Aku tak tahu dengan keadaan apa yang tengah terjadi saat ini. Tubuhku seakan ditimpa beban sangat berat, apalagi bagian kepala. Seperti ada sesuatu yang akan meledak di dalam kepalaku. Entah sudah berapa hari, aku masih memejamkan mata. Tak tahu dengan keadaan sekitar. Apakah aku masih berada di dunia? Apakah aku masih hidup?
Tidak-tidak, aku memang masih hidup. Aku masih sedikit bisa mendengar suara-suara di sekitar. Bisa mengenal waktu pagi, siang, dan malam. Itu juga berkat percakapan orang di sekitarku, juga suara denting jam khas kota kami. Kondisiku saat ini sangat lemah. Jika diukur, mungkin detak jantungku hampir saja menghilang. Sebenarnya apa yang orang-orang pintar ini lakukan pada tubuhku? Apakah mereka sengaja ingin membuatku mati?Ayah? Bukankah terakhir kali aku melihatnya, ia tengah tersenyum padaku? Apakah dia sudah bangga denganku? Apakah dia sudah tak lagi membenciku? Tidak, aku salah. Ayah tak pernah membenciku, hanya saja aku yang sangat membencinya. Dengan alasan apa aku membencinya? Kenapa ingatanku seakan menghilang begini? Kenapa setiap kali membahas sesuatu aku harus memikirkannya dengan baik dulu? Apa ayah memberiku obat agar aku menjadi anak bodoh? Lah, bukannya ia selalu mengatakanku sebagai anak bodoh, jika aku selalu menolak permintaannya?Eh, bukankah ayah pernah mengatakan kalau saat ini ibu sudah senang karena aku mau menuruti permintaannya? Seperti apa ya wajah ibu? Apakah dia cantik seperti ibu-ibu lain di dunia? Aku sangat merindukanmu, bu ....Satu lagi manusia yang harusnya kuingat. Bukankah aku meniliki orang spesial selain mereka? Siapa ya dia? Aku masih saja memikirkan orang itu. Sayangnya semakin kugunakan berpikir, tubuhku semakin melemah. Alhasil, aku telah melupakan segalanya. Bahkan otakku seakan berhenti bekerja. Tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang memasuki tubuh. Seketika, aliran darahku mengencang. Darahku memanas. Suhu tubuhku meningkat drastis. "Bagaimana ini, Dok? Tubuhnya sangat panas." Salah satu perawat mengabarkan dengan sangat panik."Biarkan sejenak, lalu kita teruskan ke langkah selanjutnya." Sang dokter berkata mantap."Tidak, jika kita memaksanya untuk terus melanjutkan langkah, tubuhnya bisa tidak kuat. Aku sangat tidak menyetujui itu." Salah satu rekan dokter berkata dengan cemas."Dia akan tetap kuat." "Tidak. Setiap manusia memiliki batasnya masing-masing. Aku mohon Hans, jangan kau korbankan lagi manusia tak bersalah hanya untuk bahan uji cobamu saja.""Apa yang kau katakan? Kau menyalahkanku? Apakah kalian di sini mulai tidak mempercayaiku, hah?" "Bukan begitu, maksudku ...""Apa maksudmu? Kalian yang tidak setuju dengan perintahku, silakan jika mau keluar. Aku sama sekali tak memaksa kalian berada di sini. Aku bisa bekerja sendiri, aku tak membutuhkan dokter yang penakut seperti kalian!" "Dia anakmu, Hans. Tolonglah, kau harus mengerti. Apakah aku harus berteriak, mengatakan pada semua orang, bahwa bahan uji cobamu kali ini adalah anakmu sendiri, hah? Kau keterlaluan!" Rekan dokter lainnya menimpali.Suasana seketika menjadi lenggang. Dokter dan perawat yang ada di ruangan itu saling pandang. Mereka sama sekali tak tahu sebelumnya akan berita ini. Anak? Mengapa orang yang selama ini mereka hormati, mereka sanjung, ternyata malah memiliki pemikiran sangat rusak seperti ini? Dokter Hans menatap sang pembuka rahasia sangat kejam. Dia adalah adik dari Hans, tentu dia mengetahui semua tentang keluarga, maupun semua asal usul Hans. Dia hanya tak rela sang keponakannya akan dijadikan korban layaknya kakak iparnya dulu."Justru karena dia anakku, maka biarkan aku yang memutuskan. Apakah aku merugikan kalian? Tidak, sama sekali tidak." "Buang semua egomu itu, Hans. Dia anakmu. Lihatlah kondisinya saat ini, sudah 3 hari kau mematikan semua sistem dan mengganti-ganti semaumu. Kau memang bodoh!""Diam kau!""Kali ini aku tak akan tinggal diam, Hans." Dia langsung mendekat ke ranjang praktek. Namun, dengan segera sang kakak memutus jalannya. "Kita lihat kelanjutannya, aku tak akan pernah menyakiti bidadari kecilku, Frans."Frans menatap kakanya, mencari kebohongan. Namun, nihil. Tak ada kebohongan yang ia temukan. "Dia anakku, dia juga yang memiliki garis tepat untuk bisa kurubah menjadi sesuatu yang sangat mengagumkan. Aku tak mungkin melampaui batas. Lima tahun sudah kulakukan berbagai penelitian. Banyak mahasiswa berprestasi kuminta untuk membantu meneliti, juga kalian?"Kalian pikir aku main-main untuk hal ini? Sama sekali tidak. Lima tahun, aku mencari jawaban. Lima tahun waktu tidurku terkuras, hanya untuk memikirkan keselamatannya. Dia memiliki sesuatu yang khusus. Dia memiliki sesuatu yang harus kurubah. Kalian belum mengetahuinya, tak ada yang mengetahuinya. Selain aku dan istriku. Bahkan dia sendiri yang memohon padaku untuk melakukan ini, kau tahu itu, Frans?" Frans hanya diam. Menunduk."Bersabarlah sebentar. Proses ini akan segera selesai. Kumohon, jangan ada apa pun yang menghalangi jalan proses terakhir ini. Justru dengan kalian mengotot ingin menyelamatkannya, kalian malah bisa membunuhnya. Aku mohon, janganlah kalian bertindak sok menjadi pahlawan yang akhirnya malah menjadi tokoh paling anarkis, kejam. Kalian hanya dibutakan oleh keinginan yang dikendalaikan oleh nafsu. Bukan dengan akal, gunakan ini." Dokter Hans menunjuk kepalanya.Aku mendengar sedikit, sangat sedikit kata yang mereka ucap. Apa yang sedang mereka bicarakan di sana? Mengapa mereka seakan mempeributkan sesuatu? Bukankah dari tadi mereka sangat akur, bahkan nyaris tak bersuara?Satu kata yang kudengar dengan jelas adalah bidadari kecil. Entahlah, mengapa mendengar kata itu membuatku menjadi kuat. Padahal belum tentu juga aku mendengar dengan benar. Arrg, tubuhku semakin memanas. Nafasku mulai tersengal. Bertambah sesak dadaku, seketika otakku juga tambah mengencang. Apa yang terjadi pada tubuhku?"Beri penanganan, segera!" Sang dokter memerintah langsung disambut gerakan oleh para bawahannya.Dokter di sini berbeda jauh dengan apa yang ada di dunia perdokteran nyata. Khusus gedung ini, juga para anggota pekerjanya. Di dunia biasa, mereka lebih sering disebut ilmuwan dari pada dokter. Hanya saja, mereka memang membuka instansi untuk membantu seseorang yang memerlukan sesuatu khusus. Misalnya, ada warga yang harus kehilangan tangannya, maka ayah dan anggotanyalah yang bersedia membantu dengan memodifikasi tangan pasien tersebut. Mereka bahkan bisa saja menambah sesuatu yang tak dimiliki manusia biasa. Itulah mengapa ayah sering disebut dengan pahlawan Cyborg. Artinya, dialah yang telah membuat manusia memiliki sistem perobotan dalam tubuhnya. Aku tak pernah bangga dengan prestasi ayah. Juga dengan usaha dan hasil yang telah ayah miliki. Semua pemikiran ayah berbanding terbalik dengan hal yang selama ini kusukai. Aku sebagai pecinta budaya dan kehidupan tempo dulu, merasa bahwa semua malah merusak kehidupan asli manusia. Maka dari itu, aku bahkan membenci semua pemikir kehidupan modern. Eh, apa aku yang salah dan terlalu over dalam berpendapat? Bahkan Ren saja tidak pernah menyetujui pemikiranku.Seminggu, waktu yang kami perlukan untuk mencari data sebanyak-banyaknya seperti apa yang Pak Ed perintahkan. Semua data juga sudah kukirim berkala pada kantor pusat.Besok, pagi-pagi sekali aku memutuskan untuk kembali ke kantor pusat. Erd tadinya tak menyetujui ajakanku, tapi bagaimana lagi, aku selalu ngeyel untuk bisa pulang dengan alasan paling masuk akal yang sudah kurancang jauh-jauh hari.Selama seminggu di wilayah selatan, sepertinya kulitku lebih coklat dari biasanya. Aku yang biasa bekerja dari dalam gedung, kini harus mengikuti intruksi Erd untuk memantau langsung dari lapangan. Lagian, beberapa kali kami mencari kesempatan untuk terjun, semua hanya sia-sia. Tak kutemui apa pun di sana. Cyborg itu memang sangat cerdik. Sepertinya dia tahu kalau saat ini hidupnya tengah diancam oleh para mata-mata.Bahkan tiga hari lalu, aku memutuskan untuk melaju ke wilayah selatan-utara, utara-selatan, hanya demi mencari keberadaan Cyborg it
Sekitar pukul 08.00 aku sudah berada di kantor pusat. Suasana terlihat lebih sepi dari biasanya. Mungkin mereka sudah fokus pada tugasnya masing-masing.Tidak, mengapa bahkan sampai kulewati beberapa koridor pekerja, mereka masih tak terlihat batang hidungnya? Aku melihat ke Erd yang masih dengan tenang berjalan ke depan. Menuju ke lift markas kami.Belum sempat masuk ke lift, seseorang berlari dengan sangat tergopoh, ia membawa perlengkapan senjatanya. Bahkan dia tak menyapaku sama sekali."Apakah kau tak merasakan perbedaan, Erd?""Aku merasakannya, Ren. Mereka sangat aneh. Lalu, apakah ada hari libur untuk kita para pasukan bayangan? Sangat mustahil. Jika pun benar iya, aku akan pulang sekarang juga, aku masih mengantuk, Ren."Aku memikirkan kalimat konyol Erd, tapi dari awal pertama aku di sini bahkan masih bekerja sebagai junior. Aku sama sekali tak pernah merasakan ada libur. Bahkan saat aku harus pulan
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Aku kembali menanyakan hal yang sama."Semalam, kantor kita di serang oleh para makhluk tadi. Bahkan mereka berpasukan lebih banyak dari ini. Juga melakukan penyerangan yang lebih ganas." Salah satu junior memberi tahu."Adakah perintah dari Pak Edwin untuk kalian?" Aku mencoba menanyakan hal lain.Tak ada gunanya kutanyakan di mana posisi semua rekan dan Pak Edwin sekarang. Mereka pasti tengah berada di tempat yang baik dan mungkin saja tengah melakukan penyerangan. Bukannya tak penting, tapi justru dengan menjalankan perintah dengan baik, bekerja sama sebaik mungkin, justru aku bisa menyelamatkan mereka.Entahlah, aneh juga sebenarnya jika Pak Edwin atau rekan lain sama sekali tak memberi kabar sedikit pun. Bahkan tak ada kabar di masyarakat. Mereka sama sekali belum mengetahui hal ini."Sejak penyerangan tadi malam. Atasanku hanya mengatakan kalau kubu junior dibagi dua. Satu untuk
Hari ini, terhitung tiga hari sudah aku meninggalkan kota kesayangan. Kota dengan banyak kenangan. Saat aku tertawa bahagia pun kisah kelam yang telah kulewati. Sebenarnya aku tak pernah menyesal sama sekali, tapi semua anggota badanku seakan menolak sistem kerja baru mereka. Bukan hanya itu, otakku juga sangat menolak kisah dibalik ini semua.Ternyata dugaanku salah, kawan. Aku tak kehilangan semua ingatanku. Aku pun tak kehilangan semua rasa di hati. Memang ada beberapa yang harus kuingat dengan sangat keras, tapi bukan berarti aku kehilangannya, bukan?Aku berdiri di atas hamparan pasir yang sangat lembut, beberapa kali ombak datang dengan pelan, membasahi kakiku, juga memercikkan air asinnya di wajahku. Disambut juga dengan angin sepoi yang memainkan anak rambutku. Membuatku teringat saat dulu ibu membawaku berlarian ke pantai, tapi juga bukan berarti berada di tempat ini.Dulu, aku berlari dengan sangat kencangnya, ayah mengejarku de
Dalam waktu 24 jam aku berhasil memperbaiki semua kerusakan sistem komunikasi di area kantor pusat. Aku juga mengirim sinyal pada semua rekan, mulai melacak keberadaan mereka. Semoga saja alat komunikasi yang mereka gunakan tidak mengalami kerusakan.Erd langsung menghubungiku seketika."Ren, aku mempunyai kabar bagus.""Apa itu?""Lihat semua berkasku. Aku sudah mengirimkannya barusan. Ternyata kau memang jago, Ren. Jika saja kau belum berhasil memperbaiki sistem komunikasi, tentu pengintaianku akan sia-sia."Aku hanya tertawa kecil."Itu hal mudah buatku, Erd." Aku sedikit menyombongkan diri."Apakah kau sudah melacak keberadaan Pak Edwin dan Andre? Kalau Angel, dia bersamaku sekarang. Baru sejam yang lalu, aku menyuruhnya menjaga kantor utara. Pemimpin pasukan di sana memerlukan bantuan untuk membahas suatu hal.""Aku baru saja mengirim sinyal pada merek
Erd mengirimkan banyak sekali data terbaru. Juga beberapa gambar yang ia ambil untuk memperjelas informasi yang ia dapatkan. Aku bisa memahami dengan sangat cepat. Benar juga perkataan Andre tadi. Ternyata Erd juga merumuskan masalahnya di sini. Kami belum menemukan jawaban pasti, mengapa hanya kami para anggota pasukan bayangan yang dapat melihat dengan mata telanjang? Kenapa masyarakat sama sekali belum mengetahui tentang hal ini? Selain karena informasi bohong yang tengah tersebar, mengapa sama sekali tak ada satu pun warga yang memergoki aksi kami? Apakah ada sesuatu yang melapisi udara? Semacam sekat? Aku malah berpikiran terlalu jauh, teringat dengan cerita dongeng masa lalu, yang sering diceritakan Annie.Sebelum mengingat Annie lebih jauh, aku kembali melanjutkan mempelajari berkas yang dikirimkan Erd. Aku mulai mengerti sekarang dengan sistem kerja para Cyborg itu. Memang lumayan sulit untuk dikalahkan, tapi ternyata tanpa disadari aku telah menemukan cara pali
Sampai di depan gedung lima tingkat itu, aku langsung berlari kecil memasukinya. Tak kuhiraukan para penjaga yang menatap kedatanganku. Mereka juga hanya melihat sekilas. Tetap seperti kemarin, gedung ini tak terlalu mementingkan keamanan pada orang asing yang baru masuk.Tanpa mencari arah, pun bertanya tempat, aku langsung menuju ke ruang tunggu praktek ayah Annie. Tak perlu heran lagi dengan dinding kamuflase, aku pun dengan mudah memasukinya. Sampai. Keringatku bercucuran. Jantungku berdetak sangat kencang, aku tak tahu apa yang akan dikatakan Dokter Hans nanti.Aku duduk di kursi tunggu, seperti saat pertama kali kuinjakkan kaki di ruang ini. Hampir saja kuhubungi Dokter Hans, dia sudah keluar dengan seragam khususnya. Sepertinya kali ini tak ada pasien di dalam. Sang dokter tampak tenang, berbeda dengan waktu itu yang dengan jelas terpampang wajah kelelahannya."Hay, Ren. Terima kasih kau mau datang ke sini memenuhi undanganku." Dia
Aku mengaktifkan mode terbang pada mobil yang kukendarai dengan kecepatan penuh. Aku juga mengaktifkan sistem kemudi otomatis. Aku sudah merasa sangat malas berada di area ini.Sesekali, kulempar benda kecil di dalam mobil sebagai pelampiasan, juga membiarkan air mataku menetes dengan sangat deras.Setelah berpuluh tahun tak kukenal lagi air mata, sekarang aku kembali mengeluarkannya dengan sangat deras. Seperti saat dulu terakhir kali kurasakan ini. Saat di mana aku harus melihat kedua orang tuaku terbaring kaku karena kecelakaan di kantornya. Ayah dan ibu adalah anggota pasukan bayangan yang sama-sama terbunuh saat harus melakukan perlawanan dengan makhluk luar angkasa.Saat itu aku benar-benar terpukul. Sempat kubenci semua anggota dan segala hal yang berkaitan dengan Pasukan Bayangan. Aku bahkan pernah berjanji untuk tak akan menginjakkan kaki di sana. Namun salah, takdir ternyata membawaku untuk harus berada di sana. Tak