“Cepat bayar utangmu U$ 5 juta atau rumah dan putrimu akan kami ambil untuk dijadikan sebagai penebus utang,” desak anak buah Christian setelah menghajar Ruben hingga babak belur.
Ruben merangkak mendekati Christian, sang billionare muda berhati dingin dan kejam. Lelaki tua yang doyan berjudi itu memeluk erat kaki Christian untuk memohon sedikit pengampunan.
“Tolong jangan ambil putriku, Tuan. Aku akan segera membayar utangku secepatnya,” ujar Ruben.
Christian mengibas kasar kakinya hingga Ruben terjengkang ke lantai, ia kesal setengah mati karena sepatu kulitnya seharga puluhan ribu dollar menjadi kotor terkena tetesan darah Ruben. “Sial!! Kau telah mengotori sepatuku, pergi!! Menjauh dariku!!”
“Tuan Christian, bagaimana kalau anda ambil saja keponakanku sebagai penebus utang? Aku mempunyai keponakan yang sangat cantik melebihi putriku, anda bisa menjadikan keponakanku sebagai wanita penghangat ranjangmu,” tawar Ruben tak mau menyerah.
“Memangnya keponakanmu secantik apa sehingga kau berani menawarkannya kepada tuan Christian? Selera tuan Christian terhadap wanita sangatlah tinggi dan beliau tidak pernah tidur dengan wanita sembarangan,” timpal Erick, ia tahu betul selera sang bos besar sehingga ia berbicara mewakili Christian.
“Keponakanku sangat cantik dan dia masih perawan, dia juga sangat cerdas. Jika dijual pastilah harga keponakanku sangat tinggi, sebentar lagi Rain pulang kuliah dan Tuan pasti akan menyukai keponakanku setelah melihatnya sendiri,” jawab Ruben, semangat.
Tepat waktu!! Rain baru saja sampai di rumah setelah Ruben selesai berbicara, langkah kaki Rain terhenti setelah ia mendengar suara keributan di dalam rumah. Manik hazel sang gadis menatap ke arah deretan mobil mewah Mercedes-Benz V8 Biturbo SUV milik sang billionare yang terkenal kejam dan dingin di Los Angeles, puluhan pasang mata seketika tertuju ke arah Rain begitu kaki mulus gadis cantik berkulit putih itu memasuki rumah.
"Dia pulang!! Rain sudah pulang," pekik Ruben kegirangan begitu melihat sang keponakan.
Sepasang mata bermanik biru menatap tubuh Rain dari ujung rambut hingga ke ujung kaki dengan seksama, walaupun hanya menatap sekilas ia tampak puas dengan sosok cantik Rain yang dinilainya lumayan.
"Erick.” Christian hanya melirik sekilas ke arah Rain, memberikan kode singkat kepada tangan kanannya tanpa banyak berkata-kata dan Erick pun paham dengan maksud dari lirikan sang big bos.
"Baik Tuan Christian," ucap Erick.
“Simon, cepat bawa gadis itu ke mobil,” titah Erick kepada salah satu lelaki bertubuh tinggi nan kekar.
"Lepaskan aku!! Apa yang sedang kau lakukan? Paman ... ada apa ini? Siapa mereka? Dan kenapa mereka ingin membawaku?" Rain mencengkeram lengan gempal sang paman sambil sesekali mengguncangnya kasar untuk meminta jawaban atas pertanyaannya.
"Pamanmu berhutang sebesar 5 juta dollar kepada tuan Chistian dan pamanmu tidak bisa membayar hutangnya sehingga ia menyerahkanmu kepada Tuan Christian sebagai penebus hutang," jawab Erick.
"Apa? Tidak mau!! Aku bukan barang yang bisa paman gunakan sebagai penebus hutang, aku keponakanmu, Paman!! Kenapa paman tega sekali kepadaku," tolak Rain dengan tegas.
"Keponakan apa, huh?! Kamu itu hanyalah beban bagi keluargaku, selama ini kau hanya bisa menyusahkanku saja dan sekarang sudah saatnya kau membalas budiku karena sudah membesarkanmu," hardik Ruben.
"Aku mohon jangan lakukan ini kepadaku, aku akan membayar semua uang yang telah paman keluarkan untuk membesarkanku. Aku akan berhenti kuliah lalu mencari pekerjaan dan semua uang tabungan pendidikan dari mendiang papa akan aku beriksan kepada paman tapi tolong jangan biarkan mereka membawaku," pinta Rain, mengiba.
"Sudah terlambat!! Tuan Christian sudah terlanjur menginginkanmu dan tidak ada yang bisa menolak keinginannya," ujar Erick.
Erick memberi kode kepada salah satu anak buahnya untuk segera membawa Rain, seorang lelaki bertubuh kekar dan berwajah garang berjalan mendekati Rain lalu membopong gadis itu di bahunya. Punggung kuat nan kokoh kini menjadi samsak pukulan sang gadis yang terus memberikan perlawanan kepada sang lelaki,.
"Turunkan aku!! Aku tidak mau ikut!! Jangan bawa aku pergi," teriak Rain.
"Cepat masukkan ke mobil," titah Erick kepada sang lelaki bertubuh kekar.
"Baik."
Rain dibawa masuk ke dalam salah satu mobil Mercedes Benz, dilemparkan begitu saja ke bangku mobil bagai sekarung kentang.
"Paman, tolong bebaskan aku. Aku pasti akan membayar semua hutang-hutang paman Ruben tapi tolong jangan bawa aku," pinta Rain dengan wajah memelas.
"Diam!! Jangan berisik lagi atau tuan Christian akan mencincang tubuhmu lalu membuangnya ke jalanan kota Los Angeles," bentak sang pria berwajah garang yang kini duduk di sampingnya.
Rain hanya bisa menangis tersedu-sedu, ia tidak berdaya melawan segerombolan pria berbadan kekar yang memakai setelan jas warna hitam yang kini duduk di kedua sisi dan mengapit tubuh mungilnya.
Manik hazel yang kini dibasahi air mata itu hanya bisa menatap nanar rumah sederhana yang sudah beberapa tahun ia tempati semenjak kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan mobil, kalau saja ia boleh memilih tentu saja ia akan memilih tinggal di panti asuhan daripada tinggal bersama sang paman.
"Kau, jangan pernah datang lagi ke klub malamku atau aku akan meledakkan kepalamu dengan pistolku!!" Ancam Christian.
"Ba ... baik tuan." Ruben berlutut sambil menempelkan kedua tangannya yang ia letakkan di depan wajahnya yang tampak babak belur setelah dihajar anak buah Christian.
Christian menendang bahu gempal Ruben hingga terjengkang ke lantai, langkah kaki panjangnya berjalan cepat meninggalkan rumah sederhana di pinggiran kota.
Rombongan mobil mewah sang billionare pergi berurutan sesuai barisan akan tetapi rombongan mobil terpisah menjadi 2 setelah melewati lampu merah, 3 mobil berbelok sedangkan satu mobil yang ditumpangi Rain berjalan ke arah yang berbeda.
Satu jam berlalu dan kini mobil yang ditumpangi Rain berhenti tepat di depan mansion mewah nan megah, pintu gerbang berdiri kokoh tinggi menjulang dan ada banyak penjaga bersenjata lengkap yang menjaga di depan pintu. Alih-alih merasa takjub, bulu kuduk Rain malah berdiri dan ia tampak ketakutan melihat para penjaga bertampang menyeramkan.
"Ayo cepat masuk."
"Tolong bebaskan saya, Tuan. Saya janji akan membayar semua hutang paman Ruben tapi tolong jangan lakukan ini kepada saya," pinta Rain, menangis mengiba.
Lengan ramping Rain diseret masuk ke dalam mansion dimana semua pelayan sedang berjajar rapi membentuk dua barisan, Erick masuk dengan gagahnya lalu ia berdiri tepat di tengah
"Kepala pelayan, perintahkan beberapa pelayan wanita untuk membersihkan gadis ini dan beri pakaian yang layak karena nanti malam tuan Christian akan tidur dengannya. Jangan buat kesalahan atau kau tahu apa yang akan dilakukan tuan Cristian jika kau membuat kesalahan," titah Erick.
Seorang pria tua berperawakan sedang maju mendekati Erick lalu membungkukkan badannya pertanda bahwa ia paham dengan perintah Erick.
"Baik, Tuan. Apakah ada lagi yang lain?" Tanya sang kepala pelayan.
"Tidak ada, kalian boleh pergi dan lakukan saja semua yang aku perintahkan," jawab Erick kemudian berjalan pergi.
****
Malam harinya.
Pulang bekerja, Christian langsung menuju ke kamarnya. Meskipun ia bersikap dingin dan terkesan tidak merespon kehadiran Rain yang sedang duduk di sudut ruangan tapi ekor matanya terus melirik sosok gadis cantik yang berpakaian seksi di sudut ruangan, Christian dengan cueknya melepaskan satu per satu pakaian yang dikenakannya tanpa menghiraukan Rain yang sedang ketakutan.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau berakhir menyedihkan di atas ranjang seperti wanita murahan," gumam Rain, panik.
Saat Rain sedang bergelut dengan pikirannya untuk mencari jalan keluar dari masalahnya, pintu kamar mandi terbuka. Manik Hazel Rain terpaku pada sosok Christian yang hanya mengenakan handuk sebagai penutup tubuh bagian bawahnya sedang bagian atasnya tidak memakai apa-apa, dada bidang yang kuat dan dihiasi bulu-bulu halus tampak berkilauan saat masih basah.
Perut Christian dihiasi enam kotak kokoh yang mampu menyihir mata wanita serta lengan kekar dengan otot mencuat di permukaan kulit putih kemerahan.
Rain hanya bisa menelan saliva saat melihat sosok sempurna sang billionaire tampan yang begitu menyihir indera penglihatannya. Jantungnya berdebar kencang tak karuan saat memikirkan tubuh kekar menggoda yang sebentar lagi akan merenggut mahkota kesuciannya.
"Tidak tidak tidak!! Apa yang sedang aku pikirkan?! Aku seharusnya mencari cara untuk bisa terlepas dari cengkeraman Christian bukannya malah membayangkan hal yang menyeramkan," ucap Rain di dalam hati.
Rain menggelengkan kepalanya sambil menutup mata dan begitu membuka mata, ia melihat Christian sudah berada di depan mata. Lelaki itu sedang duduk di sofa dan ia masih ... belum memakai pakaian?!
"Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan, sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panas dan menggairahkan," ujar Christian dingin.
"A ... aku akan membayar hutang paman Ruben dan aku tidak tidak akan kabur darimu tapi tolong lepaskan aku, Tuan. Aku bukan gadis murahan yang bisa kau ditiduri sesuka hati hanya karena pamanku telah menjualku kepadamu," ucap Rain.
"Semua wanita murahan juga tidak pernah mengakui kalau mereka murahan!! Tapi mereka tetap saja mau menjual diri demi mendapatkan uang untuk memenuhi gaya hidup, serahkan saja tubuhmu untuk kunikmati dan aku akan memberimu hadiah mahal jika kau bisa memuaskanku," tukas Christian.
Christian bangkit lalu berjalan mendekati Rain yang sedang duduk meringkuk di sudut seperti tikus sedang terpojok. Ia mencengkeram lengan ramping sang gadis, menariknya kasar lalu melemparnya ke atas ranjang.
"Tuan Christian, tolong hentikan. Jangan lakukan ini kepadaku," pinta Rain mengiba.
Bersambung.
Christian mendekatkan wajahnya ke wajah Rain, bersiap untuk melumat bibir merah alami bagaikan bunga mawar merekah di pagi hari yang begitu menggugah hasratnya.Naluri kelaki-lakiannya semakin bangkit saat ia merasakan kulit tubuhnya tersentuh oleh tubuh sang gadis yang terus meronta-ronta di bawahnya.“Tolong lepaskan aku!! Aku punya tabungan pendidikan, aku akan memberikannya kepadamu dan aku juga akan bekerja keras mencari uang untuk membayar semua hutang paman Ruben," tawar Rain sambil menangis tersedu-sedu.Bibir Christian telah menyentuh bibir ranum Rain, namun, lelaki itu tiba-tiba mengurungkan niatnya untuk melumat bibir sang gadis.Manik biru lelaki gagah itu menatap wajah sang gadis yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Ia tampak diam membeku beberapa detik lalu setelah itu barulah Christian melepaskan cengkeraman tangannya dari pergelangan tangan Rain.Christian turun dari ranjang dan langsung menyambar kimono tidurnya yang ia gunakan untuk menutupi tubuh beroto
"SEDANG APA KAU BERKELIARAN MALAM-MALAM BEGINI!! CEPAT KEMBALI KE KAMARMU ATAU AKU AKAN MEMBERIMU HUKUMAN!!" Teriak Christian, emosi.Rain hanya menundukkan kepalanya dan ia berlari kencang menuju ke kamarnya tanpa berani menatap ataupun menoleh ke arah Christian."Dasar gadis berengsek!!" Umpat Christian, emosi.Wanita cantik teman kencan Christian mengusap dada kokoh sang billionare, kembali menggoda sang lelaki untuk melakukan penyatuan yang sempat terganggu. Meskipun mood Christian sudah buyar akan tetapi ia tetap melanjutkan bercinta dengan wanita seksi di hadapannya karena sudah kepalang tanggung jika tidak diteruskan.Christian membopong tubuh wanitanya kembali ke kamar agar tidak ada lagi yang bisa mengganggu kencan panasnya, meskipun tubuhnya sedang sibuk bersama dengan wanita lain di atas ranjang panasnya akan tetapi pikirannya terus melayang memikirkan Rain yang memergokinya sedang bercinta. Christian terus terbayang-bayang ekspresi wajah Rain yang tampak ketakutan bercampu
Christian tidak memiliki pilihan lain, ia terpaksa membuka semua baju Rain dan tidak menyisakan satu helai benang pun yang menempel di tubuh sang gadis. Christian juga membuka pakaiannya lalu memakaikan kemejanya di tubuh Rain, dengan susah payah ia membuat api unggun dengan membakar potongan-potongan kayu yang berserakan di dalam gudang untuk menghangatkan tubuh dari serangan hawa dingin yang menusuk ke tulangnya.Christian mendekap erat tubuh Rain yang masih menggigil kedinginan, mantel bulu tebal dan besar miliknya ia gunakan untuk selimut. Christian mengeringkan pakaian Rain dengan mendekatkannya di api unggun, lelaki bertubuh jangkung itu semakin mengeratkan pelukannya ke tubuh Rain untuk saling menghangatkan tubuh."Shit!!" Umpat Christian ketika ia menatap bibir ranum Rain.Jantung Christian berdebar kencang ketika kulit tubuhnya bersentuhan dengan tubuh sang gadis, ia mati-matian menahan buncahan hasratnya yang membuat kepala serta seluruh tubuhnya berdenyut. Christian memang
"Ka ... kamu? Kenapa kamu ada di sini, hah?! Dasar pria miskin tidak tahu diri," hardik Laura.PLak!! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus Laura setelah berbicara tidak sopan, gadis berambut pirang itu emosi dan menatap tajam papanya sembari memegangi pipinya."Tutup mulutmu atau papa akan menendangmu keluar dari rumah!! Berani sekali kalian berdua berbicara tidak sopan kepada Pak Christian Abraham," bentak Fellix."Memangnya dia siapa? Kenapa papa dan om Fellix takut kepadanya?!" Timpal Mikha."Tuan Christian Abraham adalah pemilik Abraham Corporation, perusahaan raksasa yang bergerak di banyak industri. Perhotelan, klab malam, retail, dan masih banyak lagi. Cepat minta maaf kepada tuan Christian atau kau selamanya menjadi gelandangan yang tidur di jalanan," jelas Anthony dengan mata melotot ke arah putrinya."Bagaimana? Sekarang kalian berdua sudah tahu apa pekerjaanku, bukan?" Christian tersenyum sinis melihat wajah pucat kedua gadis yang terduduk lemas di kursi."Erick, ce
Christian kini dalam masalah besar, saham perusahaannya terus merosot karena kabar palsu yang tersebar di seluruh penjuru Amerika yang mengatakan kalau dirinya sudah berkali-kali meminta wanita teman kencannya untuk aborsi saat mengandung. Sontak saja, tuduhan yang diarahkan kepada Christian mendapatkan kecamandari komnas perempuan dan anak-anak.Saham perusahaan Christian kian merosot karena ia dinilai tidak mau bertanggung jawab, kredibilitasnya sebagai pengusaha kini dipertanyakan, sang Billionare tampan berhati dingin itu pun dicap sebagai pria berdarah dingin yang tega membunuh nyawa tak berdosa."Ini pasti ulah kedua bajingan itu," tebak Christian yang mengarah kepada Fellix dan Anthony."Apakah kita perlu melakukan konferensi pers untuk klarifikasi?" Tanya Erick."Konferensi pers bukanlah gayaku," tolak Christian."Tuan Christian, kita tidak bisa terus membiarkan masalah ini berlarut-larut atau perusahaan yang Tuan sudah susah payah bangun akan hancur begitu saja," ucap Erick.
Christian menunjukkan sebuah ruangan rahasia yang penuh dengan benda-benda yang digunakan untuk stimulasi dalam hubungan intim, Rain tercengang sampai ia tidak tahu harus berkata apa karena hal semacam ini sangat awam baginya. Christian terus menatap Rain, ia memperhatikan setiap reaksi yang ditunjukkan oleh gadis itu."Apa ini? Aku tidak mengerti?" Tanya Rain."Ini adalah alat-alat yang aku gunakan untuk memuaskan hasratku," jawab Christian."Tanpa bercinta? Tanpa sex? Ba ... bagaimana mungkin? Lalu kau ingin aku melakukan apa?" Tanya Rain lagi."Kau hanya perlu menuruti setiap perintahku untuk memuaskan hasratku, tanpa harus bercinta." Christian menatap dalam-dalam manik Rain yang masih terpancar kebingungan di sana."Lalu ...? Seandainya aku bersedia melakukannya maka kau akan memberiku uang? Seperti itu?" Rain terlihat semakin ragu-ragu."Ya, imbalan uang yang cukup besar dan kau bisa menggunakan uang itu untuk membayar utang. Cukup mudah, bukan?" Jawab Christian."La ... lalu? Ap
"Ahhh." Desah Rain seraya menggerakkan tubuhnya seperti cacing kepanasan.Tubuh Rain menggila seperti terkena sengatan listrik saat jari-jari tangan Christian menjamahi tubuhnya, gadis cantik berkulit putih mulus itu baru pertama kali merasakan sentuhan tangan seorang lelaki di tubuhnya. Malu bercampur takut hingga kulit wajahnya yang putih kini tempak merah bagai kepiting rebus, itulah perasaan yang dirasakan oleh Rain tapi ia berusaha sekuat tenaga untuk menanggung semua itu demi uang yang dijanjikan oleh Christian untuk membayar utang pamannya dan agar ia bisa kembali kuliah.Christian melumat bibir Rain lalu ciumannya turun ke leher, bibirnya kini naik ke daun telinga Rain lalu menghisapnya. Ciuman sang billionare kembali turun ke leher lalu ke dada sang gadis, Christian menciumi dada Rain hingga meninggalkan bekas kemerahan."Bagaimana? Apakah kau mulai terangsang dengan sentuhanku?" Tanya Christian sembari menciumi pipi harum Rain."Tidak," jawab Rain, bohong."Jangan membohongi
Nasib Jessica sungguh sangat sial, setelah ia bisa terbebas dari kandang harimau sekarang ini ia malah terlempar ke kandang buaya yang sudah siapa mencabik-cabik tubuhnya menjadi potongan-potongan kecil. Kekejaman Alex sudah sangat terkenal di kalangan dunia gelap Amerika dan ia tak pandang bulu terhadap semua korbannya termasuk wanita sekalipun.Jessica diseret ke dalam ruang penyiksaan oleh beberapa orang bertubuh kekar dan berwajah seram, kedua tangan dan kaki perempuan cantik itu diikat pada keempat sisi yang membentangkan tubuh seksi sang wanita. Alex masuk ke dalam ruang penyiksaan diikuti beberapa anak buahnya yang juga bertubuh kekar, lelaki itu menunjukkan ekspresi wajah yang memendam amarah setelah mendapatkan tuduhan balik Jessica."Katakan kepadaku hukuman apa yang pantas untuk seorang wanita bermulut besar sepertimu," ujar Alex."Jangan salahkan aku, aku melakukan ini semua atas perintah Christian. Aku tidak bersalah, Alex. Aku hanya korban dari keegoiisan Fellix, Anthony