanya menatapnya sekilas, lalu menggeleng pelan. "Seperti inikah kau sekarang? Biasanya kau selalu bercerita semua masalahmu. Bahkan kulihat akhir-akhir ini kau sedang memiliki masalah sangat besar. Lihatlah, tubuhmu sudah sangat loyo begini. Kau bahkan tak pernah menghabiskan jatah makan, yang biasanya saja kau mengajakku untuk curang mengambil jatah double. Apa sejak aku menyukai Cyborg seksi itu, kau jadi tak menganggapku sebagai sahabat lagi? Kau salah, semua bukan seperti apa yang kau dan teman-teman pikirkan. Aku tak benar-benar mencintainya. Semua itu hanya gurauan belaka, Ren." Ucapan Erd sontak membuatku melihat lebih lamat ke arahnya. Dia hanya nyengir kuda sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.Aku kembali ke posisi awal. Merenung.Erd menggelengkan kepalanya, juga mengangkat bahunya, tak mau tahu. Dia langsung menuju ke kamar mandi. Membiarkanku masih duduk di bawah ranjang sambil menekuk lutut. Sangat mirip dengan adegan orang depresi. Padahal aku sama sekali tak seperti yang orang lihat. Aku hanya ingin menenangkan hati. Entah mengapa, seminggu ini perasaanku sangat tak menentu. Aku terlalu merasa cemas berlebihan. Terkadang aku gugup dengan tiba-tiba, padahal biasanya aku tak pernah merasa takut sedikit pun atas apa yang tengah kuhadapi. Apakah benar aku tengah berada di kondisi depresi?Hiih, tapi kalau itu memang benar, aku ternyata sangat menjijikan. Mengapa hanya gara-gara seorang gadis yang baru beberapa tahun kukenal saja bisa membuatku seperti ini? Lagian, kami sudah biasa tak berjumpa. Aku selalu sibuk dengan pekerjaanku, juga dia memiliki kesibukan lain sebagai duta lingkungan. "Hey Ren, aku benar-benar kasian harus melihatmu seperti ini." Suara Erd kembali menggangguku, dia baru saja keluar dari kamar mandi."Cepat sekali kau mandi. Jangan-jangan kau hanya mencuci muka dan membasahi rambutmu ya?" Aku bertanya menyelidik."Heh, aku ini cowo. Wajarlah kalau aku mandi hanya dalam hitungan beberapa menit. Cukup bagiku untuk membuka pakaian, menggosok gigi, mencucui muka, guyur, selesai." Dengan santainya Erd mengatakan itu sambil menyisir rambutnya yang basah.Memang masuk akal, aku juga begitu. Namun, tak bisakah ia sedikit berlama-lama di kamar mandi untuk membiarkanku membaik? Aku berdiri kesal, bersiap tidur."Kau mengatakanku apa, hah? Dasar tukang ngomong sendiri."Aku menutup mulut seketika."Hahaha, kau mirip anak kecil, Ren."Aku beralih ke muka kesal. Menutup muka dengan selimut. "Apa yang ingin kau ceritakan, Ren."Dia duduk di dekatku. Jika seperti ini aku merasakan jiwa keibuan pada Erd. Eh, kok ibu sih? Namun, ini kenyataannya. Sifat lembut seperti inilah yang sudah kurindukan sejak dulu. Bukan kurindukan sebenarnya, karena aku bahkan belum pernah merasakan kehangatan bersama seorang ibu. Erd membuka selimutku. HUAH!!Erd mengejutkanku, dengan berpura-pura kaget melihat wajahku. Justru dengan teriakannya yang keras membuatku membelalakkan mata, reflek langsung melempar selimut pada Erd. Dia hanya tertawa, menghindar.Aku masih melemparinya dengan bantal. "Aku hanya ingin kau jujur, Rey." Erd menyerah, mengangkat tangannya. Dia sudah berada di dekat jendela. Saat ini mendadak kondisi kamar seperti kapal pecah. Aku mulai terhibur dengan tingkah konyol Erd. Perlahan aku mengeluarkan tawa kecil melihat kondisi kamar yang sangat berantakan karena ulahku. "Kau yang harus bertanggung jawab, Ren.""Heh, siapa yang paling awal memulai, hah?""Sudahlah, ini malam terakhir kita di sini. Bukankah kau mengajakku pulang? Bahkan pada jam paling pagi? Kenapa tak sekarang saja kau pulang?"Aku melolot mendengar pertanyaan Erd."Tenanglah, Ren. Huaamm, aku mau tidur." Erd beranjak, membaringkan tubuh di ranjangnya.Aku membereskan kamar semauku, lalu melemparkan bantal lagi pada Erd yang mungkin sudah berada di alam mimpi."Erd, aku ingin bercerita padamu." Aku tak sabar ingin menghilangkan beban yang selama ini menggantung di hati.Namun sayangnya, Erd sama sekali tak merespon. Sepertinya ia benar-benar sudah tertidur. Aku menyesal telah melewatkan penawarannya tadi. Semakin malam, justru aku semakin tak bisa tidur. Lebih baik aku memanfaatkannya dengan memeriksa beberapa berkas yang kukirim ke kantor pusat hari ini. Moodku sudah lumayan membaik, aku ingin bekerja kembali. Kubaca juga beberapa sumber yang kucari dengan susah payah. Aku mulai memeriksa seluruh mesin pencarian, mengetik beberapa kata kunci, juga membaca banyak buku-buku dari penulis. Aku mempelajari banyak tentang kehidupan masa lalu. Dengan ini, keputusanku untuk membuat kesimpulan yang akurat sudah siap kuterjunkan. Mungkin esok aku bisa menjelaskan pada rekan-rekan, juga pada Pak Edwin dengan sangat jelas dan masuk akal. Tak terasa tubuhku yang selama ini sebenarnya kelelahan mulai menunjukkan gejalanya. Aku tertidur dengan lelap pada meja yang di depannya masih menyala hologram aktif dalam mesin pencarian. Erd menggoyangkan bahuku pelan. Padahal baru saja aku merasakan tenang karena tertidur dengan lelap. Tak apa, nanti akan kutebus semua kekurangan jam tidurku selama ini.Sekitar pukul 08.00 aku sudah berada di kantor pusat. Suasana terlihat lebih sepi dari biasanya. Mungkin mereka sudah fokus pada tugasnya masing-masing.Tidak, mengapa bahkan sampai kulewati beberapa koridor pekerja, mereka masih tak terlihat batang hidungnya? Aku melihat ke Erd yang masih dengan tenang berjalan ke depan. Menuju ke lift markas kami.Belum sempat masuk ke lift, seseorang berlari dengan sangat tergopoh, ia membawa perlengkapan senjatanya. Bahkan dia tak menyapaku sama sekali."Apakah kau tak merasakan perbedaan, Erd?""Aku merasakannya, Ren. Mereka sangat aneh. Lalu, apakah ada hari libur untuk kita para pasukan bayangan? Sangat mustahil. Jika pun benar iya, aku akan pulang sekarang juga, aku masih mengantuk, Ren."Aku memikirkan kalimat konyol Erd, tapi dari awal pertama aku di sini bahkan masih bekerja sebagai junior. Aku sama sekali tak pernah merasakan ada libur. Bahkan saat aku harus pulan
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Aku kembali menanyakan hal yang sama."Semalam, kantor kita di serang oleh para makhluk tadi. Bahkan mereka berpasukan lebih banyak dari ini. Juga melakukan penyerangan yang lebih ganas." Salah satu junior memberi tahu."Adakah perintah dari Pak Edwin untuk kalian?" Aku mencoba menanyakan hal lain.Tak ada gunanya kutanyakan di mana posisi semua rekan dan Pak Edwin sekarang. Mereka pasti tengah berada di tempat yang baik dan mungkin saja tengah melakukan penyerangan. Bukannya tak penting, tapi justru dengan menjalankan perintah dengan baik, bekerja sama sebaik mungkin, justru aku bisa menyelamatkan mereka.Entahlah, aneh juga sebenarnya jika Pak Edwin atau rekan lain sama sekali tak memberi kabar sedikit pun. Bahkan tak ada kabar di masyarakat. Mereka sama sekali belum mengetahui hal ini."Sejak penyerangan tadi malam. Atasanku hanya mengatakan kalau kubu junior dibagi dua. Satu untuk
Hari ini, terhitung tiga hari sudah aku meninggalkan kota kesayangan. Kota dengan banyak kenangan. Saat aku tertawa bahagia pun kisah kelam yang telah kulewati. Sebenarnya aku tak pernah menyesal sama sekali, tapi semua anggota badanku seakan menolak sistem kerja baru mereka. Bukan hanya itu, otakku juga sangat menolak kisah dibalik ini semua.Ternyata dugaanku salah, kawan. Aku tak kehilangan semua ingatanku. Aku pun tak kehilangan semua rasa di hati. Memang ada beberapa yang harus kuingat dengan sangat keras, tapi bukan berarti aku kehilangannya, bukan?Aku berdiri di atas hamparan pasir yang sangat lembut, beberapa kali ombak datang dengan pelan, membasahi kakiku, juga memercikkan air asinnya di wajahku. Disambut juga dengan angin sepoi yang memainkan anak rambutku. Membuatku teringat saat dulu ibu membawaku berlarian ke pantai, tapi juga bukan berarti berada di tempat ini.Dulu, aku berlari dengan sangat kencangnya, ayah mengejarku de
Dalam waktu 24 jam aku berhasil memperbaiki semua kerusakan sistem komunikasi di area kantor pusat. Aku juga mengirim sinyal pada semua rekan, mulai melacak keberadaan mereka. Semoga saja alat komunikasi yang mereka gunakan tidak mengalami kerusakan.Erd langsung menghubungiku seketika."Ren, aku mempunyai kabar bagus.""Apa itu?""Lihat semua berkasku. Aku sudah mengirimkannya barusan. Ternyata kau memang jago, Ren. Jika saja kau belum berhasil memperbaiki sistem komunikasi, tentu pengintaianku akan sia-sia."Aku hanya tertawa kecil."Itu hal mudah buatku, Erd." Aku sedikit menyombongkan diri."Apakah kau sudah melacak keberadaan Pak Edwin dan Andre? Kalau Angel, dia bersamaku sekarang. Baru sejam yang lalu, aku menyuruhnya menjaga kantor utara. Pemimpin pasukan di sana memerlukan bantuan untuk membahas suatu hal.""Aku baru saja mengirim sinyal pada merek
Erd mengirimkan banyak sekali data terbaru. Juga beberapa gambar yang ia ambil untuk memperjelas informasi yang ia dapatkan. Aku bisa memahami dengan sangat cepat. Benar juga perkataan Andre tadi. Ternyata Erd juga merumuskan masalahnya di sini. Kami belum menemukan jawaban pasti, mengapa hanya kami para anggota pasukan bayangan yang dapat melihat dengan mata telanjang? Kenapa masyarakat sama sekali belum mengetahui tentang hal ini? Selain karena informasi bohong yang tengah tersebar, mengapa sama sekali tak ada satu pun warga yang memergoki aksi kami? Apakah ada sesuatu yang melapisi udara? Semacam sekat? Aku malah berpikiran terlalu jauh, teringat dengan cerita dongeng masa lalu, yang sering diceritakan Annie.Sebelum mengingat Annie lebih jauh, aku kembali melanjutkan mempelajari berkas yang dikirimkan Erd. Aku mulai mengerti sekarang dengan sistem kerja para Cyborg itu. Memang lumayan sulit untuk dikalahkan, tapi ternyata tanpa disadari aku telah menemukan cara pali
Sampai di depan gedung lima tingkat itu, aku langsung berlari kecil memasukinya. Tak kuhiraukan para penjaga yang menatap kedatanganku. Mereka juga hanya melihat sekilas. Tetap seperti kemarin, gedung ini tak terlalu mementingkan keamanan pada orang asing yang baru masuk.Tanpa mencari arah, pun bertanya tempat, aku langsung menuju ke ruang tunggu praktek ayah Annie. Tak perlu heran lagi dengan dinding kamuflase, aku pun dengan mudah memasukinya. Sampai. Keringatku bercucuran. Jantungku berdetak sangat kencang, aku tak tahu apa yang akan dikatakan Dokter Hans nanti.Aku duduk di kursi tunggu, seperti saat pertama kali kuinjakkan kaki di ruang ini. Hampir saja kuhubungi Dokter Hans, dia sudah keluar dengan seragam khususnya. Sepertinya kali ini tak ada pasien di dalam. Sang dokter tampak tenang, berbeda dengan waktu itu yang dengan jelas terpampang wajah kelelahannya."Hay, Ren. Terima kasih kau mau datang ke sini memenuhi undanganku." Dia
Aku mengaktifkan mode terbang pada mobil yang kukendarai dengan kecepatan penuh. Aku juga mengaktifkan sistem kemudi otomatis. Aku sudah merasa sangat malas berada di area ini.Sesekali, kulempar benda kecil di dalam mobil sebagai pelampiasan, juga membiarkan air mataku menetes dengan sangat deras.Setelah berpuluh tahun tak kukenal lagi air mata, sekarang aku kembali mengeluarkannya dengan sangat deras. Seperti saat dulu terakhir kali kurasakan ini. Saat di mana aku harus melihat kedua orang tuaku terbaring kaku karena kecelakaan di kantornya. Ayah dan ibu adalah anggota pasukan bayangan yang sama-sama terbunuh saat harus melakukan perlawanan dengan makhluk luar angkasa.Saat itu aku benar-benar terpukul. Sempat kubenci semua anggota dan segala hal yang berkaitan dengan Pasukan Bayangan. Aku bahkan pernah berjanji untuk tak akan menginjakkan kaki di sana. Namun salah, takdir ternyata membawaku untuk harus berada di sana. Tak
Aku kembali memasuki gedung lima lantai itu dengan sedikit berlari. Berada di ruang tunggu depan tempat praktek keluarga Dokter Hans, aku memilih untuk berada di dekat jendela mencari pemandangan. Juga mulai mengetikkan pesan untuk Dokter Hans, tak sopan jika aku langsung memasuki ruangannya begitu saja tanpa izin.Aku :Maaf, Ayah. Aku sudah menunggumu di depan. Jika kau berkenan, keluarlah atau bukakan pintu untukku.Pesanku dibaca langsung olehnya. Tak lama, dia membuka pintu ruang prakteknya. Aku langsung mengikutinya masuk, kembali duduk berhadapan di meja utama."Apa yang kau butuhkan, Ren?"Aku masih mengutak-atik hologram di depanku. Menghiraukan pertanyaan Dokter Hans."Aku yakin, kau akan ke sini lagi. Namun dugaanku esok kau baru akan ke sini. Ternyata kau lebih tanggap dari apa yang kukira. Kau memang cerdas, Ren." Dokter Hans tampak tertawa ringan."Berarti kau s