Share

Bab 3. Terjebak Badai Salju.

"SEDANG APA KAU BERKELIARAN MALAM-MALAM BEGINI!! CEPAT KEMBALI KE KAMARMU ATAU AKU AKAN MEMBERIMU HUKUMAN!!" Teriak Christian, emosi.

Rain hanya menundukkan kepalanya dan ia berlari kencang menuju ke kamarnya tanpa berani menatap ataupun menoleh ke arah Christian.

"Dasar gadis berengsek!!" Umpat Christian, emosi.

Wanita cantik teman kencan Christian mengusap dada kokoh sang billionare, kembali menggoda sang lelaki untuk melakukan penyatuan yang sempat terganggu. Meskipun mood Christian sudah buyar akan tetapi ia tetap melanjutkan bercinta dengan wanita seksi di hadapannya karena sudah kepalang tanggung jika tidak diteruskan.

Christian membopong tubuh wanitanya kembali ke kamar agar tidak ada lagi yang bisa mengganggu kencan panasnya, meskipun tubuhnya sedang sibuk bersama dengan wanita lain di atas ranjang panasnya akan tetapi pikirannya terus melayang memikirkan Rain yang memergokinya sedang bercinta. Christian terus terbayang-bayang ekspresi wajah Rain yang tampak ketakutan bercampur bingung dan rasanya ia ingin sekali mencekik leher Rain.

Pagi-pagi sekali Rain sudah berdiri di depan kamar Christian, kepalanya tertunduk lesu sambil menatap sedih ke buku tabungan yang sedang ia pegang. Ia tidak tahu kapan sang billionare itu bangun sehingga ia memutuskan untuk menunggu di depan kamar Christian, mata Rain terlihat bengkak setelah menangis berjam-jam dan wajahnya tampak sedikit pucat teringat kejadian beberapa jam lalu yang membuatnya ketakutan.

Rain memainkan kakinya di lantai keramik yang terlihat sangat bersih mengkilat tanpa ada satu pun butiran debu, gadis berambut panjang itu terlalu fokus menatap buku tabungannya sampai ia tidak menyadari kalau ternyata Christian sudah berdiri di hadapannya

"Sedang apa kau di depan kamarku?! Apa kau sudah berubah pikiran dan ingin menyerahkan dirimu kepadaku setelah melihatku bercinta dengan wanita seksi kemarin?" Christian menatap Rain dengan tatapan dingin.

Rain mendongakkan kepalanya, adanya perbedaan tinggi tubuhnya dengan Christian membuatnya harus mengangkat kepalanya agar ia bisa menatap wajah tampan Christian.

"Ti ... tidak. Aku hanya ingin menyerahkan buku tabungan pendidikanku untukmu dan aku ingin meminta izin kepadamu, hari ini adalah hari terakhirku kuliah karena aku akan mengajukan surat permohonan pengunduran diri sebagai mahasiswi dan mulai mencari pekerjaan," jawab Rain dengan kepala tertunduk.

Rain menyerahkan buku tabungannya kepada Christian tapi lelaki itu hanya terdiam menatap buku tabungan Rain sambil berkacak pinggang lalu ia dengan cepat menyambar buku tabungan dari tangan Rain.

"Mana ponselmu," pinta Christian.

"Po ... ponsel?"

"Iya, ponsel!! Cepat serahkan ponselmu kepadaku," ucap Christian, mengulangi ucapannya.

Rain menyerahkan ponselnya kepada Christian, entah apa yang sedang dilakukan oleh pria itu sekarang yang Rain lihat ponselnya diutak-atik lalu dikembalikan lagi kepadanya.

"Aku bisa dengan mudah melacakmu jadi jangan coba-coba untuk kabur atau kau akan mati di tanganku, apa kau mengerti?!" Ujar Christian.

"Aku mengerti," ucap Rain.

"Tentang kejadian tadi ... aku peringatkan kepadamu untuk tidak berkeliaran malam-malam saat aku membawa wanita ke rumah, kalau kau ulangi sekali lagi, jangan salahkan aku jika tubuhmu yang akan kujadikan pelampiasan hasratku. Apa kau mengerti?!" Christian mengucapkan setiap kalimat dengan penuh penegasan.

"Ma ... maafkan aku, aku mengerti dan aku tdak akan mengulanginya lagi," ucap Rain terbata.

Christian mendengkus kesal lalu  pergi meninggalkan Rain, lelaki selalu memakai setelan jas itu berjalan dengan sangat gagah menuju ke mobil mewahnya diikuti oleh dua bodyguard di belakangnya.

"Sam, hari ini kau jangan ikut ke kantor. Kau harus mengikuti gadis ingusan itu kemanapun dia pergi, tangkap saja gadis itu kalau dia mencoba kabur lalu lemparkan ke atas ranjangku," titah Christian kepada sang bodyguard tanpa menolehkan kepalanya.

"Baik Tuan."

Christian masuk ke dalam mobil lalu pergi meninggalkan mansion mewahnya sedangkan sang bodyguard mengikuti Rain secara diam-diam.

****

Kelas terakhir Rain dilalui dengan tenang, manik hazelnya berkaca-kaca merasa berat untuk berpisah dengan universitas impiannya. Tidak mudah untuk bisa menjadi seorang mahasiswi California International University terutama untuk mendapatkan beasiswa penuh,akan tetapi semua usahanya sia-sia saja karena ulah sang paman.

Rain adalah mahasiswi cerdas bahkan ia menjadi mahasiswi teladan hanya saja gadis cantik itu sangat pendiam dan penampilannya juga sangatlah sederhana sehingga ia selalu menjadi bahan olok-olok Ashley dan teman-temannya yang berasal dari keluarga kaya. Ashley selalu menghina bahkan ia tak ragu untuk memukuli Rain supaya gadis malang itu keluar dari kampus, Ashley hanya menganggap Rain sebagai gadis miskin yang tak pantas untuk kuliah di kampus elit.

Rain mengemasi barang-barangnya yang ada di loker dan menyimpannya di kotak, setelah itu ia pergi. Langkah Rain terhenti ketika Ashley and the gank menghadangnya, kedua lengan Rain langsung diapit oleh dua gadis lalu ia dibawa ke belakang gedung.

"Ashley, hari ini adalah hari terakhirku kuliah. Aku mohon kepadamu untuk tidak menggangguku karena aku harus segera pulang," ucap Rain dengan wajah memelas.

"Hari terakhir kuliah? Wow!! Ini sungguh kabar yang luar biasa, kalau benar ini adalah hari terakhirmu kuliah maka aku harus memberimu sebuah hadiah perpisahan," timpal Ashley.

"Aku mohon kepadamu untuk tidak menggangguku. Aku harus segera pulang atau aku akan celaka," pinta Rain, mengiba.

Ashley and the gank tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajah Rain yang baginya tampak lucu, gadis berambut pirang dan bermata biru itu sedang mencari ide untuk mengerjai Rain. kali ini. Matanya berbinar saat ia mendapatkan ide cemerlang.

"Buka baju Rain lalu kurung dia di gudang tua itu," titah Ashley kepada anak buahnya.

"Ashley, aku mohon jangan lakukan ini. Kenapa kamu sangat jahat kepadaku? Tolong Ashley," pinta Rain.

Jaket serta baju Rain dilepas paksa oleh anak buah Ashley, hawa dingin seketika menusuk kulit sampai ke tulang dan tubuh gadis berambut cokelat panjang itu. Tubuh Rain yang hanya terbalut singlet dan celana pendek tampak menggigil kedinginan apalagi menurut ramalan cuaca hari ini akan terjadi badai salju maka lengkaplah sudah penderitaan Rain jika Ashley benar-benar mengurungnya di gudang. dengan pakaian yang minim.

"Ashley, dingin. Tolong kembalikan jaket dan pakaianku," pinta Rain sembari memeluk kaki Ashley.

Ashley menghentakkan kakinya dengan keras sampai tubuh Rain terjengkang. "Cepat seret gadis lemah itu ke dalam gudang lalu kunci pintunya dan nanti malam atau mungkin besok pagi kita akan membebaskannya," titahnya kepada anak buahnya.

"Hei, Ash. Bagaimana kalau Rain mati kedinginan? Hari ini hujan salju akan turun dengan lebat, aku tidak mau terkena masalah kalau Rain sampai celaka," protes Laura.

"Dasar cerewet!! Nanti malam kau yang harus datang ke sini untuk membebaskan Rain , itu hukuman untukmu karena terlalu banyak berbicara," semprot Ashley.

"Cepat kurung Rian lalu kita pergi dari sini," sambung Ashley.

Rain pun diseret masuk ke dalam gudang tua lalu pintunya dipalang dari depan sehingga Rain tidak bisa keluar.

"Ashley!! Buka pintunya, tolong jangan lakukan ini." Tangis Rain sembari menggedor pintu gudang.

Ashley and the gank pergi meninggalkan Rain yang terkunci di gudang tua, tidak ada satu orang pun yang bisa mendengar jerit tangisnya karena gudang tua itu berada di belakang gedung.

Di sisi lain...

Abraham's Building.

Erick berjalan memasuki ruangan Christian dengan penuh wibawa, ia membawa sebuah map yang berisi dokumen lalu ia serahkan kepada sang bos besar.

"Tuan Christian ini data Rain seperti yang anda minta, gadis itu sangat cerdas dan ia selalu mendapatkan nilai sempurna maka dari itulah ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh," jelas Erick.

"Si gadis penebus hutang itu bahkan lebih cerdas dariku tapi sayang sekali nasibnya sangat jelek karena mempunyai paman berengsek seperti Ruben," ujar Christian yang diam-diam mengagumi kecerdasan Rain.

"Ya, begitulah,"

Ponsel Erick bergetar karena mendapatkan panggilan telepon, ia menjawab panggilan telepon dan ekspresi wajahnya seketika berubah.

"Tuan Christian, gadis itu menghilang. Sam kehilangan jejak gadis itu saat ia pergi ke toilet," lapor Erick.

"SHIT!! Cepat cari gadis itu sampai ketemu atau aku akan membunuh kalian semua," titah Christian kepada Erick.

"Baik Tuan," Erick pergi meninggalkan kantor Christian.

Christian memutar kursinya ke arah jendela, ia menatap butiran-butiran salju yang mulai terjatuh dari langit. "Dasar gadis ingusan!! Berani sekali kau menipuku?! Aku tidak akan pernah mengampunimu setelah aku berhasil menangkapmu," omelnya.

Christian menatap langit yang berubah gelap, hujan salju turun semakin lebat dan ia harus segera pulang sebelum benar-benar terjebak di kantor karena tumpukan salju yang menumpuk di jalanan. Sang billionare tampan berusia 30 tahun itu mengambil ponselnya dan seketika itu juga ia teringat kalau ponselnya dengan ponsel Rain sudah terhubung sehingga ia bisa dengan mudah melacak posisi si gadis penebus hutang, itu adalah panggilan Christian untuk Rain.

"Hmm, let's see. Kemana si gadis penebus hutang itu perg?" Christian mulai melacak ponsel Rain.

"What the fuck!! Kenapa posisi gadis itu masih ada di area sana? Apa yang terjadi? Apa gadis ingusan itu sedang bermain-main denganku?! Dasar berengsek!! I will fuck you hard, kalau kau berani mempermainkanku!!" Geram Christian.

Christian menyambar jas serta mantel tebalnya lalu ia pergi menuju ke parkiran mobil, lelaki bertubuh kekar itu mengendarai mobilnya menuju ke tempat kuliah Rain. Ekspresi wajah Christian terlihat emosi seperti harimau yang sedang menahan lapar, ia sudah tidak sabar untuk menangkap Rain lalu memakannya hidup-hidup.

Kondisi jalanan yang ditutupi salju agak sedikit menyulitkan laju kendaraan Christian lantaran hujan salju perlahan berubah menjadi badai tepat saat Christian sudah sampai di gedung tempat Rain kuliah. Lelaki tampan  berhidung mancung itu berjalan memasuki gedung lalu menyusuri jalan setapak yang mengarah ke belakang gedung sesuai petunjuk GPS di ponselnya.

"Rain!! Rainata!!" Seru Christian, suaranya kalah besar dengan suara deru badai salju.

Christian merapatkan mantel bulu tebalnya untuk menghalau hawa dingin yang semakin menusuk tulang, manik birunya membulat sempurna saat ia melihat potongan baju Rain tergeletak di tanah yang sudah hampir tertutupi salju. Ia Juga menemukan ponsel serta kotak yang berisi barang-barang milik Rain akan tetapi ia tidak melihat Rain.

"Ini baju yang dikenakan Rain tadi pagi," gumam Christian sembari menatap ke sekeliling.

"Hei, Rain!! Jangan main-main atau aku akan membunuhmu," teriak Christian.

Christian melihat sebuah gudang yang dikunci dari luar, ia kemudian mendekati gudang hanya untuk memastikan saja. Dan benar saja, ia menemukan Rain tengah tergeletak di lantai dalam kondisi menggigil kedinginan, bibir merah Rain kini berubah membiru jika tidak segera ditolong maka nyawa Rain tidak akan selamat.

"Astaga, Rain!! Hei, bangun!! Kau tidak boleh tidur atau kau akan mati," pekik Christian.

"Rain, bangun. Shit!! Bad

Christian mengangkat tubuh Rain dan hendak membawanya pergi akan tetapi badai salju semakin memburuk sehingga ia tidak bisa pergi kemanapun, terjebak berdua di dalam gudang bersama gadis yang hampir terserang hipotermia benar-benar membuatnya frustrasi.

Christian tidak memiliki pilihan selain berteduh di gudang tua, ia memindahkan Rain ke tumpukan kardus kemudian membuka mantel bulunya yang ia gunakan untuk menutupi tubuh sang gadis.

"Rain, bajumu basah. Aku akan membuka semua bajumu lalu menghangatkan tubuhmu," ucap Christian.

"Ti ... dak. Jangan ... buka ... baju ... ku," ucap Rain terbata, matanya masih tertutup dan kedua tangannya menutupi area dadanya.

"Shit, Rain!! Aku tidak menidurimu meskipun kau telanjang di hadapanku, bajumu basah dan kau akan mati karena hipotermia."

Christian menatap Rain terus menggigil kedinginan, dan ia harus mengambil keputusan atau gadis penebus hutang itu akan mati terkena hipotermia.

Bersambung.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status