Mungkin untuk beberapa alasan dalam hidup, Levi benar-benar tidak dapat menjelaskan atau bahkan menjabarkan mengapa dia masih bisa berada di tempat ini meski dengan masa lalu yang sudah benar-benar nyaris tak tersisa. Mungkin semesta sengaja memberinya kesempatan untuk hidup dengan harapan bahwa kebaikan akan berpihak padanya.
Levi menyadari beberapa hal berubah. Kedua kerajaan tidak saling menggertak, kerja sama yang terjalin juga berjalan dengan baik. Sistem perbudakan dihapuskan dan Levi mendapatkan pasar Afleonus.
Levi lebih banyak mendapatkan keuntungan, dia juga tidak terlalu mengerti mengapa Jordan mengajukan sesuatu yang terasa berat pada satu sisi. Namun Levi tidak keberatan, sebab yang memulai seluruh kekacauan ini adalah Jordan. Dia dan seluruh tentaranya. Kehancuran keluarganya, peperangan yang menyebabkan banyak sekali korban di kedua negara, hingga di mulainya perang dingin tersebut—semua ulahnya.
Dia terobsesi mengambil alih Leoxy sebab banyak sekali sumber daya dari negara tersebut yang bisa Afleonus gunakan. Karna negara Afelonus kekurangan hal tersebut, sehingga ia menggunakan segala cara agar negaranya makmur. Namun nyatanya pria tua tersebut mendadak ragu, seiring berjalarannya wakku Leoxy semakin kuat, relasi yang membentang dimana-mana hingga para ahli strategi yang luar biasa. Terhitung dalam salah satu negara yang ditakuti kedudukannya.
Semua orang bahagia atas apa yang terjadi, mereka bisa menghembuskan napas lega dan tak khawatir bila ada rudal melayang di angkasa. Perbaikan kesetaraan dan membaiknya koneksi antara dua negara yang diharapkan dapat berlanjut selamanya, jika memungkinkan.
Dipaksa melakukan banyak hal supaya mereka menjadi lebih dekat bukanlah keinginan Levi maupun Stacy. Namun tidak ada yang bisa menolak, sebab jika menolak akan ada dipastikan hal buruk yang bisa terjadi setelahnya.
Levi dengan perjanjiannya, karena ia mempertaruhkan nyawanya. Stacy dengan ayahnya yang entah dimana ia meninggalkan akal sehatnya. Sejujurnya Levi lebih mempertanyakan kewarasan Jordan dari pada kabar membaiknya perekonomian Afleonus.
Levi tahu jelas apabila gadis yang sekarang tengah duduk di hadapannya teramat berat hati untuk melangkahkan kaki ke dalam kerajaannya. Dia jelas menolak hal ini, tatapan tajam yang penuh kebencian kala menatap Levi telah menjelaskan lebih. Duduk dengan tatapan angkuh di hadapannya, menyilangkan kaki dan terlihat ingin segera mengakhiri kunjungan ini.
"Sekarang aku harus apa?" Stacy bertanya dengan nada lirih. Terdengar putus asa meskipun ia tidak mengubah ekspresinya. Menopang dagu pada pinggiran sofa, sengaja mengalihkan pandangan ke sekeliling ruangan sebab ia mendadak muak melihat paras Levi.
Sedikit terkejut karena Stacy mendadak mengajukan pertanyaan padahal selama ini yang mereka lakukan hanya saling diam. Levi tidak berniat memulai begitu pun Stacy.
"Apa maksudmu?"
"Semua ini, pernikahan... janji suci yang akan dilontarkan dan aku terpaksa berakhir denganmu dalam satu atap." Stacy menatap Levi dengan tatapan yang tak bisa ia mengerti, ada kesedihan dan putus asa. Semua bercampur menjadi satu. Karna bagi Stacy setiap harinya teras seperti neraka dan dia terjebak di dalamnya. "Apa kau tidak mau menertawakan hidupku ini?"
Levi terkekeh pelan, memalingkan pandangannya sejenak. Bagi Levi hal ini adakah sebuah lelucon yang teramat lucu. Pada awalnya Stacy kira bahwa Levi benar-benar menertawakan kehidupannya yang penuh sesak, namun pada detik berikutnya ia menyadari bahwa perkiraannya salah total.
"Kau mengatakan hal itu kepadaku? Sungguh? Aku lelaki yang kalian sebut dalam buku sejarah. Di sana tertulis jika aku memiliki sejarah terburuk dalam dunia kerajaan di seluruh dunia. Setidaknya kau masih memiliki seorang kakak jika orang tuamu tiada.
Stacy terdiam, tatapannya melemah dan bersamaan rasa bersalah menguak rongga dadanya. Merasa bersalah bukan main atas perkataannya, dia tidak bermaksud untuk mengembalikan luka lama, dia hanya butuh sesuatu sebagai pembelaan.
"Maaf."
"Aku bosan mendengar kata maaf. Semua orang yang mengatakan maaf hanya untuk formalitas, tapi berakhir melakukan kesalahan yang sama. Kemudian mengatakan maaf lagi, tanpa sedikit pun mau berubah."
Setelahnya Levi berdiri, berjalan mendekat ke arah Stacy dan mengulurkan tangannya. "Ikut aku."Meskipun kebingungan dengan ajakkan Levi yang terbilang tiba-tiba, Stacy tetap menuruti keinginannya. Menggenggam tangan Levi dan mengikutinya. Genggaman tangan Levi terasa berbeda, sama sekali tidak nyaman. Dia tidak merasakan kehangatan apalagi perasaan senang.
Tidak terlalu banyak pelayan yang berlalu lalang membuat Kerajaan milik Levi semakin terlihat kosong. Hampa, dingin seolah tidak ada kehangatan yang bisa menjadi alasan seseorang menganggapnya rumah. Dengan hanya satu orang yang menempati bangunan sebesar ini membuat semuanya terasa salah, benar-benar bertolak belakang dengan kerajaan Afleonus.
Sebuah taman yang mampu terlihat jelas dari dalam dan juga bentang lautan yang mengelilingi bagian belakang kerajaan. Kerajaan memiliki jalur laut, sehingga beberapa kapal pribadi Levi terlihat berada di sekitar kerajaannya. Memang sangat luar biasa, megah dan fantastis. Kerajaannya seolah menjadi cerminan dari bagaimana orang-orang mengagumi Levi.
Manik Stacy mengedarkemana-mana kala berjalan melewati lorong-lorong kerajaan. Beberapa bingkai foto tersusun rapi pada dinding di sebelah tangga. Sebagian foto yang masih utuh terlihat begitu kuno karna warnanya telah pudar. Membuat Stacy kesulitan mengenali siapa yang berada di dalam foto tersebut dan penasaran mengapa Levi membiarkan foto usang sejenis itu terpasang di tengah-tengah Kerajaan.
"Ini kamarmu?" Stacy mengernyitkan kening kala Levi perlahan membuka pintu kayu kokoh tersebut.
"Beberapa hari lagi akan jadi kamarmu juga, jika kau mau tentunya."
Stacy terdiam mendengar hal tersebut. Benar juga, cepat atau lambat ia harus segera beradaptasi jika tidak kenyataan akan menamparnya jutaan kali. Lagi-lagi ia harus mengamati keseluruhan ruangan tersebut dengan takjub. Satu tempat tidur berukuran king size, interior ruangan yang terkesan memiliki nuansa gelap namun megah di saat bersamaan. Unsur kuno kerajaan masih sangat melekat tetapi tidak menghilangkan kesan indahnya.
Ketika Levi mengatakan akan memperlakukan Stacy dengan baik, dia sungguh-sungguh melakukannya. Perlakuannya terkesan manis, tipikal orang yang sangat menjunjung norma kerajaan.
Levi baru melepaskan genggamannya setelah memastikan Stacy duduk nyaman pada salah satu kursi empuk di dalam kamarnya. Sementara Levi duduk dengan angkuh di hadapan Stacy, menyilangkan kakinya dengan tatapan yang seketika berubah mengintimidasi.
"Kenapa kau membawaku kemari?""Hanya mengajakmu berkeliling."
Stacy menatap kebingungan. "Kau pikir aku bodoh, hah? Tentu saja kau memiliki alasan yang lebih logis dari itu."
"Kau masih tidak sadar?" Levi memutar bola matanya singkat.
Stacy jelas tidak mengetahui apa-apa, pun tidak menyadari apapun. Selama ia berada di ruang tengah kerajaan Leoxy tidak ada hal aneh yang terjadi. Dia bahkan tidak merasa terawasi sama sekali. Tidak ada guncangan karna bumi yang mendadak murka karena melihat keduanya berdekatan. Semuanya kelewat normal.
"Memangnya kenapa?"
"Semua pelayan menatap kita." Dia terdiam sejenak sebelum akhirnya kembali melanjutkan, "Seharusnya mereka tidak mengetahui keberadaan kita, kau tahu sendiri, kan, jika pernikahan kita tidak terekspos dalam media massa. Hanya perjanjian perdamaiannya, tapi semua orang tidak ada yang tahu tentang pernikahan kita."
Stacy tidak pernah mengetahui jika insting Levi sangat baik dan juga tidak ada yang menjelaskan jika Raja Michaela ini begitu kukuh atas pendiriannya. Nyaris mustahil untuk membuatnya berpikir dua kali kecuali terdapat data-data akurat yang mendukung.
"Levi, tunggu, tunggu." Stacy menggigit bibir bagian bawahnya, sadar telah melakukan kesalahan. "Apa aku harus memanggilmu dengan sebutan Raja Levi?"
"Terserah. Jika tidak suka, jangan dilakukan." Bagi Levi pengucapan kata Raja hanya sebatas formalitas. Menutupi jati dirinya yang hanya sebatas lelaki biasa berumur dua puluh empat tahun.
"Omong-omong, aku ingin bertanya sesuatu, jika kau tidak keberatan tentunya." Levi mengangguk dua kali. Menopang dagunya dengan salah satu tangan, menatap gadis itu dengan serius. Dia memberi seluruh perhatiannya pada pembicaraan ini.
Stacy melontarkan pertanyaannya setengah ragu-ragu, takut bila mengusik privasi orang yang harusnya tak ia coba cari tahu kelanjutannya. "Kenapa kau membiarkan bingkai foto setengah usang itu tetap terpajang di tengah-tengah Kerajaan?" Levi tidak memberikan respon selama beberapa saat dan hal tersebut membuatnya teramat panik.
"Jika kau tidak mau menjawabnya, tidak apa-apa. " Stacy buru-buru menyela. Wajah lelaki itu yang seketika berubah masam.
Dia terdiam seribu bahasa, butuh waktu lama baginya untuk mencerna pertanyaan sepele seperti itu. Levi membuang nafas, perlahan memijit keningnya guna mengurangi pening yang tiba-tiba muncul.
"Foto itu di ambil dua hari sepuluh jam sebelum orang tuaku tiada. Sangat disayangkan apabila aku membuangnya karena salinan fotonya sudah hilang entah kemana saat beberapa daerah di Kerajaan ini terbakar. Hanya foto itu yang tersisa dari puing-puing kebakaran di ruang utama."
Stacy mengangguk paham, walau nyatanya ia semakin panik karna melihat Levi yang berubah pucat. Hanya dalam hitungan menit ia terlihat tidak biak-baik saja. Tangannya gemetar hebat ditambah dengan munculnya keringat dingin dari pelipisnya.
Nyatanya meskipun Stacy mati-matian membenci Levi, ia tidak bisa menghindarinya dalam perputaran dunianya. Dia adalah sosok baru yang mengambil alih sebagian besar peran di sana. Karna untuk saat ini dan seterusnya ia tak bisa mengelak. Karna dunia tidak berhenti berputar hanya karna salah satu penduduknya merasakan kekacauan yang luar biasa.
Stacy kacau dengan seluruh serpihan kehidupannya yang hancur berantakan. Dia hancur dengan cara yang teramat buruk.
Stacy berjalan mendekat dengan teramat panik, melihat Levi yang seolah nyaris kehilangan kesadarannya gadis itu buru-buru menyandarkan kepalanya pada tubuhnya. Rasa ibanya perlahan muncul, telapak tangannya bergerak menuju kening. Dia terlihat sedang tidak berdaya, bahkan jemarinya bergerak meremas gaunnya dan mengekspresikan bagaimana ia merintih kesakitan.
"Levi, kau kenapa?!"
"Pelayan!"
***
Levi dan Stacy harus terlihat bahagia bersama, bagaimanapun kondisinya. Entah suka maupun tidak. Meskipun harus menutupi fakta bahwa atmosfer mereka penuh acuh. Membuat sedemikian banyak sandiwara supaya keduanya terlihat seperti dimabuk cinta.
Hal sejenis itu harus terus dilaksanakan terutama jika keluarga Jordan berada di sekitar mereka dan kelak ketika keduanya telah resmi menikah yang mana pasti akan selalu menjadi buronan para media.
Mungkin bagi kebanyakan orang Stacy Darell memiliki kecantikan yang sangat luar biasa. Murah senyum, baik dengan seluruh keanggunannya yang semakin memberikannya aura tersendiri. Tipikal yang akan mengayomi dari pada memberi perintah. Namun dari banyaknya sisi baik dari Stacy, Levi sama sekali tidak terpikat. Biasa saja, tidak ada yang spesial. Meskipun nantinya akan berakhir dengan kecupan hangat satu sama lain, mereka tetap tidak akan bisa saling mencintai.
Sumpah, Stacy sangat terkejut melihat sandiwara Raja Michaela ini. Bagaimana Levi menatapnya, senyuman manis yang Levi tampilkan untuk Stacy seolah menunjukkan bahwa lelaki itu sangat mencintainya. Bagaimana lelaki itu memperlakukannya dengan usapan lembut pada bagian kepala, luar biasa manis. Tapi jika memperhatikan lebih dalam, Levi menginginkan semua ini cepat berakhir. Dia muak.
Makan malam yang menjanjikan kemewahan ini berjalan lancar, tidak ada yang curiga dengan perlakukan keduanya. Bahkan Jordan terlihat sangat bangga melihat Putrinya telah menghabiskan waktu seharian bersama Levi di kerajaannya.
Walau nyatanya tidak benar-benar menghabiskan waktu bersama.
Stacy sedikit kecewa karena Dean—saudara kembarnya, yang merangkap gelar sebagai satu-satunya penerus takhta kerajaan tidak hadir. Padahal ia sangat ingin bertemu walaupun sebentar. Dean jarang sekali bermalam di kerajaan Afleonus, jika itu terjadi pertanda bahwa dia memiliki urusan mendesak. Dia lebih suka menghabiskan waktunya pada rumah lain milik keluarga Darell yang letaknya strategis dengan panorama alam menakjubkan dan menjelajah tempat baru.
Perbincangan di antara mereka tetap berlanjut sampai sesi makan malam selesai. Awalnya Levi mengira ia bisa bernafas lega karena setelah ini keluarga Darell akan segera pergi, namun pria tua itu tiba-tiba membuat acaranya sendiri.
"Aku sudah mengatur masalah rancangan baju kalian, besok kalian hanya perlu memilih saja. Jika memungkinkan, kalian juga bisa menentukan tema pernikahan yang akan digunakan supaya mereka bisa mempersiapkan semuanya dengan baik."
Stacy menatap Levi dengan ekspresi terkejut yang jelas kentara. Sementara Levi, ia memainkan peran sebagai calon suami dengan teramat baik. Levi balik menatap gadis itu dan memberikan senyuman, menggenggam tangannya kemudian berkata bahwa semua akan berjalan dengan menakjubkan.
Berungtunglah Jordan mengizinkan putrinya untuk menemui Levi sebelum mereka benar-benar pergi meninggalkan kerajaannya, Stacy ingin menumpahkan kekesalannya. Maksudnya, keinginan seperti itu mengapa Jordan harus menolak?
Kembali berada di dalam kamar Levi aga mendapatkan keseluruhan privasi karna akan menjadi malapetaka apabila ada orang lain yang mendengar hal ini. "Katakan padaku jika semua ini hanya lelucon." Stacy berdiri dengan salah stau tangannya yang memijit kening.
"Ini kenyataan," jawab Levi enteng.
"Kenapa semuanya terjadi secara tiba-tiba? Aku-"
Stacy menghentikan ucapannya ketika Levi berjalan mendekat. Membuat Stacy harus berjalan mundur hingga tanpa sadar ia telah terhimpit oleh dinding. Levi berubah menakutkan dengan tatapannya yang tajam, sangat dekat hingga Stacy rasanya bisa meledak. Ada aroma vanila yang perlahan menguak indra penciuman Levi, wangi. Telunjuknya bergerak menyentuh dagu Stacy, membuatnya mendongak manik keduanya saling bertemu.
"Baiklah sekarang aku bertanya. Putri Stacy, apakah kau punya pilihan lain selain menjadi Nyonya muda Michaela?"[]
Sama seperti yang direncanakan, pagi hari Levi dan Stacy disambut dengan jadwal memilih rancangan baju untuk pernikahan keduanya. Sebuah hal yang telah Levi prediksi sebelumnya sebab sejak awal Jordan yang mengambil alih semua urusan pernikahan mereka. Jika ditanya apakah Levi sudah siap dengan kenyataan yang akan terjadi, maka jawabannya adalah iya dan tidak. Iya, karena sudah menjadi konsekuensi dari keputusan yang telah ia ambil. Dan tidak, karena malas. Malas menjadi terikat dengan sebuah hubungan, malas jika banyak reporter yang mewawancarai dirinya dan juga malas berpura-pura peduli dan mencintainya. Tapi Levi tidak akan menjadi suami yang kurang ajar, dia akan berperilaku manis dan baik selayaknya suami yang bertanggung jawab. Satu lusin gaun dengan modelkan ball gawn yang telah pajang sedemikian rapi pada dua belas manekin. Na
Sejak beberapa hari lalu Levi selalu mendapatkan berbagai macam laporan dari pelayan maupun koki yang bertugas di Kerajaannya. Mereka mengatakan bahwa makanan yang disajikan untuk Levi sering sekali berkurang dan habis, bahkan sebelum makanan tersebut dihidangkan di hadapan Levi. Beberapa orang sudah mengecek beberapa tempat di dalam kerajaan, tapi sama sekali tidak menemukan petunjuk. Dan Levi tidak pernah menganggap hal ini serius.Sebab bagi Levi hal seperti itu tidak akan menjadi sebuah masalah serius lantaran tidak mengancam kehidupannya, tidak ada tanda penyusup karna ia sendiri yakin apabila penjagaan kerajaannya sudah sangat ketat. Tidak mungkin juga penyusup melalui laut, ada banyak sekali pengawal di daerah dermaga. Di samping itu, toh, mereka bisa membuat makanannya lagi, pun jika stok bahannya habis, mereka pasti akan segara membeli bahan dengan kualitas terbaik.
Pertemuan antar keluarga bangsawan, akan selalu terjadi setidaknya setahun sekali. Membahas tentang kerja sama atau berdiskusi akan masalah ekonomi antar negara, kadang hanya berupa ramah tamah untuk mempererat hubungan. Meskipun jelas di antara mereka ada yang tidak tulus, berusaha mencari celah-kesempatan untuk menghancurkan satu sama lain. Sudah terbiasa, maka dari itu harus lebih berhati-hati agar tidak terjebak dalam perangkap mereka. Perjamuan kali ini lebih terlihat seperti pesta dalam skala besar dari pada perjamuan yang selalu tampak formal. Semua susunan acara, perabot yang digunakan hingga apa saja yang tersaji. Levi biasa menghadiri hal sejenis itu jadi ia mampu menyadari jika perjamuan kali ini berada dalam skala dua kali lipat dari acara yang biasa ia hadiri. Beberapa pangeran dari Selatan terlihat berkumpul bersama di d
Stacy merasakan hari semakin cepat berlalu, entah mengapa setiap detiknya seolah berubah menjadi tanda-tanda kematian. Rasanya seolah malaikat kematian sudah menantinya, menanti Stacy merasakan sebuah rasa sakit atas kehidupan rumah tangganya kelak. Mengenai hal ini, Stacy beberapa kali masih memikirkan gadis yang Levi bicarakan. Hanya saja saat Levi mengatakan ia tidak mengetahui apapun, Stacy hanya mengangguk dan menurut. Tidak terlalu peduli juga.Tidak akan menjadi masalah, karna memang sejak awal Stacy tidak mau peduli dengan urusan seperti ini. Dia hanya akan menjalankan perannya dengan baik dan sebaliknya. Sejak awal juga Levi tidak pernah mengekangnya, hanya saja tetap terlihat seperti pasangan di mabuk cinta kala berhadapan dengan media dan keluarga Darell.Sinar spektrum dari ufuk timur memaksa masuk dengan cara menerobos mela
Levi menghembuskan nafas panjang untuk kesekian kalinya pagi ini. Keresahan serta keraguan rasanya bercampur jadi satu hingga membuat seluruh rongga dadanya sesak. Selain karna acara pagi ini, Levi lebih panik karna ia mengetahui Tyche mengacak ruang kerjanya. Membuat susunan berkas tersebut semburat kemana-mana, memenuhi sisi ruangan. Tyche selalu mengacau, setiap hari, setiap saat dengan apapun yang ada di dalam kerajaannya.Sejak dua hari lalu ia berusaha mati-matian untuk menyelesaikan semua urusan. Membuatnya bekerja lembur semalaman, tidur pada pukul dua dan bangun pukul tujuh. Bahkan pernah, ia baru tertidur sesaat setelah matahari baru menunjukkan dirinya. Berangsur-angsur seperti itu hingga membuatnya harus meminum obat pereda sakit kepala, kepalanya serasa ditendang oleh puluhan kuda yang membuatnya merasakan nyeri bukan main.
Levi beberapa kali harus menahan dirinya sendiri, mengumpulkan seluruh aura positif agar ia tidak melakukan hal berbahaya dengan Stacy. Sebab ia juga tidak akan menyentuhnya kecuali gadis itu mengizinkan, dia tidak mau membuat kehidupan di dalam kerajaannya berubah menjadi tidak nyaman hanya karna ia tidak bisa mengontrol diri. Sesaat setelah Tyche datang di dalam kamarnya, ia tahu bahwa setelahnya harus membuat tumpukan kebohongan agar mengelebuinya. Gadis itu keras kepala, tidak akan menyerah pada keinginannya dengan mudah. Bahkan pernah ia merengek selama satu jam hanya untuk tumpukan biskuit dan bronis. Semenjak bersama gadis itu kesabaran Levi benar-benar meningkat sepuluh kali lipat. Bahkan beberapa kali Levi harus melakukan apa yang tak ia suka. Berbagi pakaian dengannya, menemaninya bermain meskipun hanya sepuluh menit atau ma
Stacy luar biasa penasaran. Kenapa semuanya bisa terjadi, kenapa Levi bisa berubah menjadi luar biasa kesakitan dan mengapa ia justru membiarkan sumber utamanya tetap ada di saat ia bisa memusnahkannya. Semenjak ia membuka mata dan sampai detik ini ia masih sering memikirkan hal itu. Bahkan disela-sela dirinya melakukan kegiatan dengan Tyche. Berbicara tentang Tyche, dia memang luar biasa cantik. Parasnya seolah Dewi tanpa dosa yang baru saja diturunkan ke bumi. Sangat periang, bersemangat seolah tak ada kata lelah dalam hidupnya walau dalam beberapa hal dia teramat merepotkan. Awalnya susah untuk mengajak gadis itu berbicara, dia selalu mengatakan, "Pergi! Aku benci denganmu! Kau mengambil Levi dariku." Tyche akan berubah sangat sensitif jika menyangkut Levi.
Hiruk pikuk manusia telah memenuhi pusat kota. Bukan sebuah kejutan apabila malam puncak festival tahunan selalu ramai. Sebab setiap tahun para pejabat negara selalu memberi beberapa hal yang membedakan festival ini dari tahun-tahun sebelumnya, seperti misalnya, tahun ini terdapat sebuah karnaval yang mengawali pembukaan pada puncak festival dan di akhiri dengan kembang api yang akan mewarnai langit malam.Sore menjelang petang adalah saat dimana karnaval baru memulai aksinya. Seiring berjalannya waktu, beberapa lampu lentera mereka nyalakan dan disusul dengan dihidupkannya seluruh lampu di seluruh pusat kota hingga bagian paling ujung Leoxy.Tyche tidak bisa berhenti kagum pada setiap hal sederhana yang terjadi. Mulai dari beberapa lentera hingga ratusan kembang api yang melayang indah di angkasa. Seluruhnya indah. Tyche suka. Selamany