Share

Hello My King
Hello My King
Penulis: ella

1. First Plan

Jika berbicara tentang kesuksesan Levi dalam memimpin sebuah negara maka tak pernah ada habisnya. Pasalnya topik pembicaraan yang satu ini seakan tidak menemui titik bosan, selalu ada hal yang membuat siapa saja kagum dengan sosoknya. Beberapa ada yang tersenyum atau malah menggeleng takjub. Sekalipun akan mengganti topik tentang kesadisan yang ia lakukan selama beberapa tahun terakhir juga tak akan ada habisnya. Levi adalah pergabungannya, luar biasa memikat dengan caranya sendiri.

Masalah otak, Levi memang pintar—jelas, masa mudanya ia habiskan dengan membalut kasih dari para tumpukan buku. Membaca dan memahami, mengingat dan mempraktikkan. Hingga semua usahanya membuahkan hasil yang sepadan dan sampai titik dimana semua orang menyebut kecerdasan lelaki tersebut berada dalam tingkatan yang berbeda—sangat pintar.

Bahkan sesekali perkataan maupun tindakan yang ia lakukan berada di luar nalar. Rela melakukan sesuatu yang menerobos kebenaran dan kesalahan demi mempertahankan daerah kekuasaannya—demi rakyatnya.

Serangkaian strategi sempurna yang Levi rancang dengan beberapa ahli strategi jelas memberikan kekuatan tersendiri dalam medan perang. Sukses membuat semua negara yang ia jajah memilih bertekuk lutut dan menyerah. Semua memberi upeti sebagai bentuk kesetiaan, sebagai bentuk patuh dengan kuasa Levi.

Padahal jika mengenang sejarah, Levi dulunya adalah sosok lelaki yang murah senyum, lengkap dengan sikapnya yang periang. Lelaki manis yang membuat siapa saja akan tersenyum karna tingkah lakunya yang menggemaskan. Hingga suatu hari kehidupan memberikannya sebuah tamparan yang luar biasa menyakitkan. Membunuh semua sifat baik tersebut secara hidup-hidup dan tergantikan dengan sosok baru yang tak kenal ampun.

Leoxy mengalami kekacauan hebat, sebagian kerajaan hangus terbakar, orang tuanya tiada dengan cara yang teramat mengerikan di dalam kamar mereka dan ia dituntut untuk melaksanakan tugas kerajaan bagaimanapun keadaannya. Pengkhianatan, kebencian dan kepalsuan menjadi tonggak utama apa saja yang telah terjadi. Dalam sesaat, Levi benar-benar menyaksikan kehancuran dalam usianya yang muda.

Ia tidak tahu apa pun semenjak orang tuanya tiada, pemakaman yang membuat jutaan manusia berbelasungkawa justru berhasil membawa dampak berbeda bagi Levi. Perubahan dahsyat yang nyatanya bergerak seperti racun di dalam tubuhnya, merambat pada setiap sel dan akhirnya menjadi bagian dari dirinya. Hatinya berhasil kalut dalam dendam.

Levi menghabiskan setiap malamnya untuk membalaskan dendam. Orang pertama yang patut ia beri penghargaan karna telah berjuang begitu keras sampai tak kenal lelah adalah dirinya sendiri. Satu-satunya orang yang membawa kembali kejayaan takhtanya dan memberikan harta yang tidak akan habis.

Niatan awal yang hanya berlandaskan rasa balas dendam tersebut berubah seiring berjalannya waktu, semua hal yang melibatkan peperangan telah menjadi candu bagi Levi.

Medan perang selalu berhasil memberinya efek kepuasan tersendiri yang tak bisa ia dapatkan dari hal lain. Rasanya menyenangkan, seolah dunia berada di dalam genggamannya, seolah semesta memihak dirinya. Bagi Levi menaklukkan sebuah negara adalah perkara yang menyenangkan. Bagaimana setiap wajah yang ketakutan tercetak jelas dan bagaimana mereka berteriak meminta ampunan dari Levi. Peperangan, genangan cairan berwarna merah pekat yang aroma anyir yang menyebar ke mana-mana.

Namun kesenangan yang hanya memberi duka pada pihak lain tersebut harus ia hentikan. Sebab tak lama kemudian ada sebuah rapat dalam skala besar yang dihadiri oleh para pemimpin dari setiap negara. Rapat keseluruhan berisikan sebuah pendapat tegas mengenai pelarangan mengambil alih sebuah negara yang katanya, melenceng jauh dari asas kemanusiaan.

Untuk pertama kalinya Levi membenci yang namanya perdamaian, bukan karena akibat buruk yang akan timbul setelahnya, melainkan ia sangat teramat butuh keadilan. Nyaris semua yang ia miliki hancur, menyebabkan luka yang tak bisa sembuh. Menjadi racun yang menggerogoti dirinya. Rasanya mengerikan, teramat buruk hingga Levi harus mencari sebuah kata yang lebih buruk dari kehancuran.

Dan manusia itu, Jordan berhasil menguatkan pendapatnya dengan argumen-argumen sialan hingga pendapat itu berhasil disetujui. Hidup terkadang menyebalkan, tidak pernah lelah untuk memberikan sesuatu sebagai pemberat dalam kelanjutan hidupnya.

Pada akhirnya candu Levi akan medan perang berhenti total. Bukannya membawa dampak baik, tubuh dan pikirannya justru menjadi imbas dan bahkan sepertinya bisa membuat jiwanya melayang ke mana saja. Membuatnya merasa mengerikan seolah diujung kehidupan. Serangkaian gejala terjadi dan Levi mendapat diagnosa mengalami gangguan kecemasan. Levi diambang kegilaan akan kenyataan.

Saat ini negara Leoxy memiliki armada laut terbesar serta pasarnya yang tersebar dimana-mana. Grafik keuangan Negara Leoxy selalu meningkat naik dari tahun ke tahun. Keberhasilan Levi memutar balikan keadaan membuat semua Raja menyanjungnya.

Disela-sela kehancuran Levi dan kejayaan Leoxy, lelaki tersebut masih terlibat dalam perang dingin dengan negara Afleonus. Sebenarnya Levi tidak keberatan jika perang dingin tersebut berlanjut seumur hidup, namun warga Leoxy adalah prioritas.

Hingga Kerajaan Afleonus yang dipimpin oleh Jordan mengajukan perdamaian. Keduanya memutuskan untuk bertemu dan mendiskusikan bagaimana cara menyelesaikan persoalan tersebut.

Jelas Levi tidak terima begitu saja ketika Jordan mengajukan perdamaian, banyak sekali pertimbangan yang ia lakukan karna ia bukan tentang permainan catur yang bisa diulangi kembali, persoalan hidup dan mati. Sebab Jordan bisa melakukan hal yang tak Levi pikirkan, maka dari itu Levi butuh jaminan akan keselamatan Kerajaan dan rakyatnya-tentu.

Pada awalnya Levi menyepakati keputusan tersebut asalkan Jordan beserta seluruh bawahannya mau meniadakan sistem perbudakan yang berada di Afleonus. Sementara Jordan, ia meminta beberapa kerja sama dengan beberapa tambang dan sumber daya alam lain yang berada di Leoxy.

"Aku akan membebaskan para budak dan Anda bisa mendapatkan sepuluh persen dari total pasar Afleonus."

"Tidak menarik."

Hingga akhirnya sebuah kesepakatan yang menarik membuat Levi menaikkan salah satu alisnya, rautnya berubah bersamaan dengan sebuah cengiran yang mengisyaratkan hal lain.

"Bagaimana dengan pernikahan?"

"Apa yang aku dapat dari hal itu?" Levi melipat kedua tangannya di hadapan dada, tatapannya berubah menjadi puluhan kali lebih mengerikan.

"Kau akan mendapatkan Putriku sepenuhnya." Dalam sekejap wajah Levi berubah datar. Terlalu klasik. Dia butuh jaminan bukan sebuah hubungan yang berlandaskan perdamaian dunia. "Dan..." Jordan sengaja menggantung ucapannya.

"Dan?"

"Jika aku berbuat macam-macam, bunuh saja Putriku."

Ada hening yang tercipta. Bahkan pikirkan Levi sempat berubah kosong dalam tiga detik terakhir. Jordan ini memang bodoh atau dia benar-benar ingin berdamai? Lagi pula Ayah mana yang akan membiarkan Putrinya menjadi jaminan? Dia gila.

Jiwa Levi seketika bergejolak, merasakan terancam dan berada dalam bahaya terdengar menyenangkan. Lagipula, Levi tidak berniat untuk mengingkari perjanjian ini, dia hanya menarik keuntungan sebanyak-banyaknya.

"Menarik. Ayah yang menjaminkan nyawa putrinya sendiri. Kalau begitu, aku menjaminkan nyawaku juga. Impas, kan?"

Terdengar gila, tapi seorang ayah yang mempertaruhkan buah hatinya itu lebih tidak waras.

Keduanya telah berhasil mendapatkan kesepakatan yang mereka inginkan, berjabat tangan dengan sebuah senyuman yang terukir kemudian menandatangani selebaran perdamaian. Rasanya teramat gila menjanjikan perdamaian dengan cara seperti ini, padahal Levi sendiri yakin jika Jordan harusnya bisa memberikan jaminan yang lebih menggiurkan dari nyawa putrinya.

Tapi tidak masalah, menjalin sebuah hubungan tidak pernah menjadi rencana dalam hidup Levi meskipun dalam sepuluh tahun mendatang. Tapi kali ini ia harus merencanakan ulang setiap rencananya. Karna beberapa ha mulai berubah.

***

Jika sebuah keputusan telah di bentuk maka akan ada dua pihak berbeda yang terbentuk di saat bersamaan. Pihak yang bersorak-sorai penuh kemenangan karna mendapat keuntungan dan pihak yang menjerit frustasi karna harus merasakan kerugian.

Untuk saat ini Levi termasuk pihak yang diuntungkan, sementara gadis yang ada di hadapannya merasa menjadi pihak yang paling dirugikan.

Gadis yang menggunakan mantel berwarna hitam guna menghangatkan tubuh karena temperatur di luar ruangan menggapai angka delapan derajat celsius sebab musim gugur baru saja datang. Gadis dengan rambut coklat pajang tersebut duduk dengan raut wajah kelewat kesal walau nyatanya ada semburat kekecewaan yang terpancar. Terlihat tidak nyaman dengan apa yang terjadi, atmosfer yang berubah menjadi sangat canggung dan penuh dengan penolakan.

Gadis yang merupakan putri bungsu kerajaan Afleonus tersebut selalu memiliki sebuah buku plannner untuk menata kehidupannya dalam beberapa tahun yang akan datang. Mengingatkan dirinya akan hal apa saja yang harus ia capai, menulis apa saja yang ia inginkan sebelum mematangkan pilihan untuk menikah. Sejak kecil hidupnya selalu tertata dan berjalan mulus sesuai dengan apa yang dia harapkan.

Namun untuk pertama kalinya, tujuan hidupnya harus ia tiadakan demi kebahagiaan dan kesejahteraan kedua negara. Konyol bagaimana ia harus menjadi korban sementara ia sendiri tidak mendapat jaminan di masa depan akan kebahagiaannya. Dia mengorbankan semua mimpinya dan sekarang terpaksa berakhir dengan Levi, Raja tanpa perasaan yang menciptakan perang di beberapa daerah. Paras rupawan, kaya, pintar, tapi bukan jaminan akan kebahagiaan.

Hal pertama yang membuatnya sedih kala ia mendapatkan berita tersebut adalah keputusan Ayahnya yang tidak mempertimbangkan pihak lain. Semena-mena, egois dan keras kepala. Rasanya ingin marah dan mengacak seisi kerajaan. Ia merasakan langitnya runtuh. Semuanya berantakan dan ia hanya bisa menangis. Belum sempat mencerna kenyataan, dia kembali dibanting sedemikian keras oleh kenyataan tanggal pernikahan yang telah mereka atr sesuka hati. Kurang dari seminggu, hanya lima hari. Gila.

Hari ini adalah kali pertama Stacy menemui Levi. Terpaksa berakhir di dalam kerajaan dengan segala umpatan yang siap ia lontarkan kapan saja. Dia memang belum menerima kenyataan secara utuh tapi Stacy tak lagi menangis.

Sebab ia menyadari meskipun masa depannya yang telah hancur tak berbentuk, dia tak bisa melakukan apapun. Tak ada yang bisa ia lakukan selain menerima keadaan. Stacy sering terjaga hanya untuk memikirkan tentang terkaan-terkaan masa depan. Tapi dari sekian pertanyaan yang membuatnya terjaga, mengapa kejadian ini benar-benar tak terlintas pada benaknya?

"Raja Michaela ini memang tidak memiliki perasaan."

Meskipun merengek semalaman, menangis sampai mengeluarkan darah sekali pun rasanya tetap tidak akan mengubah kenyataan. Kekuatannya berpendapat sebagai seorang Putri Raja jelas kalah kuat.

"Terima kasih," Levi yang ada di hadapannya menjawab enteng. Perkataan tersebut tidak berati apapun bagi dirinya.

Stacy terkekeh mendengar jawabannya, memutar bola mata dan menyilangkan kaki. "Jadi kau bahagia dengan keputusan ini?"

Dia berdehem, diam cukup lama sampai akhirnya mengangguk yakin. "Tentu. Aku senang akhirnya rakyatku bisa tenang dan selebihnya... aku tak merasa keberatan. Mau bagaimana lagi? Merelakan satu orang demi jutaan nyawa di luar sana terdengar lebih meyakinkan."

"Lalu tentang pernikahan?"

"Tidak peduli, aku tidak pernah berniat untuk menikah. Tapi jika membahas pernikahan, aku harusnya diuntungkan," Tatapan Levi meneliti tubuh Stacy, dari ujung kepala sampai bawah. "Tapi tenang saja, aku akan memperlakukanmu dengan baik di sini, Ratu Stacy." Dia tersenyum, senyuman yang sangat menyeramkan. Perkataannya yang terdengar halus namun terkesan teramat mengerikan serupa iblis yang menari di atas penderitaan. Auranya sangat kuat.

"Jadi aku hanya alat?" nada bicaranya melemah, hatinya hancur bukan main.

"Tidak ada gunanya kau bersikap seperti ini, cukup ikuti saja bagaimana alur hidupmu dan kau baik-baik saja."

Hal yang lebih membuatnya hancur adalah kenyataan bahwa semua orang mengetahui apabila Stacy telah menjalin kasih dengan seorang Pangeran dari Negeri seberang yang rupawan. Raganya memang tersenyum namun jiwanya meronta untuk mati. []

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
opening yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status