Share

4. Pasrah

Sementara itu, suasana di ruang gedung Perusahaan sudah sangat rame dan banyak pegawai yang lalu lalang untuk melakukan aktivitasnya.

Begitu juga salah satu rekan kerja Intan sedang mengeringkan lantai yang basah karena air yang tumpahan dari ember yang tertendang oleh kaki Rain.

Banyak yang pura-pura sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing, namun mereka secara diam-diam memperhatikan yang sedang terjadi.

"Hm, seperti itu caramu meminta maaf, mudah sekali bagimu dengan cara begitu saja kamu minta maaf kepadaku, apa kamu kira aku sama seperti temanmu pemungut sampah jalanan," hina Chris kepada Intan.

"Lalu bagaimana caranya saya meminta maaf" tanya Intan kembali kepada Chris.

"Dilempar pun kamu dari lantai lima ke lantai bawah ini, tidaklah cukup, yang artinya nyawamu pun tidak ada artinya buatku untuk menebus kesalahanmu ini, kamu camkan itu!" bentak Chris kepada Intan.

Sontak semua orang-orang terkejut dan melihat ke arah Intan dan Chris.

"Mulai aku di lahirkan Ibuku sampai detik ini, belum pernah ada yang berani meremehkan aku, baru kamu ini satu-satunya orang, yang berani meremehkan aku" hentak Chris kembali kepada Intan.

"Lalu, bagaimana caranya aku meminta maaf kepadamu?" Tanya Intan.

"Bagus kalau kamu mau tanyakan itu, sekarang kamu berlutut di kakiku lalu cium sepatu mahalku ini, kamu tidak akan pernah sanggup untuk membeli barang mahal ini, paling tidak aku masih memberimu kesempatan menyentuhnya, cepat!" Chris kembali berteriak kepada Intan.

Intan masih terlihat terdiam, dan berdiri tepat di depan Chris.

"Cepat!." teriak Chris kembali.

Intan kembali terkejut, begitu juga dengan orang-orang yang berada di ruangan itu.

Berlahan-lahan Intan mulai berlutut di depan Chris.

Intanpun memandangi sepatu Chris itu, dan berlahan-lahan menundukkan wajahnya ke arah sepatu Chris.

Betapa hancurnya hati Intan harus mendapatkan perlakukaan ini.

Intan ingin memberontak seandainya dia bisa menolak hal ini.

Namun karena kesulitan ekonomi dalam keluarganya membuat Intan saat ini benar-benar membutuhkan pekerjaan.

Intan kembali mengingat sepuluh hari yang lalu, saat Ibu Selvi hampir mengusir paksa mereka dari rumah kontrakan mereka.

Bruak ....

Saat itu suara meja yang terpental karena tendangan pemilik rumah kontrakan yang mereka tempati membuat Intan dan Ibunya sampai memejamkan mata karena ketakutan.

"Pergi kalian dari rumah ini!" hentak Ibu Selvi mengusir keluarga Intan dari rumah yang dikontrakkannya itu.

"Tolong Bu, beri kami waktu berapa hari lagi," ujar Ibu Rahma Ibunya Intan itu.

"Tidak! Aku tidak akan memberi kalian waktu lagi, kalian itu semakin diberi kesempatan berkali-kali, kalian semakin melonjak!" hentak Ibu Selvi membalas ucapan Bu Rahma Ibunya Intan saat itu.

"Ku mohon Bu, kasihani kami, kami janji kami akan segera membayar uang sewa rumah ini." Intan dengan wajah yang memelas memohon kepada Bu Selvi.

Namun Bu Selvi sepertinya tidak peduli, Bu Selvi tetap dengan keputusannya, akan mengusir keluarga Intan.

Intan bersimpuh duduk didepan kaki Bu Selvi dan memohon kepada Bu Selvi agar mengasihi keluarganya, agar mereka tidak diusir dari rumah itu.

"Bu Selvi, tolong kasihani kami, kemana kami akan pergi jika Ibu Selvi mengusir kami, apalagi ini sudah menjelang malam Bu, tolong kasihani kami," rintih Intan dengan suara yang meraung.

Namun tetap saja Bu Selvi tidak menaruh iba, Bu Selvi malah mendorong tubuh Intan, sehingga membuat Intan hampir rebah dilantai.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status