Semenjak malam kecelakaan yang terjadi pada calon mantan istrinya itu hidup Arion begitu hampa dan dia tak lagi semangat menjalani hidup. Kejadian itu memang sudah 6 tahun berlalu, tapi Arion tak pernah melupakan kejadian naas yang merengut nyawa seseorang yang dia cinta.
Saat malam pernikahannya, dia yang memilih menghabiskan waktu lajangnya dengan bermabuk-mabukan bersama teman-temannya di sebuah club ternama mengabaikan panggilan dan pesan dari wanita yang dicintanya tersebut yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.
Karen, gadis lemah lembut yang selaku menuruti perintahnya yang membuat Arion jatuh cinta padanya. Gadis itu khawatir akan keadaannya dan memilih menyusul Arion yang berada di Club tapi sayangnya, di tengah jalan Karen harus mengalami kecelakaan hebat yang menyeretnya.
Saat pagi datang, Arion dikabarkan bahwa calon istrinya telah tiada, tepat di hari pernikahannya Arion menerima kenyataan tersebut.
Sejak hari itu Arion merasakan penyesalan yang begitu hebat dan berulang kali dia harus dirawat di rumah sakit akibat jiwanya yang terguncang dan pencobaan pembunuhan diri untungnya kedua orangtuanya yang cekatan dapat menahan Arion melakukan hal gila tersebut.
Dan sekarang Arion dapat hidup walau hatinya sudah cacat karena tak dapat mencinta lagi, mungkin bisa tapi akan sulit.
Dan hari ini, saat tubuhnya menerima sentuhan Jesslyn, ia pikir ia akan mati rasa seperti para wanita yang selalu menggodanya, dan dia salah. Karena tubuhnya menginginkan Jesslyn.
Mengingat tatapan menantang di kedua mata gadis itu saat malam pesta itu membuatnya lansung bergairah yang bahkan sebelum-sebelumnya tak pernah ia rasakan pada wanita lain setelah malam pengantinnya bersama Karen.
Arion mengikuti kata hatinya dengan membawa Jesslyn ke dalam kamar hotelnya dan menyentuh tubuh gadis itu, dan tubuhnya merespon dengan baik, bayang-bayang Karen yang selalu menghantuinya mendadak berganti dengan bayangan Jesslyn yang baru ia temui.
Dan Arion tak bisa menghentikannya saat ia mulai merasakan lagi kenikmatan dunia yang ia pikir sempat mati rasa itu.
Dalam hatinya ia terus mendesahkan nama Jesslyn, dia tak mau melepasnya dan dia akan membuat Jesslyn selalu berada di bawahnya, ia ingin terus menyentuh Jesslyn jika itu bisa menghapus bayang-bayang Karen yang selalu menghantuinya dengan perasaan sesal dan sedih.
Kembali, entah sudah berapa kali mereka mencapai puncak bahkan Jesslyn yang berada di pangkuannya sudah melemas dengan kedua mata yang terpejam dan Arion masih sibuk menaik turunkan tubuh Jesslyn agar mereka dapat meraih puncaknya.
Arion bahkan mencecap pundak Jesslyn dengan kedua tangannya yang memelintir kedua puting Jesslyn yang begitu menggoda.
Saat gelombang gairah kembali menerjang mereka, Arion mendesah lega dan mencium telinga Jesslyn yang sudah tidur atau pingsan, Arion tidak tau.
Arion meletakan Jesslyn untuk rebah di atas ranjang dan menyelimuti gadis itu, sementara dia berjalan menuju kamar mandi untuk mengguyur tubuhnya di bawah shower.
Bayang-bayang Karen kembali menghantuinya, dia masih tak bisa melupakan gadis itu, cintanya yang hilang dan pergi dengan begitu cepat.
Arion mengepalkan kedua tangannya dan memukulkan kepalan itu ke dinding kamar mandi, layaknya itu adalah kebodohannya di masa lalu.
"Maafkan aku Karen.."
Arion melirih dan menengadahkan kepalanya saat air matanya mengalir dan tertutup dengan rintik air yang keluar dari shower.
**
Jesslyn membuka kedua matanya dan mengerang sakit karena seluruh tubuhnya yang seperti habis tertimpa berat ribuan ton. Juga rasa kebas dan perih yang ada di selangkangannya saat ia mencoba bergeser.
Ingatannya kembali mengulang persetubuhan malam tadi, dan wajah Jesslyn memerah malu. Ia menolehkan kepalanya dan melihat atasannya yang masih terlelap di sampingnya. Jesslyn tak boleh terus berada di sisi pria itu, ia merasa malu saat malam tadi bersikap seperti seeorang jalang yang haus belaian.
Menahan sakit di seluruh tubuhnya, Jesslyn memungut pakaiannya dan memakainya dengan segera, setelahnya ia meninggalkan Arion yang masih terlelap di atas ranjang. Ia tidak tau Arion menggagahi tubuhnya berapa lama, karena saat Jesslyn berjalan dia benar-benar kehilangan tenaganya.
Untunglah saat keluar hotel ia menemukan taksi yang baru saja selesai mengantar penumpang, lansung saja ia berlari dan masuk ke dalam taksi tersebut menyuruh sang supir mengantarnya pulang.
Jesslyn menyandarkan kepalanya ke belakang, seharusnya ia tidak melakukan hal ini, rencananya hanya menggoda bukan untuk tidur bersama Arion, namun dia tidak menyesalinya, karena Jesslyn juga menikmatinya. Sudahlah, ia harus melupakannya. Jesslyn tak boleh terus mengingat itu, lagipula ia yakin bahwa Arion juga akan melupakannya.
Tapi sanggupkah Jesslyn melupakannya? Arion itu laki-laki pertamanya, mungkin akan sulit namun Jesslyn akan berusaha.
Setibanya ia di rumah kontrakannya Jesslyn segera beranjak ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya, menggosok dengan kuat semua bekas yang baru ia sadar sangat banyak tanda keunguan yang diberi Arion padanya. Saat tangannya membersihkan area sensitifnya Jesslyn meringis karena masih begitu perih jika tersentuh. Dan Jesslyn melakukannya dengan penuh kelembutan.
Selesai membersihkan tubuhnya Jesslyn berjalan ke kamar dan memakai pakaiannya, saat melihat dirinya di pantulan cermin ia menutup bibirnya karena tak hanya di sekitar leher dan pahanya yang ada bekas keunguan namun seluruh tubuhnya berisi bekas ciuman Arion yang tersebar begitu banyaknya.
Jesslyn menggeleng, dia sangat yakin bahwa Arion memang masih normal dan tak menyukai kaum penis karena melihat betapa liarnya laki-laki itu terhadap tubuhnya. Jesslyn menghitung berapa banyak tanda yang ada di tubuhnya dan mengetahui angkanya hingga puluhan, dirinya bergidik sebelum berjalan ke arah lemari untuk memakai pakaiannya.
Berdiam diri di dalam rumah kontrakannya hanya membuat ia mengingat Arion, sang atasannya. Namun jika harus keluar ia masih tidak bisa karena kondisi selangkangannya yang masih begitu nyeri untuk diajak berjalan.
Ya, Jesslyn cukup tau milik Arion pada saat memasuki miliknya karena ukurannya yang begitu besar belum lagi pria itu yang terus menggempurnya saat ia sudah jatuh pingsan. Jesslyn tak akan pernah mau tidur bersama pria itu lagi, tapi apa mungkin? jika hati dan otaknya menolak berhubungan badan bersama Arion lain dengan tubuhnya yang memiliki jawaban sendiri, tubuhnya begitu merespon dan menginginkan persetubuhan itu terulang kembali.
Jesslyn mencari ponselnya dan mencharge benda itu betapa terkejutnya ia yang melihat banyak sekali notif pesan dari keempat temannya dan banyak juga pesan serta panggilan tak terjawab dari Kean, adik tirinya. Jesslyn mendesah kesal dan tak mau menghiraukannya.
Dan dua detik setelahnya ponselnya berdering menampilkan nama sang adik tiri yang panggilannya tak Jesslyn jawab, ia terus menunggu sampai panggilan tersebut berakhir dengan sendirinya. Ingin mencoba menghindarinya dan tak mau lagi terlibat dengan permasalahan yang adiknya buat, Jesslyn cukup tak memperdulikan adiknya yang pasti menghubunginya karena ingin meminta uang atau bantuannya.
Berkali-kali Kean meneleponnya hingga Jesslyn muak dan ingin kembali menon-aktifkan ponselnya jika saja ia tak membaca pesan yang Kean kirimkan.
From : Kean si adik Sialan!
'Kak tolong jawab teleponku!'
Belum sempat Jesslyn membaca keseluruhan teks yang terkirim, ponselnya kembali bergetar dan menampilkan nama sang adik.
"Ada apa?! Bisakah jangan menggangguku di waktu libur-"
"Kak Tolong... Tolong aku" Jesslyn dapat mendengar suara Kean yang begitu terdengar lirih layaknya orang kelelahan yang tak sanggup lagi bicara dengan diikuti napasnya yang memburu, ia coba tak mau kembali terjebak dalam permainan Kean, ia yakin adiknya itu tengah berakting untuk mengemis uang padanya dan Jesslyn tak akan tertipu lagi.
"Jangan berakting lagi padaku Kean! Itu tidak akan mempan! Lebih baik kamu bekerja yang benar untuk menghasilkan uangmu sendiri daripada terus meminta padaku yang tak akan pernah memberikannya padamu-"
"Kamu Kakaknya?! lebih baik cepat kirimkan uang yang sudah adikmu curi ini, ganti 2 kali lipat jika tidak mau kami akan memotong tubuh adikmu dan mengirimkannya padamu!"
"Dengar ya! Aku tidak tau kamu akan dapat berapa bagian dari adikku, namun aku tidak akan mempercayai ucapanmu, jangan mengancamku-"
"Kak tolonglah- Diam!! Jangan bicara. Bungkam bibirnya agar tak lagi berbicara!"
Jantung Jesslyn berdebar kaget saat mendengar jeritan sang adik dan diikuti bunyi pukulan yang membuat napasnya memberat, Benarkah adiknya sedang bersandiwara?.
"Dengar! Aku akan memberi waktu sampai besok lusa, siapkan uangnya sejumlah satu miliar. Tidak perlu bingung dikirim kemana, aku sendiri yang akan mengambilnya ke tempatmu!"
Langkah Jesslyn surut kebelakang dengan getar tubuhnya yang membuat kedua kakinya melemas "Itu jumlah yang sangat banyak, aku tidak punya uang sebanyak itu!"
"Keputusan ada di tanganmu, jika tidak mau membayar, nyawa adikmu ini yang menjadi gantinya!!"
Jesslyn tak mau mempercayainya namun mendengar jerit kesakitan di sebrang sana yang ia yakin suara Kean, ingin tak percaya namun hati mengingkarinya. dengan telepon yang masih menempel di telinganya Jesslyn mendengar suara pria tadi yang berbicara dengannya perlahan menjauh setelah bicara kasar dan kotor pada Kean, hening sejenak ia dengar sebelum suara Kean yang begitu serak dan tak jelas masuk ke telinganya.
"Kak.. Tolong Kean Kak, maaf jika Kean selalu membohongi Kakak, namun kali ini Kean sedang tak memainkan drama me-mereka benar-benar serius ingin membunuh Kean jika Kean tak bisa mengganti uang itu"
Jesslyn masih mengatur napasnya dengan kedua mata yang berkaca "Apa yang sebenarnya sudah kamu lakukan Kean?! Kenapa kamu selalu merepotkan aku?!"
Jesslyn menitikan air matanya saat mendengar isakan Kean yang begitu menyedihkan masuk ke dalam telinganya.
"Maaf kak Maaf-"
"Dengan kamu meminta maaf apa uang yang kamu ambil itu bisa kembali?! Kamu kembalikan saja sisa uang yang kamu ambil dan setelahnya kamu cari cara lain untuk mengembalikannya! Aku tidak mau terlibat dengan masalahmu lagi!"
"Uangnya dimaling dan aku yang harus menggantinya, aku benar-benar tidak memegang uang itu sepeserpun"
Jesslyn mengusap wajahnya yang memerah dia begitu benci pada adiknya yang selalu menyeretnya dalam masalah yang pria itu buat.
"Aku tidak peduli! itu urusanmu dan kamu harus menyelesaikannya sendiri!"
"Kak Kean mohon kak-"
Jesslyn mematikan sambungan teleponnya dan mencabut sim card di ponsel agar Kean tak dapat menghubunginya lagi, setelahnya Jesslyn terduduk di atas ranjang dengan menutup wajahnya menggunakan kedua tanganya.
Bagaimana bisa ia menolong Kean dengan penghasilannya yang begitu kecil bahkan kadang ia bisa kekurangan karena gajinya yang minim.
Jesslyn menangis dan mengusap tubuhnya yang bergetar, walau ia membenci Kean, laki-laki itu tetap adiknya, anak yang dibawa istri baru sang Ayah saat ia kelas 1 sd dulu, ibunya yang baru saja pergi meninggalkan kisah sedih di hidupnya harus ditambah oleh Ayahnya yang ikut menghilang disaat ia tengah dalam kondisi terpuruk.
Hanya dengan Nenek dia merasa nyaman meski disaat terpuruknya dia membutuhkan sang Ayah yang pergi entah kemana.
Lalu satu tahun kemudian pria itu kembali, membawa seorang wanita dengan pria kecil yang usianya 3 tahun di bawahnya itu, pertemuan mereka mencipta benci di hati Jesslyn karena pria kecil itu menyita semua perhatian yang Ayahnya punya.
Walau tak menyukai Kean karena sudah mengambil seluruh perhatian Ayahnya, Jesslyn bertahan hingga kedua orangtuanya berakhir kecelakaan mobil saat ingin pulang ke rumah saat merayakan pesta ulangtahun pernikahan mereka, Jesslyn begitu ingat saat Ayahnya memanggil dia keruang ICU dimana saat itu ayahnya dirawat dan pria tua itu meminta Jesslyn untuk menjaga Kean dan mencoba saling menyayangi layaknya saudara kandung.
Sampai akhir hidupnya Ayahnya hanya memikirkan Kean tanpa dirinya sama sekali membuat kebencian Jesslyn ditumpahkan pada Kean, dan satu hari setelah Ayahnya meninggal, Jesslyn memilih pergi ke kota dan mencari pekerjaan yang lebih baik dengan bermodalkan ijasah SMK nya.
Sering kali Kean merepotkannya namun ia masih mau membantunya namun masalah yang Kean bawa saat ini membuat Jesslyn ingin menyerah, ia tidak akan sanggup membantu Kean, mau mencari kemana uang 1 miliar dalam dua hari?
"Maaf Yah, aku tidak bisa menjaga putra tercinta mu"
**
Senin pagi, adalah masanya orang-orang sibuk untuk bergegas pergi bekerja maupun sekolah hingga orang-orang mulai memadati jalan raya dan tak ada yang saling mau mengalah demi bisa cepat sampai tujuan namun bukan cepat mereka justru memperlambat karena kemacetan yang dibuat akibat ketidaksabaran para pengemudi.
Seperti Arion yang memijat kepalanya melihat kemacetan jalan pagi di luar sana. "Sepertinya kita akan terlambat Pak" Joshua yang pagi ini juga menjadi supir bagi Arion melirik atasannya dari spion atas mobilnya.
"Kalau begitu tidak perlu terburu-buru" Joshua mengangguk, Arion membuka Ipad di tangannya untuk memeriksa email yang masuk sembari menghemat waktu untuk tiba di kantor.
Perjalanan yang mereka tempuh sedikit lebih lama karena kemacetan jalan, dan saat mobil yang Joshua kendarai memasuki pelataran gedung kantornya, Arion mematikan Ipad miliknya dan memilih melihat ke jalanan di luar.
Kedua matanya menajam saat melihat sesosok gadis yang baru saja turun dari angkutan umum dan berlari memasuki gedung kantornya. senyum tipisnya terbit membuktikan bahwa ia dan gadis itu akan selalu bertemu.
"Jo, aku minta kamu cari seorang gadis bermana Jesslyn di kantor kita" Joshua hanya mengangguk menuruti perkataan bossnya, sekertarisnya itu terkejut mengetahui atasannya kini meminta dicarikan seorang wanita padahal Joshua tau laki-laki ini tak pernah senang jika ada seorang wanita yang mendekatinya.
Benar-benar keajaiban!
**
Jesslyn terus merutuki kesialannya pagi ini, ia terlambat bangun akibat memikirkan masalah yang Kean buat dan harus terjebak kemacetan kota yang membuatnya terlambat masuk ke kantor. Untunglah ia bisa terbebas dari absen pagi karena teman-temannya yang menolong dirinya.
"Makasih!" Jesslyn meletakan tas tangannya dan berterimakasih pada Rini yang sudah menolongnya. Gadis itu hanya mengedipkan mata sebagai jawaban "ingat kamu hutang penjelasan dengan teman-temanmu" Jesslyn hanya mengangguk mengerti.
"Jam makan siang nanti akan aku beritahu semuanya."
Rini mengacungkan jempolnya dan Jesslyn hanya menanggapinya dengan senyuman singkat. Baru ia akan menyalakan komputernya Panggilan Bu Rita, Manajernya menggelora di dalam ruangan dan menyuruhnya ia untuk ke lantai 20 untuk bertemu Pak Arion direktur sekaligus CEO di perusahaan ini.
Tubuh Jesslyn menegang ingin menolak namun tatapan tajam yang diberikan Bu Rita membuatnya mengangguk dan memperhatikan teman-teman satu ruangannya yang menatap dia dengan heran karena bisa dipanggil oleh Pak Arion si pemilik perusahaan dan orang yang begitu penting.
Melihat Rini yang berada di kubikel yang sama dengannya memberikan ia semangat membuatnya tersenyum dan dengan senyumnya ia mengikuti Bu Rita yang mengantarnya hingga ke ruang Pak Arion yang berada di lantai 20. sangat tinggi berbeda dengan ruang kerjanya yang berada di lantai 2.
"Masuklah, Pak Arion menunggu kamu di dalam" Wanita tambun dengan wajah juteknya itu menyuruh Jesslyn segera masuk ke dalam. Dengan jantungnya yang berdebar gila, Jesslyn mengetuk pintu kaca buram yang begitu besar di depannya dan terdiam saat seorang laki-laki tinggi keluar dari sana, dia bukan Arion.
"Silahkan masuk"
Jesslyn hanya mengangguk menatap pria tinggi berkacamata itu yang mempersilahkan dia masuk dan kemudian laki-laki itu pergi setelah menutup pintu di depannya meninggalkan Jesslyn di dalam ruangan yang begitu luas sendiri.
"Kita bertemu lagi?"
Tidak, Jesslyn tidak sendiri, karena ada sosok Arion yang keluar dari pintu di depan sana yang entah ruangan apa karena Jesslyn belum melihatnya.
Arion berjalan dan duduk di atas sofa yang berada di tengah ruang memanggil Jesslyn agar mengikutinya, dengan kakinya yang seolah tertancap paku, ia begitu berat saat berjalan mendekat pada sosok Arion yang duduk di atas sofa mahal dan memperhatikan tubuhnya yang mendekat.
TBC....
Jesslyn terus merutuki kesialannya pagi ini, ia terlambat bangun akibat memikirkan masalah yang Kean buat dan harus terjebak kemacetan kota yang membuatnya terlambat masuk ke kantor. Untunglah ia bisa terbebas dari absen pagi karena teman-temannya yang menolong dirinya. "Makasih!" Jesslyn meletakan tas tangannya dan berterimakasih pada Rini yang sudah menolongnya. Gadis itu hanya mengedipkan mata sebagai jawaban "ingat kamu hutang penjelasan dengan teman-temanmu" Jesslyn hanya mengangguk mengerti. "Jam makan siang nanti akan aku beritahu semuanya." Rini mengacungkan jempolnya dan Jesslyn hanya menanggapinya dengan senyuman singkat. Baru ia akan menyalakan komputernya Panggilan Bu Rita, Kepala manajernya menggelora di dalam ruangan dan menyuruh ia untuk ke lantai 20 dan bertemu Pak Arion, direktur sekaligus CEO di perusahaan ini. Tubuh Jesslyn menegang ingin menolak namun tatapan tajam yang diberikan Bu Rita membuatnya menganggu
Jesslyn memasuki rumah kostnya dengan desah lelah, memeriksa Kean yang tertidur di atas ranjangnya, Jesslyn beralih membawa bungkusan nasi goreng yang dibawanya ke atas meja dan dia mengambil pakaian gantinya. Karena tubuhnya yang mulai lelah dan lengket Jesslyn memilih membasuh tubuhnya itu.Kembali di dalam kamar mandi pikirannya mulai pening memikirkan uang satu miliar yang harus kemana ia cari. Tadinya ia memang mau menghubungi Arion, menelepon sang Bos dan menerima tawaran pekerjaan baru untuknya, namun egonya tersentil dan akhinya ia mengurungkan niatnya.Selesai membersihkan tubuhnya Jesslyn bergerak mengambil dua piring dan menatanya di atas karpet di depan televisi yang menyala di dalam kostnya. Setelah menyiapkan makanan yang tadi dibelinya untuk dia dan Kean, Jesslyn bergerak menuju ranjang dimana tubuh Kean yang masih terbaring lemah itu, membangunkan sang adik dengan perlahan hingga kedua mata itu terbuka dan menatapnya sejenak sebelum Kean ban
Arion yang tengah mengadakan rapat mendadak menghentikan kegiatannya tersebut karena menerima telepon dari nomor asing yang ia yakini sebagai wanita itu, Jesslyn. Semua yang ada di ruangan itu sontak saja terheran terlebih Joshua yang duduk di sebelah atasannya tersebut.Arion hanya berkata bahwa rapat kali ini akan dilanjutkan esok, dan tiba-tiba saja Arion pergi meninggalkan ruangan rapat. Dengan mempertahankan wajah datarnya Arion membuat seseorang yang tengah presentasi dilanda gundah karena berpikir itu adalah salahnya.Arion berdehem sejenak sebelum mengangkat panggilan dari nomor asing yang ia yakini sebagai milik Jesslyn tersebut."Ya?"Arion merasakan jantungnya berdebar, seharusnya dia tak merasakan ini, tidak pernah ada yang membuatnya merasakan hal ini sebelumnya."Pak, ini Jesslyn..."Senyum Arion terbit perlahan, ya dia sudah mengetahuinya. Mendengar suara yang begitu ia ingat membua
Jesslyn memejamkan kedua matanya saat Arion yang berada di bawah sana tak berhenti memberinya nikmat dari lidah pria itu yang terus menjelajahi inti dirinya."Buka matamu saat aku menyatukan diri denganmu!"Jesslyn membuka kedua matanya melihat wajah Arion yang sudah sejajar dengan wajahnya, sebelum pria itu melebarkan kedua kakinya dan mengusap miliknya dengan kejantanannya yang sudah tegak sempurna."Ah.. Bapak!"Jesslyn mengerang kecil saat Arion menggodanya degan mengeluar masukkan miliknya di bawah sana."Stop panggil Bapak ketika aku menyentuhmu, aku bukan Bapakmu!"Jesslyn hanya mengangguk dan memejamkan kedua matanya saat dengan perlahan Arion memasukkan miliknya."Ahh Arion! Pelan ..." Jesslyn tersentak kaget saat Arion kembali melepasnya dan pria itu bangkit membawa tubuhnya duduk dengan tubuh yang saling berhadapan. Pria itu tersenyum miring melihat wajah Jesslyn yang kecewa namun juga diliputi gairah."Bergera
Jesslyn merapatkan kakinya, dia sungguh tak nyaman saat di bawah sana, miliknya itu tak tertutupi apapun lagi. Wanita itu melirik Arion yang masih sibuk dengan laptopnya dan tak menghiraukannya yang tadi sudah membuatnya frustasi karena perbuatan Arion yang menghentikan permainan saat dia ingin meraih puncak.Berdiam diri di ruangan Arion dan tak melakukan apapun juga membuat kantuknya datang sehingga tak jarang Jesslyn menutup mulutnya karena sering menguap. Matanya sudah berat dan dia membutuhkan waktu untuk merebahkan kepalannya.Saat kantuknya kembali datang, Jesslyn tak tahan untuk tak berbicara pada Arion yang masih seperti robot di kursi sana, "Pak, apa tidak ada sesuatu yang bisa saya kerjakan?"Arion melirikkan kedua matanya pada Jesslyn sebelum pria itu beri gelengan. Jesslyn mendesah lelah, "tapi saya ngantuk jika tak ada kerjaan" Arion hanya diam dan tak menghiraukan Jesslyn.Wanita itu berdecak sebal dan meletakkan kepalanny
"Ini kamarmu, mulai hari ini sampai hari jum'at besok kamu resmi tinggal di apartemenku"Jesslyn hanya menganggukkan kepalanya mengerti, kamar yang ditunjuk Arion tentu Jesslyn ingat, tempat mereka bercinta setelah dia menandatangani kertas perjanjiannya dengan Arion."di depannya adalah kamarku, ingat! Jangan pernah masuk ke dalam kamarku tanpa aku suruh, dan jangan mengacau di apartemenku. Selalu siap saat aku memanggilmu"Jesslyn kembali mengangguk dan Arion menyuruh Jesslyn untuk masuk ke dalam kamarnya melalui kode dari wajahnya."Masuklah, istirahat di dalam sana"Arion kemudian berlalu meninggalkan Jesslyn dengan menutup pintu kamarnya, pria itu mendesah pasrah dan melihat bingkai foto Karen yang terpajang besar di kepala ranjangnya.Senyumnya tersungging lebar, meski dia menikmati percintaan panasnya dengan Jesslyn, terkadang rasa bersalah dan sedih ia rasa jika ia mengingat Karen. Kekasih hatinya yang telah lama pergi.Jessly
Arion mendesahkan napasnya gusar, ia melirik Jesslyn yang sedang meneliti laporan sebelum akan diberikan padanya, kedua telinga wanita itu tersumpal olehearphoneyang memutar musik. Sejak semalam, Arion gagal menyentuh Jesslyn dan mengingat malam tadi membuatnya berdecak sebal. Semalam saat ia dengan langkah lebar untuk melanjutkan permainan mereka, ia justru menemukan Jesslyn yang tertidur. berusaha keras untuk Arion membangunkannya namun wanita itu tak mau bangun dan memilih melanjutkan tidurnya. Pikirannya ia akan tetap menggagahi Jesslyn ketika wanita itu tertidur, tapi tentu itu sama sekali bukan dirinya, ia menginginkan melihat wajah memerah Jesslyn saat wanita itu mencapai puncak surga dunia. Dan paginya saat ia akan meminta Jesslyn memainkan miliknya, Joshua sudah tiba di apartemennya untuk menjemput dia ke kantor. Kini Arion justru melihat Jesslyn yang nampak santai bekerja di meja sana tanpa memikirkan dia yang be
"Benar, tidak mau aku antar pulang?"Jesslyn mengangguk yakin, sudah 4 kali Arion bertanya dan meyakinkan dia untuk diantar pulang namun Jesslyn tetap menolaknya.Ia tidak ingin lansung pulang ke rumah kostnya. Melainkan pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi sang adik."Yaudah Pak, saya pulang duluan ya"Jesslyn yang selesai membereskan barang-barangnya pamit pada Arion yang masih duduk di kursinya. Arion mengangguk dan memperhatikan punggung Jesslyn yang sudah pergi meninggalkan dia sendiri di dalam ruangannya.Dan sebelum ia tiba di rumah sakit terlebih dahulu Jesslyn membelikan buah untuk Kean.Memasuki rumah sakit, Jesslyn menemui dokter Abi yang menjelaskan kondisi Kean setelah ia menanyakannya. "Kondisinya sudah lumayan baik, sepertinya dua hari lagi dia juga sudah bisa pulang"Jesslyn tersenyum lega dan mengucapkan terimakasih sebelum ia melanjutkan jalannya ke kamar rawat Kean.Membuka pintu di hadapannya dan ia