Share

Episode 4

Hampir semalaman aku tak bisa tidur. Mencari banyak data yang harus kupersiapkan untuk menyelamatkan Annie. Apalagi tentang perkataan Annie pada suratnya agar aku harus menjauhinya, bahkan mencari pengganti pasangan. Sangat aneh. Bagaimana bisa dengan mudah ia mengatakan itu? Sedangkan perjanjian hubungan selalu kami tekankan agar bisa saling menjaga hati. 

Aku tak pernah menyangka dan aku pun tak akan percaya kalau dia memiliki cinta lain. Semua hanya bohong. Ini karena ulah ayahnya, mungkin saja mereka melakukan perjanjian agar Annie melupakanku dan dijodohkan oleh salah satu orang yang paling dipercayai ayah Annie. Eh, kenapa justru pembahasan perjodohan seperti ini yang kupikirkan? 

Hahaha, sekarang bukan lagi zaman batu yang mengharuskan cinta melalui perjodohan. Aneh juga, lagian mana mungkin anak sekarang mau dengan mudahnya menerima itu semua. Mereka lebih cenderung berpemikiran keras juga memiliki sikap yang keras untuk kemauannya. 

Seperti orang gila, aku tertawa sendiri atas pikiran yang tengah berkecambuk di kepala. 

Saat ini, pikiranku benar-benar di luar kendali. Belum lagi urusan pekerjaan yang memaksaku untuk berfokus sana sini. 

Benar saja, baru beberapa detik kupikirkan, layar hologram di depanku berkedip beberapa kali. Menandakan ada panggilan masuk. Aku langsung menggesernya.

Wajah Erd terpampang dengan jelas. 

Aku malas-malas menatapnya. 

"Ada apa Erd? Kau selalu saja menggangguku."

"Lihatlah wajahku ini, Ren. Ini penting!" Dia menatapku geram.

Aku hanya mengucek mata pelan. Dia memang terlihat sangat cemas. Juga hey, mengapa tengah malam begini ia malah memakai seragam kerja? Aku langsung terbelalak. Bukankah sekarang bukan saatnya ia kerja malam?

"Ada apa denganmu?" Aku memicingkan mata, heran.

"Hey, Ren bangun! Aku membutuhkanmu sekarang juga. Ini atas perintah Pak Edwin."

Aku menatapnya lebih intens.

"Diperkirakan ada serangan makhluk aneh di wilayah seberang, Rey. Saat ini, mereka tengah berada di sebelah selatan kota. Beberapa teman kita di sana tengah menyerangnya. Bahkan ada yang sudah menyerahkan nyawanya."

"Kau ini selalu saja begitu, Erd. Mengapa kau masih santai di sana, hah? Lalu kau menghubungiku dengan gaya seakan-akan mau mengajakku berjalan-jalan? Cepat laksanakan perintah! Aku akan menjemputmu secepatnya!" Dengan nada geram, aku langsung memutuskan panggilan. 

Benar juga data yang kudapatkan tadi, padahal aku hanya sedang mengira. Dan bodohnya aku, semua selalu saja kuanggap hanya tipuan belaka. Hah, Annie kenapa kau justru membuatku seperti orang bodoh begini?

Aku bersiap dengan sangat cepat. Memakai seragam dan menyiapkan beberapa peralatan yang bisa kubawa dengan mudah. Ini bukan serangan biasa, aku harus bisa membantu teman-teman lainnya. 

Sebenarnya data tentang perusahaanku tak banyak yang tahu. Kami hanya bergerak dalam gelap. Saling menyembunyikan identitas, dan yang jelas kami memiliki misi khusus untuk ini. 

Berbeda dengan keluarga Annie yang berfokus ke kedokteran dan teknologi tentang sistem pertubuhan. Kami lebih menonjol ke arah pencarian data, lalu melawan musuh yang bisa mengganggu jalannya rencana besar yang telah kami buat. 

Untuk kini, pemerintah pusat sama sekali tak pernah melarang kerja kami, buktinya mereka membebaskan perusahaan ini berdiri dengan sangat besarnya. Namun, yang mereka dan orang awan tahu, kami hanyalah perusahaan input data biasa. Tanpa memiliki misi khusus. 

Dibalik kata intelijen, ada agen-agen yang banyak kami kirimkan di seluruh kota untuk menyelidiki, juga memberikan penyerangan jika ada sesuatu yang memang harus kita serang. 

Kehidupan kami tak terikat. Kami hidup seperti layaknya manusia biasa. Bekerja, pulang ke rumah. Namun, sebenarnya jam kerja kami adalah full time, 24 jam, dan itu semua kami sembunyikan di dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan orang mengira kalau pekerjaan kami sangat enteng. 

Aku langsung membanting setir menuju kantor pusat. Ada data yang harus kebeberkan di sana. 

Erd langsung kuperintah untuk menuju ke wilayah selatan, sepertinya di sana sangat memerlukan komando. 

Manusia biasa masih sangat sepi, mereka sama sekali tidak tahu dengan penyerangan ini. Setidaknya hal ini justru membuat gerak kami menjadi lebih mudah.

"Halo, Ren. Kuserahkan semua keperluan kantor pusat padamu. Seperti perintahmu tadi, sekarang aku sedang berada di wilayah selatan. Serangan di sini sangat mematikan. Ada beberapa makhluk, kupikir mereka seperti manusia hanya saja memiliki gen lain yang sangat kuat. Aku belum meneliti tentang itu. Jumlah mereka sebenarnya tak terlalu banyak, tapi serangannya sangat mematikan." Erd memperlihatkan ke arah belakangnya.

"Lanjutkan perkerjaanmu, Erd. Jika kau membutuhkan bantuan lebih, aku siap mengirimkannya."

Dia hanya mengangguk sekilas, lalu mematikan kamera. 

Aku melanjutkan pekerjaan. Membuka semua data yang dikirimkan para intelijen di sana. Ada salah satu berkas yang mereka lampirkan, berupa foto sang perusuh. Aneh, dia seperti manusia. Berarti perkiraan data bahwa mereka makhluk luar angkasa adalah bohong belaka. 

Aku lebih memperjelas gambar, mencari perbedaan.

Ternyata ada sebuah benda aneh di kepalanya. Seperti antena dengan panjang sekitar 5 cm. Sepertinya mereka bukan dari zaman ini. Jika saja mereka adalah manusia yang telah dimodifikasi pada saat ini, sepertinya tak mungkin jika mereka masih memiliki antena di kepalanya. Namun, jika sesuai dugaanku mereka makhluk dari masa lalu, mengapa mereka masih bisa hidup sampai abad ini?

"Ternyata begitu, hahaha ...." Dengan tiba-tiba aku tertawa dengan kencang. 

Andre dan Angel yang saat itu tengah sibuk dengan monitornya langsung menoleh ke arahku. 

"Kau sudah gila, Ren?" Selidik Andre, merasa heran.

"Biarkan dia seperti itu, dasar orang tak waras." Angel menyahut sebal.

Aku langsung sadar dengan keadaan. Benar, bagaimana bisa aku tertawa sekencang itu sedangkan keadaan sedang kacau begini? Hey, tapi mereka saja yang tidak tahu. Aku telah menemukan ide brilian. Aku kembali senyum-senyum sendiri.

"Tuh kan, dasar gila." Angel terus saja memakiku, membalas dendam perbuatanku padanya. 

Andre hanya menepuk dahinya pelan.

Aku tambah tertawa saat melihat ekspresi kedua temanku itu.

"Lihatlah, makhluk apa ini?" Aku memperlihatkannya di tampilan layar utama.

"Ya, baru saja Erd mengirimku itu juga, Ren." Andre masih berpikir.

Belum tuntas kujelaskan ide brilianku, layar utama di depan sudah berdering lagi. Erd kembali menghubungi.

Dia mengusap peluh di dahinya. Wajahnya sedikit kotor, pasti dia ikut terjun ke tempat penyerangan. 

"Sial, mereka kabur! Jumlahnya hanya 3, dan mereka memiliki kekuatan yang sangat super. Tunggulah, aku akan segera ke sana." Erd langsung mematikan kamera.

Sepertinya ada hal penting yang ingin ia perlihatkan. 

Aku lebih memilih mundur, kembali ke mejaku. Lebih baik ini dibicarakan bersama Erd, juga Pak Edwin. 

Lagi-lagi bayangan Annie kembali muncul di kepalaku. Aku kembali ke mental melankolis saat harus mengingatnya. Bahkan sekarang aku sedang berada di misi khusus terbaru. Bagaimana mungkin aku bisa meninggalkan pekerjaan yang telah kupikul tanggung jawabnya, hanya demi seorang gadis yang kucintai? Jelas, pekerjaanku lebih utama. 

Juga aku tak ingin serangan makhluk tadi akan lebih meluluhlantakkan kota, pasti bisa membahayakan Annie juga.

Maaf Annie, aku belum bisa mendatangimu besok. Ternyata ada hal di luar dugaan yang harus kukerjakan terlebih dahulu. 

Setelah Erd dan Pak Edwin kembali, tentu kami akan segera melakukan misi rahasia yang sangat panjang. Aku sudah tak bisa lagi memantau keadaan Annie. Tak apalah, setidaknya dia akan aman bersama ayahnya. 

Aku kembali memokuskan diri pada pekerjaan. 

"Apa yang ingin kau bicarakan tadi, Ren?" Andre berbalik, menatapku.

"Aku sepertinya tahu tentang makhluk itu."

"Owh, itulah mengapa kau tertawa sendiri disaat temanmu sedang tertekan di pertarungan, hah?" Angel tampak kesal. 

Aku hanya nyengir, menyadari kesalahan.

"Dasar pemimpin yang tak bisa diandalkan." Angel masih saja mencibirku.

Aku hanya diam, sedikit memonyongkan bibir.

Di sini, kami tak pernah mengenal kata jabatan atau apa pun itu. Kami hanya merasa sama, sebagai teman, juga saudara. Bahkan Pak Edwin saja sering ikut bercanda bersama kami, para bawahannya. Beberapa kali juga ia sering terkena serangan dari para bawahannya, lalu disambut tawa oleh kami. 

Itulah kenapa, bagiku perusahaan ini sudah sangat unggul, seakan milikku sendiri. Inilah sikap kami di dalam gedung, pun saat keadaan santai. Sedangkan di luar gedung? Semua berbanding terbalik. Kami tetap memperlihatkan keanggunan, sebagai agen rahasia. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status