Share

Episode 7

Seminggu, waktu yang kami perlukan untuk mencari data sebanyak-banyaknya seperti apa yang Pak Ed perintahkan. Semua data juga sudah kukirim berkala pada kantor pusat.

Besok, pagi-pagi sekali aku memutuskan untuk kembali ke kantor pusat. Erd tadinya tak menyetujui ajakanku, tapi bagaimana lagi, aku selalu ngeyel untuk bisa pulang dengan alasan paling masuk akal yang sudah kurancang jauh-jauh hari. 

Selama seminggu di wilayah selatan, sepertinya kulitku lebih coklat dari biasanya. Aku yang biasa bekerja dari dalam gedung, kini harus mengikuti intruksi Erd untuk memantau langsung dari lapangan. Lagian, beberapa kali kami mencari kesempatan untuk terjun, semua hanya sia-sia. Tak kutemui apa pun di sana. Cyborg itu memang sangat cerdik. Sepertinya dia tahu kalau saat ini hidupnya tengah diancam oleh para mata-mata. 

Bahkan tiga hari lalu, aku memutuskan untuk melaju ke wilayah selatan-utara, utara-selatan, hanya demi mencari keberadaan Cyborg itu. Sangat terlihat garis kelelahan di wajahku. Mata pandaku terlihat sangat jelas, wajahku juga sangat kusam. Biasanya peringatan dari Annie yang selalu membuatku menyelakan waktu untuk melakukan sedikit perawatan, juga mengistirahatkan tubuh. 

Namun, kali ini berbeda. Sejak pertemuan terakhir seminggu yang lalu, semua berubah. Dia tak pernah menghubungiku sama sekali. Bahkan beratus kali kuhubungi, semua tetap sama. Apakah dia sengaja mengganti semua akses komunikasi dan memutuskannya dariku?

Aku bahkan belum sempat mencari tahu semua tentangnya. Annie seminggu ini juga hanya menjadi bayangan semuku, aku tak bisa berbuat banyak. Aku tak tahu apa yang akan terjadi pada hubungan kami nantinya. Apakah dia akan marah, karena tak ada usaha sedikit pun dariku untuk bisa menemukannya? Sebenarnya aku telah menemukannya. Namun, semua berubah, hingga kini aku kembali kehilangan dia. Aku sangat menyesal telah membiarkannya pergi sendiri saat pertemuan lalu. 

Arrrgghh ... 

Aku menjerit tertahan, memegangi kepala, frustasi.

"Ada apa denganmu, Ren?" Erd yang baru saja membuka pintu kamar, kaget mendengar teriakanku. 

Aku hanya menatapnya sekilas, lalu menggeleng pelan. 

"Seperti inikah kau sekarang? Biasanya kau selalu bercerita semua masalahmu. Bahkan kulihat akhir-akhir ini kau sedang memiliki masalah sangat besar. Lihatlah, tubuhmu sudah sangat loyo begini. Kau bahkan tak pernah menghabiskan jatah makan, yang biasanya saja kau mengajakku untuk curang mengambil jatah double. Apa sejak aku menyukai Cyborg seksi itu, kau jadi tak menganggapku sebagai sahabat lagi? Kau salah, semua bukan seperti apa yang kau dan teman-teman pikirkan. Aku tak benar-benar mencintainya. Semua itu hanya gurauan belaka, Ren." 

Ucapan Erd sontak membuatku melihat lebih lamat ke arahnya. Dia hanya nyengir kuda sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Aku kembali ke posisi awal. Merenung.

Erd menggelengkan kepalanya, juga mengangkat bahunya, tak mau tahu. Dia langsung menuju ke kamar mandi. Membiarkanku masih duduk di bawah ranjang sambil menekuk lutut. Sangat mirip dengan adegan orang depresi. Padahal aku sama sekali tak seperti yang orang lihat. Aku hanya ingin menenangkan hati. Entah mengapa, seminggu ini perasaanku sangat tak menentu. Aku terlalu merasa cemas berlebihan. Terkadang aku gugup dengan tiba-tiba, padahal biasanya aku tak pernah merasa takut sedikit pun atas apa yang tengah kuhadapi. Apakah benar aku tengah berada di kondisi depresi?

Hiih, tapi kalau itu memang benar, aku ternyata sangat menjijikan. Mengapa hanya gara-gara seorang gadis yang baru beberapa tahun kukenal saja bisa membuatku seperti ini? Lagian, kami sudah biasa tak berjumpa. Aku selalu sibuk dengan pekerjaanku, juga dia memiliki kesibukan lain sebagai duta lingkungan. 

"Hey Ren, aku benar-benar kasian harus melihatmu seperti ini." Suara Erd kembali menggangguku, dia baru saja keluar dari kamar mandi.

"Cepat sekali kau mandi. Jangan-jangan kau hanya mencuci muka dan membasahi rambutmu ya?" Aku bertanya menyelidik.

"Heh, aku ini cowo. Wajarlah kalau aku mandi hanya dalam hitungan beberapa menit. Cukup bagiku untuk membuka pakaian, menggosok gigi, mencucui muka, guyur, selesai." Dengan santainya Erd mengatakan itu sambil menyisir rambutnya yang basah.

Memang masuk akal, aku juga begitu. Namun, tak bisakah ia sedikit berlama-lama di kamar mandi untuk membiarkanku membaik? Aku berdiri kesal, bersiap tidur.

"Kau mengatakanku apa, hah? Dasar tukang ngomong sendiri."

Aku menutup mulut seketika.

"Hahaha, kau mirip anak kecil, Ren."

Aku beralih ke muka kesal. Menutup muka dengan selimut. 

"Apa yang ingin kau ceritakan, Ren."

Dia duduk di dekatku. Jika seperti ini aku merasakan jiwa keibuan pada Erd. Eh, kok ibu sih? Namun, ini kenyataannya. Sifat lembut seperti inilah yang sudah kurindukan sejak dulu. Bukan kurindukan sebenarnya, karena aku bahkan belum pernah merasakan kehangatan bersama seorang ibu. 

Erd membuka selimutku. 

HUAH!!

Erd mengejutkanku, dengan berpura-pura kaget melihat wajahku. 

Justru dengan teriakannya yang keras membuatku membelalakkan mata, reflek langsung melempar selimut pada Erd. 

Dia hanya tertawa, menghindar.

Aku masih melemparinya dengan bantal. 

"Aku hanya ingin kau jujur, Rey." Erd menyerah, mengangkat tangannya. Dia sudah berada di dekat jendela. 

Saat ini mendadak kondisi kamar seperti kapal pecah. Aku mulai terhibur dengan tingkah konyol Erd. Perlahan aku mengeluarkan tawa kecil melihat kondisi kamar yang sangat berantakan karena ulahku. 

"Kau yang harus bertanggung jawab, Ren."

"Heh, siapa yang paling awal memulai, hah?"

"Sudahlah, ini malam terakhir kita di sini. Bukankah kau mengajakku pulang? Bahkan pada jam paling pagi? Kenapa tak sekarang saja kau pulang?"

Aku melolot mendengar pertanyaan Erd.

"Tenanglah, Ren. Huaamm, aku mau tidur." Erd beranjak, membaringkan tubuh di ranjangnya.

Aku membereskan kamar semauku, lalu melemparkan bantal lagi pada Erd yang mungkin sudah berada di alam mimpi.

"Erd, aku ingin bercerita padamu." Aku tak sabar ingin menghilangkan beban yang selama ini menggantung di hati.

Namun sayangnya, Erd sama sekali tak merespon. Sepertinya ia benar-benar sudah tertidur. Aku menyesal telah melewatkan penawarannya tadi. 

Semakin malam, justru aku semakin tak bisa tidur. Lebih baik aku memanfaatkannya dengan memeriksa beberapa berkas yang kukirim ke kantor pusat hari ini. Moodku sudah lumayan membaik, aku ingin bekerja kembali. Kubaca juga beberapa sumber yang kucari dengan susah payah. 

Aku mulai memeriksa seluruh mesin pencarian, mengetik beberapa kata kunci, juga membaca banyak buku-buku dari penulis. Aku mempelajari banyak tentang kehidupan masa lalu. 

Dengan ini, keputusanku untuk membuat kesimpulan yang akurat sudah siap kuterjunkan. Mungkin esok aku bisa menjelaskan pada rekan-rekan, juga pada Pak Edwin dengan sangat jelas dan masuk akal. 

Tak terasa tubuhku yang selama ini sebenarnya kelelahan mulai menunjukkan gejalanya. Aku tertidur dengan lelap pada meja yang di depannya masih menyala hologram aktif dalam mesin pencarian. 

Erd menggoyangkan bahuku pelan. Padahal baru saja aku merasakan tenang karena tertidur dengan lelap. Tak apa, nanti akan kutebus semua kekurangan jam tidurku selama ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status