Share

8 - Tamu tak Diharap

"Ini kamarmu, mulai hari ini sampai hari jum'at besok kamu resmi tinggal di apartemenku"

Jesslyn hanya menganggukkan kepalanya mengerti, kamar yang ditunjuk Arion tentu Jesslyn ingat, tempat mereka bercinta setelah dia menandatangani kertas perjanjiannya dengan Arion.

"di depannya adalah kamarku, ingat! Jangan pernah masuk ke dalam kamarku tanpa aku suruh, dan jangan mengacau di apartemenku. Selalu siap saat aku memanggilmu"

Jesslyn kembali mengangguk dan Arion menyuruh Jesslyn untuk masuk ke dalam kamarnya melalui kode dari wajahnya.

"Masuklah, istirahat di dalam sana"

Arion kemudian berlalu meninggalkan Jesslyn dengan menutup pintu kamarnya, pria itu mendesah pasrah dan melihat bingkai foto Karen yang terpajang besar di kepala ranjangnya.

Senyumnya tersungging lebar, meski dia menikmati percintaan panasnya dengan Jesslyn, terkadang rasa bersalah dan sedih ia rasa jika ia mengingat Karen. Kekasih hatinya yang telah lama pergi.

Jesslyn kini melangkahkan kakinya memasuki kamar yang akan ditempatinya. Karena saat pertama ia datang ke kamar ini, Jesslyn belum sempat berkeliling dan memindai sekitarnya kini saat dia sudah resmi meninggalinya Jesslyn dibuat kagum oleh kamar tamu yang ada di apartemen Arion atau yang akan ditempatinya tersebut.

Kamar yang luasnya melebihi kamar kosnya, juga ada kamar mandi dalam yang tak menyusahkan Jesslyn jika malam nanti dia ingin buang hajat.

Menduduki ranjang yang begitu empuk, Jesslyn menyukainya jika saja ia tak ingat apa yang membawa dia ke tempat ini.

Ponsel yang berada di dalam tasnya berbunyi, membuat Jesslyn yang ingin merebahkan dirinya kini urung dan menjangkau tasnya yang ia letakkan di atas nakas.

Dokter Abi

Jesslyn mengangkat panggilan tersebut, yang ia tau pasti akan mengabari kondisi adiknya. "Halo dok?"

"Kak Jesslyn?!! Kakak tidak apa-apa?!"

Jesslyn tersenyum lega mendengar suara Kean disebrang sana, itu tandanya adiknya sudah membaik karena bisa menghubunginya.

"Aku tidak apa-apa Ken! Kamu sudah sehat?"

Jesslyn mengerutkan alisnya saat mendengar isak tangis yang ia yakini milik Kean. "Kamu kenapa?!"

"Kak Jes! Aku minta maaf, pasti mereka melakukan sesuatu padamu, bagaimana bisa kamu membayar uang itu?"

Jesslyn berdecak kesal "Ya! Mereka hampir melecehkanku! Dan hutangmu itu juga sudah ku bayar! Ingat janjimu! Kamu harus melunasi utang itu padaku!!"

Kean tak menjawab namun Jesslyn tau pria itu mengangguk dan mencoba menghentikan tangis sedu sedannya yang membuat bibir Jesslyn berkedut ingin tertawa.

"Iya kak, pasti Kean bayar ... Tapi Kakak sungguh tidak apa-apa?"

"Aku tidak apa-apa"

"Tapi bolehkah aku tau kakak dapat uang sebanyak itu dari mana?"

Jantung Jesslyn berdetak kencang, tidak, dia tak mungkin memberitahu Kean jika dia menjual tubuhnya hanya untuk mendapatkan uang. Dia tak mau pria itu berpikiran yang buruk tentangnya. 

"Ada temanku yang meminjamkannya, sudahlah dia banyak uang jadi tak masalah aku meminjamnya, dia sudah memberikanku kepercayaan untuk meminjam uangnya jadi tugasmu adalah menjaga kepercayaan itu! Carilah pekerjaan yang benar dan bayar tiap bulannya padaku!! Aku sendiri yang akan memberikan uang itu pada temanku"

Sungguh kebohongan yang begitu natural. Jesslyn memberi selamat pada dirinya sendiri. 

"Baiklah, aku akan bersungguh-sunguh mulai saat ini. Kapan kamu mau menjengukku di rumah sakit?"

"Aku tak bisa, sibuk! Jika kamu sudah boleh pulang dari rumah sakit lansung pulang saja ke kostku, kuncinya ada di atas pintu"

"Ehmm ... Baiklah, kalau begitu aku tutup"

Jesslyn mendesah lega saat panggilan teleponnya berakhir, ia merebahkan dirinya di atas ranjang dan menatap plafon di atasnya. Andai ia memiliki banyak uang sudah pasti Jesslyn tidak akan terkurung di sini. Dia tidak akan mengalami hal ini. 

Mungkin Jesslyn lebih memilih menghabiskan waktunya di hotel yang berbeda tiap malamnya dan mengelilingi negaranya sebelum dia mengelilingi negara lainnya.

"Tuhan aku mau Kaya!!"

"Kerja, jika mau punya banyak uang! Jika kamu hanya bisa bermalas-malasan seperti itu kapan kamu mau Kaya?"

Jesslyn tersentak kaget, dia bangun dan menatap Arion yang bersandar di pintu kamarnya, kamar Arion maksudnya.

"Bapak?! Bapak mau apa?"

Arion mendengus melihat gelagat Jesslyn yang memperbaiki duduknya dan wajah wanita itu yang memerah membuat Arion berdehem sejenak menghalau pikiran mesum itu dari kepalanya.

"Kamu pikir apa?"

Arion berjalan memasuki kamar yang Jesslyn tempati dan membuat wanita yang masih terduduk di atas ranjang itu sedikit waspada atas kehadiran Arion.

"Bapak- Bapak mau apa?

Arion yang sudah berjarak dua langkah dari Jesslyn menyodorkan paperbag yang berisikan pakaian untuk Jesslyn kenakan.

"Mandi, bersihkan tubuhmu lalu pakai pakaian ini setelah itu temui aku di bawah"

Arion meletakkan kantung kertas itu di dekat Jesslyn sebelum senyum remehnya ia beri untuk Jesslyn. "Aku tak mau menyentuhmu saat kamu kotor"

Jesslyn tau Arion hanya meledeknya namun tetap saja wajahnya memerah mendengar hal tersebut keluar dari bibir Arion.

Arion begitu puas melihat wajah merona Jesslyn dengan sinar kekesalan di sepasang matanya itu, menggoda wanita itu nampak menjadi hobi barunya mulai saat ini.

"Cepat!"

"Iya pak!"

Saat tubuh Arion tak lagi terlihat di kamarnya, Jesslyn membuka kantung kertas yang diberikan dan wajahnya memerah melihat apa yang ada di dalam kantung tersebut.

Ada dua buah lingerie pendek berwarna coklat yang begitu transparan. Jika ia memakainya sudah pasti tubuhnya akan terlihat samar dan menerawang.

Apa maksudnya Arion menginginkan dia memakai ini?

Jesslyn menghela napasnya dan memandang dua jenis lingerie yang kedua modelnya sama namun hanya berbeda di warna.

Jesslyn akhirnya mengalah dan membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, menghabiskan waktu yang lumayan lama karena dirinya yang begitu menikmati setiap tetes air hangat itu menyentuh tubuhnya. Karena merasa dirinya sudah begitu lama menghabiskan waktu di kamar mandi, Jesslyn mengambil handuknya yang ia  cari di lemari pakaian tadi dan mengambil lingerie yang dibawanya sebelum ia tatap lama benda di  tangannya. 

"Tak apa Jesslyn, ingat dia membayarmu sangat mahal, dan kamu harus menuruti setiap perintahnya!!" Jesslyn mengangguk kuat, lalu memakai lingerie yang bahannya begitu tipis juga pendeknya yang hanya satu senti di bawah pantatnya. 

Jesslyn merasa dia sangat terbuka menggunakan pakaian ini, merasa tak betah akhirnya Jesslyn melangkah untuk membuka lemari kaca yang ada di dalam kamar mandi dan mengeluarkan bathrobe untuk membungkus tubuhnya yang dibalut lingerie tipis itu. 

Merasa siap, barulah Jesslyn keluar kamar untuk berjalan perlahan menuruni tangga, mencari sosok Arion yang ternyata tengah berkutat di dapur. Melihat Arion yang Shirtless dan hanya mengenakan celana pendeknya membuat napas Jesslyn berhembus berat. 

Tangannya mencengkram erat tali bathrobe yang membungkus tubuhnya. Saat langkahnya sudah tiba di dekat Arion pria itu menolehkan kepala padannya dan alisnya dinaikan karena melihat Jesslyn tak mengindahkan perkataannya. 

"Kamu tidak memakai pakaian yang aku suruh?"

Arion berjalan mendekat pada Jesslyn yang memundurkan langkahnya karena merasa terintimidasi oleh tatapan Arion. "Saya- Saya memakainya Pak, hanya saja saya tutupi pakai ini ... Karena terlalu terbuka."

Jesslyn memejamkan matanya saat Arion mengendus lehernya dan meniupkan napas panas dari bibir pria itu membuatnya mengerang pelan. "Jadi kamu mau mencoba menggodaku? Agar aku membuka benda ini?"

Arion menangkup pinggang Jesslyn yang ingin menjauh darinya dan ia rapatkan tubuh mereka berdua. "Tidak- tidak begitu Pak" Arion memajukan wajahnya dan menggigit pundak Jesslyn yang terbuka mencipta jerit kaget wanita di dalam rengkuhannya tersebut. 

"Pak?!" 

Jesslyn mendorong dada Arion yang begitu terbentuk sempurna itu dengan kedua tangannya, kedua matanya juga menatap Arion tajam karena pria itu menggigitnya dengan keras dan tak ada gairah di dalamnya tentu itu membuatnya terkejut. 

"Jangan menggunakan bahasa formal saat kita berdua, dan saat kita berhubungan, kamu paham Jesslyn?"

Arion mengusap bahu Jesslyn dan membukanya dengan gerak pelan, membuat Jesslyn kembali terpedaya oleh sentuhan Arion. "Iya" Jesslyn menutup matanya saat Arion mencium lehernya, tempat pria itu beri gigitan sebelum lidah pria itu julurkan untuk memberi sedikit jilatan. 

Dan Jesslyn melenguh pelan saat satu tangan Arion turun mengusap payudaranya yang masih tersembunyi di dalam lingerie dan bathrobe yang dipakainya. "Ahhkk ..." Jesslyn terpekik nikmat saat tangan Arion menyusup masuk ke dalam bathrobe nya dan memelintir putingnya yang sudah menegang dari balik lingerie. 

Ikatan talinya sudah terlepas dan lengan bathrobe yang Jesslyn kenakan sudah turun tersangkut di kedua siku tangannya yang ia tekuk karena masih bersandar pada dada bidang Arion. "Mendesah?" Jesslyn mengangguk dan menggigit bibirnya menahan nikmat saat satu jari Arion mengusap intinya dari balik celana dalam yang ia pakai. 

"Ar-Arion ..." Kulit Arion meremang, dan jantungnya berdegup kencang saat namanya disebut oleh Jesslyn. Bahkan tubuh bawahnya sudah begitu menginginkan Jesslyn untuk segera ia masuki. 

"Pintar sekali kamu menggodaku Jesslyn" Jesslyn menggeleng pelan sembari menahan godaan yang Arion lakukan di bawah sana "aku tidak menggodamu Ar, Ahkk" Jesslyn kembali mengeluarkan pekikan nya saat satu jari Arion kembali memasuki tubuh bawahnya. 

"Melihatmu memakai pakaian ini sudah kuanggap kamu menggodaku Jesslyn ..."

Jesslyn membuka kedua matanya dan bersitatap dengan kedua mata Arion yang menyorot sinar gairah di sepasang matanya. "Tapi kan kamu yang memberikan baju ini, bagai-bagaimana besok, apa yang harus ku pakai untuk pergi bekerja? Haruskah aku memakai ini juga?"

Senyum Arion tersungging miring "Pakailah jika kamu memiliki keberanian, tapi jika pun tidak aku sudah menelepon Joshua agar mengantar pakaian baru untukmu"

"Lingerie lagi?"

"Aku sih maunya begitu" 

Jesslyn mengerucutkan bibirnya dan wajah Arion perlahan mendekat, pria itu ingin mencumbu bibir Jesslyn yang sedari tadi belum ia sentuh dengan bibirnya, jika saja pintu di apartemennya tak diketuk dari luar. 

Arion menahan umpatannya dan melepas tubuh Jesslyn yang sudah sama bergairahnya dengan dirinya untuk berjalan ke arah pintu, membukanya. Namun kedua matanya membulat melihat siapa yang berdiri di depan pintu nya. 

Dia pikir yang datang Joshua membawa barang suruhannya yaitu beberapa stel pakaian baru untuk Jesslyn tapi yang dia lihat adalah Mamahnya yang berdiri menunggu pintu dibuka dengan tak henti wanita itu terus mengetuk pintu apartemennya. 

Arion meneguk salivanya kasar dan berjalan cepat menuju Jesslyn yang masih di dapur tengah memakan masakannya itu, Jesslyn yang dipikir Arion akan melanjutkan permainan mereka terkejut karena Arion justru mendorongnya ke arah tangga. 

"Masuk ke kamarmu dan jangan keluar saat aku mendatangimu!, aku ambil ini" Arion mengambil bathrobe yang masih terpasang di tubuh Jesslyn meski sudah tak diikat lagi. Jesslyn yang hanya mengenakan lingerie itu memerah malu dan segera naik untuk menyembunyikan tubuhnya dari pandangan Arion yang menyorot sinar nakal tersebut. 

Arion tertawa pelan melihat kedua bongkah pantat bulat Jesslyn yang bergoyang saat wanita itu berlari menaiki tangga. Kemudian Arion mengatur napasnya dan memasang bathrobe tersebut ke tubuhnya, menutupi dadanya yang terbuka dan berjalan untuk membukakan pintu yang tak henti diketuk oleh Mamahnya tersebut. 

"Mamah?" Arion membukakan pintu dengan raut kaget yang dibuatnya, seakan ia benar terkejut dengan kehadiran wanita nomor satu di hidupnya itu. Meski kekagetan yang sebenarnya sudah terjadi tadi sebelum dia membuka pintunya. 

"Kenapa lama sekali buka pintunya?!" Wanita itu berdecak sebal dan mendorong dada Arion lantas masuk ke dalam apartement putranya dan meletakkan tas tangan dibawanya ke atas sofa. 

"Maaf Mah, Arion lagi mandi tadi, Mamah mau apa kesini?"

Kedua bola mata Mamahnya iu membuka lebar dan berkacak pinggang menatap putra sulungnya itu.

"Jadi Mamah dilarang mengunjungi putra Mamah begitu?! Astaga Arion!!"

Arion mengusap kepala belakangnya yang tak gatal, sesekali lirikannya ia beri pada lantai atas berharap Jesslyn tak membuat kegaduhan sehingga menbuat Mamahnya ini curiga.

"Bukan begitu maksud Arion Mah, Mamah tau bukan, Arion belakangan ini sedang sibuk jadi-"

"Ya.. Yaa mamah tau kamu memang selalu sibuk, sampai datang ke rumah orangtua sendiri saja harus disuruh! Ehh kamu masak?"

Wanita itu bangkit dan berjalan menuju dapur Arion yang terbuka dari ruang tamunya dan melihat bahan-bahan masakan yang sudah tertata di atas meja dapur.

"Mah, sudah ya Arion masih banyak kerjaan yang harus diurus."

"Kamu usir Mamah? Mamah baru datang loh Ar"

"Bukan begitu Mah, Arion-"

"Yaudah kamu kerja aja, Mamah mau istirahat di atas"

Kedua mata Arion membulat lebar dan menahan tangan sang Mama yang berbalik ingin melangkah ke anak tangga. "Mah tolong, biarkan Arion sendiri dulu"

Kedua mata Mamahnya memicing tajam "sikapmu aneh Ar, kamu menyembunyikan sesuatu ya? Atau kamu menyembunyikan perempuan di sini?!" Arion menegang dan tubuhnya kaku menatap tuduhan benar Mamahnya tersebut.

"Mamah bercanda Ar! Mana mungkin kamu melakukan itu, kamu kan susah untuk move on dari Karen, Mamah datang cuman mau minta sama kamu. Kamu harus datang minggu besok ke rumah, ayolah Ar, biarkan Papahmu bahagia melihat keluarganya berkumpul secara lengkap"

Arion menghela napasnya dan mengangguk singkat. "Iya, Arion akan datang" mendadak hatinya tak tenang setelah mendegar nama sang kekasih hati disebut oleh Mamahnya, dia merasa sangat bersalah pada Karen. Namun dia tak bisa menolak Jesslyn.

"Benar ya?! Awas bohong!!"

"Iya, Mah, Arion akan datang"

Mamahnya tersebut tersenyum dan mengusap bahu Arion. "Jangan menaruh benci lagi pada adikmu, cobalah kalian saling memaafkan dan kembali dekat seperti dulu. Mamah merindukan kalian Ar"

Arion meneguk salivanya kasar, entah dia tak bisa menuruti permintaan mamahnya yang itu. Sangat sulit untuk dilakukannya.

"Yaudah Mamah pulang ya"

"Mamah kesini sama siapa?"

Mamahnya yang mengambil tas tersebut menoleh sejenak pada Arion untuk membalas perkataannya. "Sama supir, awas kamu tidak datang ya Ar! Mamah sangat kecewa padamu jika kamu lakukan itu!"

"Iya Mah, mau Ar anter ke bawahnya?"

"Gak perlu, Mamah bisa sendiri, Mamah pulang ya"

Arion mengangguk dan mencium kedua pipi Mamahnya tersebut sebelum mengantar wanita itu sampai pintu apartemen.

"Mamah hati-hati, kabarkan Arion kalau sudah sampai rumah"

Wanita itu mengangguk dan melambaikan tangannya pada Arion, setelah melihat sang Mamah sudah masuk ke dalam lift, Arion menutup pintunya dan langkah lebarnya ia layangkan keatas menuju wanita itu.

TBC...

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Ahmad Gunawan
edan bener koinnya, gk tanggung2 koinnya
goodnovel comment avatar
Cii LaLa
koin nya mahal kalii
goodnovel comment avatar
Diana Tumeleng Yasuwito
kemahalan koinnya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status