Share

5 - Perjanjian

Arion yang tengah mengadakan rapat mendadak menghentikan kegiatannya tersebut karena menerima telepon dari nomor asing yang ia yakini sebagai wanita itu, Jesslyn. Semua yang ada di ruangan  itu sontak saja terheran terlebih Joshua yang duduk di sebelah atasannya tersebut. 

Arion hanya berkata bahwa rapat kali ini akan dilanjutkan esok, dan tiba-tiba saja Arion pergi meninggalkan ruangan rapat. Dengan mempertahankan wajah datarnya Arion membuat seseorang yang tengah presentasi dilanda gundah karena berpikir itu adalah salahnya. 

Arion berdehem sejenak sebelum mengangkat panggilan dari nomor asing yang ia yakini sebagai milik Jesslyn tersebut.

"Ya?"

Arion merasakan jantungnya berdebar, seharusnya dia tak merasakan ini, tidak pernah ada  yang membuatnya merasakan hal  ini sebelumnya. 

"Pak, ini Jesslyn..."

Senyum Arion terbit perlahan, ya dia sudah mengetahuinya. Mendengar suara yang begitu ia ingat membuat api gairah nya kini menyala dan dia menginginkan Jesslyn lagi. 

"Ohh Jesslyn, setelah satu hari akhirnya kamu menghubungiku, jadi bagaimana?"

Arion memasuki ruangannya dan duduk di atas kursi kerjanya sembari menatap  pemandangan dari jendela kaca di belakang mejanya. 

"Bisa saya bertemu Bapak sore ini?"

"Sayangnya, aku harus pergi ke luar kota untuk meninjau proyek yang tengah ku bangun, sepertinya lusa baru kembali, hari itu kita bisa bertemu" Tidak, Arion tidak serius dia hanya mau mendengar apa yang akan Jesslyn katakan. 

Namun menunggu lama, Arion tak mendengar balasan dari sebrang dia harus menjauhkan ponselnya dan melihat apakah ponselnya masih tersambung dengan ponsel Jesslyn namun belum sempat ia melakukannya, sebuah isakan yang mampir ke telinganya membuat ia berkerut kening.

"Pak... Saya tidak ada waktu lagi... Saya benar-benar butuh bantuan Bapak"

Arion menghela napasnya, ia tak tau di sana Jesslyn tengah berakting atau tidak, namun mengingat dia yang tadi bertemu dengan gadis itu dengan kondisi Jesslyn yang nampak terburu-buru membuatnya tak yakin jika Jesslyn tengah berakting.

"Oke, malam nanti datang ke apartemenku, aku kirimkan alamatnya padamu" 

"Baik Pak"

Arion menatap ponselnya dan senyumnya terbit, sedikit lagi untuk mendapatkan gadis itu. Hanya karena Jesslyn yang berhasil membangkitkan gairah terpendamnya yang bertahun-tahun lamanya tak pernah lagi  ia salurkan pada orang lain kini dia begitu menginginkan Jesslyn.

Bibirnya menyunggingkan sebuah senyum, dia tak sabar menanti gadis itu malam ini. 

**

Jesslyn yang mendapat sedikit kekuatan bangkit dan melihat tubuh adiknya yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit itu. Meski dia sangat membenci Kean yang hanya bisa membuat hidupnya susah, namun dia juga akan tersakiti juga kehilangan jika pria itu mati dengan tidak wajar.

Tak menunggu lama bagi Jesslyn untuk datang ke apartemen Arion yang berada di dekat kantor, setelah mendapat pesan dari Arion untuk menemuinya pukul 8 malam namun Jesslyn sudah menunggu sejak pukul 5 sore hingga Arion yang baru pulang dari kantornya pukul 7 malam menaikan alisnya karena sudah melihat Jesslyn yang tengah duduk di depan pintu kamarnya. 

"Pak Arion" 

Jesslyn yang sudah amat mengantuk tiba-tiba menjadi segar kembali karena orang yang dinantinya sudah tiba di depan matanya. "Bukankah aku menyuruhmu datang jam 8?" Jesslyn mengangguk kuat "Iya Pak, saya yang terlalu cepat datang" 

Arion mendengus dan mengambil kunci apartemennya sebelum masuk ke dalam ruangannya yang tak disinari penerangan terkecuali dari sinar bulan dan lampu-lampu jalanan dan gedung di luar jendela sana. 

"Masuklah" Jesslyn mengikuti langkah Arion dan kedua matanya dibuat terpukau oleh keindahan dan betapa luas  apartemen Arion saat pria itu menyalakan lampunya. Yang menjadi favorit Jesslyn adalah jendela kaca besar yang menampilkan pemandangan lampu-lampu  bangunan dan jalanan di luar sana. 

 "Duduklah, biarkan aku membersihkan tubuhku dulu, baru kita membahas persoalan bantuanmu itu" Jesslyn mengangguk singkat dan memandang punggung  lebar Arion yang hilang di lantai 2. Jesslyn memilih duduk di sofa single yang memandang lansung ke jendela kaca  besar yang menampilkan keindahan kota di malam hari.

Salah satu impiannya dulu adalah memiliki tempat tinggal di apartemen mewah seperti ini, dengan di kelilingi oleh pemandangan malam kota yang cantik. Jesslyn tak akan pernah bosan memandang ke luar sana. 

Tak menunggu waktu sampai 30 menit, Arion sudah tiba dengan rambut pria itu yang basah dan menetes hingga ke T-shirt yang dipakainya. Jesslyn dapat mencium harum sabun yang terpancar  dari tubuh Arion dan itu membuatnya sedikit merona. 

"Kemarilah, kita akan membahas persoalan tawaranku itu bukan?" 

Jesslyn mengangguk kecil dan melayangkan langkahnya menuju sofa di dekat Arion.  Kemudian dia duduk di  hadapan Arion yang menatapnya datar. Jesslyn benar-benar malu dan jantungnya berdebar gila dibuatnya. 

"Kamu yakin menerima pekerjaan ini? Tugasmu bukan hanya menemaniku dimanapun tapi harus membantuku menyalurkan hasratku yang sudah kamu bangunkan" wajah Jesslyn memerah malu, dan dia dengan berani mengangkat pandangannya untuk menatap Arion untuk memberinya anggukan bahwa dia sudah tau resikonya dan dia menyetujuinya. 

"Baguslah. Tunggulah sebentar lagi, aku menyuruh Joshua mengantar berkas yang harus kamu tanda tangani selama kamu bekerja padaku" 

Jesslyn hanya mengangguk dan tak berani menatap Arion, sementara pria itu tak berhenti tersenyum puas melihat Jesslyn yang pasrah di depannya. Setelah 10 menit menunggu sang sekertaris dan mendengar bel pintu yang berbunyi membuat Arion bangkit untuk membukanya. 

Jesslyn yang hanya melirik Arion pergi menjauh untuk membuka pintu itu, mendesah lega dan mengurangi ketegangan yang sedari tadi meliputinya saat hanya berdiam diri saat Arion melirik tubuhnya. Jesslyn tau meski ia tak melayangkan kedua matanya pada Arion sudah jelas pria itu tengah memindai tubuhnya. 

Tak sampai 5 menit Arion kembali duduk di depannya membawa sebuah map plastik dan diberikan pada Jesslyn yang duduk di depannya. "Baca dan tanda tangani" 

Jesslyn menerima map tersebut "Ini apa?" dia membuka lembaran demi lembaran dan mencoba memahami apa yang tertulis di sana. "Baca, itu adalah peraturan saat bekerja padaku"

Jesslyn membacanya dengan teliti, wajah Jesslyn yang tengah serius membuat Arion meneguk salivanya kasar, berkali-kali pria itu mengenyahkan pikiran anehnya saat melirik bibir Jesslyn yang begitu menggoda.

Dia menginginkan bibir itu menyentuhnya.

Arion memejamkan kedua matanya dan mencoba berpikir normal, sungguh pesona Jesslyn membuat perubahan yang begitu drastis dari hidupnya.

Padahal ia tak pernah tertarik dengan wanita lainnya meski dia juga bukan seorang gay, namun kehilangan satu satunya cinta yang dia punya sudah membuatnya pupus untuk berhubungan dengan wanita lainnya.

Dan dengan Jesslyn yang membangkitkan hasrat seks nya, membuat ia menginginkan Jesslyn lagi dan akan ia buat Jesslyn terus berada di sisinya sampai ia bosan dan membuang Jesslyn.

Dia tak perduli mau sebarapa banyak bayaran yang wanita inginkan darinya, karena Arion tau kenapa Jesslyn menerima pekerjaan ini darinya tentunya uang, karena wanita dan uang dua hal tersebut tak bisa dipisahkan.

"Pak, Saya harus tinggal bersama dengan Bapak?"

Pikiran Arion buyar dan kedua matanya melirik Jesslyn yang menunjuk isi dari map tersebut. Pria itu mengangguk membenarkan ucapan Jesslyn.

"Kamu akan terus berada di sampingku sampai aku mengizinkan kamu untuk pergi, tapi tenang aku memberimu waktu libur untuk dirimu sendiri di hari sabtu dan minggu setelahnya kamu harus kembali ke sini dan tinggal bersamaku"

Jesslyn nampak menimbang sebentar lalu menutup map di hadapannya setelah menandatanganinya. "Di situ tertulis bahwa saya bisa meminta berapapun gaji saya pada Bapak apa benar?"

Arion mengangguk tanpa ragu, berapapun akan ia keluarkan.

"Kalau begitu saya... Berikan saya satu milyar"

Kedua mata Arion membulat lebar, dia memang akan memberi berapapun nominal uang yang akan Jesslyn ajukan namun dia terkejut karena wanita ini begitu enteng mengatakan jumlah uang yang baginya tak bernilai tersebut.

"Kamu tau bukan, jumlah segitu tidak sedikit? Mau buat apa uang sebanyak itu?"

Jesslyn mengangguk cepat "Saya tau Pak, Bapak boleh tidak menggaji saya sampai satu tahun tapi tolong beri uang itu pada saya, dan tentang persoalan kedua sepertinya saya tak perlu menjawabnya, karena itu privasi saya"

Arion tersenyum sinis, memang benar bukan wanita itu tak jauh terikat dengan uang.

"Baiklah, aku juga tak tertarik mendengar jawabanmu, aku akan memberinya dan juga aku tidak akan memotong gajimu, kamu akan tetap ku bayar mahal meski bukan satu milyar. Asalkan... Kamu bisa membuktikan padaku bahwa pelayanmu padaku itu memuaskan"

Jesslyn menegang kaku, dia menatap Arion yang memberinya senyum sinis itu. "Maksud Bapak?"

"Puaskan aku dengan bibirmu itu, lalu akan aku beri kamu satu milyar"

Jesslyn menundukan pandangannya, ia sedikit bimbang dan ragu, wajahnya memerah malu dan ia merasa harga dirinya sudah hilang entah kemana.

"Kamu tidak mau?"

Jesslyn mengangkat wajahnya dan kedua bola matanya terpaku pada wajah Arion yang kini menatap dia dengan pandangan remeh.

Akhirnya Jesslyn bangkit dan berjalan menuju Arion, kedua jantung manusia itu saling berdebar jika yang satu takut akan memulai lain dengan Arion yang berdebar karena tingkah Jesslyn yang begitu perlahan dan terkesan malu.

Arion memang sudah sangat lama tak melakukan hubungan intim selain dengan Jesslyn kini kembali memulainya membuat ia seperti anak remaja yang tengah melakukan untuk pertama kalinya. 

"Sa- saya, apa yang harus saya lakukan?" Jesslyn gugup saat sudah berdiri di dekat sofa Arion yang hanya meliriknya.

"Kamu bisa memulainya dengan membuka celanaku, dan puaskan miliku, ingat ini Jesslyn, Jika kamu tak bisa membuatku puas sepertinya kamu harus merelakan uang satu milyar itu, karena aku tidak mau membuang uangku dengan pelayanan burukmu"

Jesslyn meneguk salivanya kasar sebelum mengangguk, dia ingin menangis kali ini. Nantinya ia akan menghajar Kean karena pria itu dia harus melakukan hal ini.

Menjadi murahan karena uang.

Jesslyn sudah berlutut di hadapan Arion dan perlahan membuka celana pendek yang pria itu pakai. Jesslyn memejamkan kedua matanya saat celana yang ia pegang sudah turun hingga ke lutut Arion.

Arion terus menahan makiannya saat merasakan kerja Jesslyn yang begitu perlahan dan membuatnya begitu tersiksa hingga miliknya yang berada di bawah sana menegang karena tak sabar.

"Cepatlah Jesslyn!" Arion menggeram pelan dan melihat gadis di depannya yang memejamkan mata membuat Arion kesal.

"Buka matamu dan lihat milikku, urut perlahan lalu masukkan ke dalam mulutmu, tapi jangan sampai kena gigi-Awhh.. Pelan Jesslyn!!"

Arion mendesis sakit saat tangan bergetar Jesslyn mencengkram miliknya kasar. "Ma-Maaf Pak, saya... Saya tidak tau caranya.." Suara Jesslyn yang bergetar juga membuat Arion tak tahan untuk tak melirik gadis itu yang masih terpejam.

"Perlahan Jesslyn..." Arion tak pernah merasakan rasa ini sebelumnya, gerakan amatir yang Jesslyn buat justru membuatnya sangat bergairah.

Jesslyn yang kedua tangannya sudah menggenggam milik Arion yang sangat besar di kedua tangannya tak berani melirikkan matanya ke atas sana.

Dia merasa sangat malu dan takut untuk mencobanya, namun mendengar desisan dan desah pelan yang dikeluarkan Arion membuatnya penasaran hingga terkadang Jesslyn membuka kedua matanya hanya untuk melihat pria itu yang mengatur napas dan terpejam karena nikmat.

"Masukkan..."

Jesslyn mengangguk dan membuka bibirnya, mencoba memasukkan benda tersebut ke dalam mulutnya yang kecil, namun belum ada setengahnya dia sudah mual dan tak terbiasa hingga ia harus mengeluarkannya lagi dan terbatuk.

"Coba lagi"

Jesslyn kembali mengurut perlahan dan memasukkannya ke dalam mulut menggerakkannya maju mundur, mendengar desisan nikmat dari Arion entah mengapa membuat hatinya puas, meski dia awam dan amatir namun mendengar Arion yang kenikmatan dengan service nya membuat dia senang, karena jika Arion senang dia akan mudah mendapatkan uang itu.

"Ahh.. Jesslyn masukan semua"

Kedua tangan Arion mencengkram rambut Jesslyn saat gadis itu memasukkan lebih dalam kejantanannya ke dalam mulut kecilnya, Jesslyn menahan mual saat kejantanan Arion masuk sampai ke dalam tenggorokkannya dan tak lama pria itu mengerang dan mengeluarkan senjatanya dari mulut Jesslyn dan menyemprotkan cairannya tepat di hadapan wajah Jesslyn.

"Ahh.. Shit!"

Jesslyn terbatuk dan mencoba mengatur napasnya yang memburu, juga Arion yang menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa dan satu tangannya menutup kedua matanya.

Sesungguhnya Arion malu, karena belum ada 5 menit Jesslyn mengurutnya ia sudah cepat keluar, karena kenikmatan dan gerak tangan Jesslyn membuatnya begitu bergairah hingga ia harus keluar dengan cepat.

"Bapak... Sudah selesai kah?"

Jesslyn menatap Arion tanpa mau memandang milik Arion yang sudah kembali layu. "Siapa bilang? Aku masih membutuhkanmu di atas ranjang sana, sejujurnya aku masih belum seratus persen puas dengan service mu" 

Kedua pundak Jesslyn turun dengan lesu, "Kamu mau uang satu milyarkan? Kalau begitu turuti mauku lalu aku beri padamu" Jesslyn mengangguk daan melihat Arion yang bangkit berdiri membetulkan celana yang melorot sampai mata kakinya dan membetulkannya tanpa malu pada wajah Jesslyn yang berpaling. 

"Tapi kata Bapak hanya puaskan dengan bibirku saja, apa sekarang Bapak juga mau melakukannya dengan tubuhku?" Jesslyn menunduk saat melihat tatapan Arion yang setajam elang memandangnya. "Kamu tidak mau?" 

Jesslyn mengangguk, dia mau uang itu, namun dengan persetubuhan itu apa Jesslyn akan menolaknya? Dia pernah melakukannya dan rasanya memang nikmat hanya saja saat permulaannya begitu sakit dan dia takut merasakan kesakitan itu lagi. 

"Saya- saya mau pak"

"Bagus, kalau begitu ikuti aku" Arion berjalan menuju kamar tamu yang akan ia jadikan kamar Jesslyn nanti jika gadis itu sudah tinggal bersamanya. Arion menarik  Jesslyn saat mereka sudah tiba di dalam kamar dan mengusap wajah gadis itu yang memerah terpejam menikmati belaiannya di wajahnya. 

"Jesslyn ada satu peraturan lagi yang harus kamu turuti yang tidak tertulis di atas kertas itu..." 

Jesslyn membuka kedua matanya dan menatap pada wajah Arion yang begitu dekat dengan wajahnya. "Apa?" Arion mengusap bibir merah Jesslyn yang ia  tau tak menggunakan pewarna bibir itu dengan gerak sensual. "Jangan jatuh cinta... karena aku tidak akan bisa membalas perasaanmu" 

Jesslyn sedikit kecewa mendengar peraturan yang Arion katakan, harusnya dia setuju namun sudut kecil hatinya merasakan rasa kecewa itu. Namun tak mau menunjukkannya pada Arion Jesslyn tersenyum dan mengangguk. "Tapi bagaimana jika sebaliknya? Bagaimana jika Bapak yang jatuh cinta sama saya?"

Arion tersenyum dan menggeleng "Aku tidak akan memiliki perasaan itu padamu..." Karena semua cinta yang aku punya sudah terkubur bersama Karen. Arion menambahkan kalimatnya itu dalam hati. Kemudian bibirnya memagut bibir Jessslyn yang membalasnya dengan tak kalah  bergairah. 

Saat ciuman keduanya makin intim dengan gerak lidah yang ikut menari, Jesslyn menghentikan permainan dengaan mendorong dada Arion. "Kenapa?" Arion bertanya dan Jesslyn menahan kedua tangan Arion yang ingin membuka kemeja kerjanya. 

"Berikan dulu uangnya..."

Senyum remeh itu kembali terbit di bibir Arion, melihat sendiri bagaimana Jesslyn yang begitu cinta terhadap uangnya membuat ia semakin yakin bahwa tipikal gadis di depannya akan membuat dia cepat bosan, namun Arion akan menikmati tubuh Jesslyn terlebih dahulu sampai dia benar-benar muak dengan gadis ini. 

Arion menjauh dari Jesslyn dan membuka lemarinya untuk mengambil cek dan menuliskan nominal yang akan diberikannya pada Jesslyn. "Satu milyar, dan sudah bolehkah aku mencicip tubuhmu yang begitu mahal ini?" 

Jesslyn yang mengambil cek dari Arion, kedua matanya berkaca dan dia begitu bersyukur bahwa permasalahan dengan para pria gila yang membuat adiknya terbaring di ranjang rumah sakit itu selesai. Jesslyn tersenyum dan menunjukan raut senangnya pada Arion yang berkerut bingung atas reaksi Jesslyn. 

"Terimakasih, sekarang anda boleh melakukan apapun pada tubuh saya Pak" 

Arion sesungguhnya merasa janggal dengan wajah Jesslyn yang nampak lega mendapat cek itu darinya, tapi dia tak mau memusingkannya dan menarik Jesslyn ke atas ranjang untuk menyatukan tubuh mereka berdua. 

TBC...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status