Share

G.A.L.E
G.A.L.E
Penulis: Nadca

Akulah Pemain Ulung!

“Sial! Kenapa jalanan bisa semacet ini?” Seorang lelaki berambut ikal mengomel sendirian di balik kemudi. Mobil hitam yang dikendarainya melaju dengan cepat menuju kemacetan.

Beberapa meter di depan sana, mobil dan motor sudah berjajar antre. Tampaknya juga sudah mengular entah dari jarak berapa. Yang pasti, sampai belokan di depan sana pun masih macet. Benar-benar tidak bergerak. Entah apa penyebab semua kemacetan ini.

“Oh, God! Please! Aku tidak punya banyak waktu!” serunya dengan frustrasi.

Hanya dalam beberapa detik, mobil yang dikendarainya juga akan terjebak macet. Matanya melirik ke kaca spion, di belakangnya juga banyak kendaraan. Kalau sampai ia berhenti, sudah bisa dipastikan mobil ini tidak akan bisa berkutik lagi. Itu artinya, ia sedang menggadaikan nyawa seseorang pada malaikat maut.

Seorang pengendara lain dalam mobil tampak suntuk. Sepertinya sudah berjam-jam ia terjebak di sini. “Apa aku harus menunggu sampai tahun depan?” ujarnya kesal pada keadaan. Matanya menatap nanar menembus jendela mobil. Mengamati hari yang teriknya luar biasa. Tetap terasa gerah meski pendingin mobil sudah maksimal.

Akan tetapi, suasana siang itu kemudian rusak begitu saja. Tiba-tiba terdengar suara dentuman keras. Seperti ada benda keras yang menabrak benda keras lainnya. Hal itu tentu saja membuat mereka penasaran dan langsung mencari tahu sumber suara. Sekaligus dalang yang sudah membuat jantung hampir melompat dari tempatnya.

Dari arah belakang, mereka bisa melihat sebuah mobil yang menerjang separator jalan dan melaju melawan arah. Beberapa kali mobil tersebut hampir menabrak kendaraan lain yang melaju ke arah sebaliknya.

“Oh, aku tidak punya pilihan, Guys,” ujar lelaki berambut ikal. Ia tahu orang-orang itu tidak akan mendengarnya. Namun, ia masih mengatakannya.

Lelaki berambut ikal itu tidak punya pilihan lain. Kalau sampai ia terjebak macet, akibat yang ditimbulkan akan sangat fatal. Akhirnya, dalam waktu sepersekian detik, ia memutuskan untuk menerjang separator. Pilihan ini bukannya tanpa risiko. Ia tahu risiko terburuknya adalah nyawanya sendiri atau mungkin malah nyawa orang lain yang tidak bersalah.

Satu lagi, tindakan ini benar-benar melanggar hukum. Bisa saja ia dikejar oleh petugas keamanan yang nantinya akan semakin menyusahkannya. Namun, ia sudah bertekad untuk menghadapi apa pun yang ada. Bahkan menabrak mobil polisi yang berusaha mengejarnya kalau memang diperlukan.

Wait for me, Boy!” serunya sendirian dan semakin dalam menginjak pedal gas.

***

Berkilo-kilo meter dari sana.

“Kenapa?” tanya seorang wanita. Ia berjongkok di depan pria yang, kalau menilik dari lukanya, sedang sekarat. “Duniamu terhempas ke tanah?” lanjutnya sambil menyeringai.

Meski pria di depannya sudah berlumuran darah dan tampak tidak berdaya, wanita itu sama sekali tidak merasa iba. Bahkan terlihat sangat bahagia. Seolah baru saja memenangkan undian berhadiah yang sudah ditunggu-tunggu selama puluhan tahun.

“Sekarang kau percaya kalau lautan memang penuh misteri? Kita tidak pernah tahu apa yang ada di dalam sana. Mungkin kehidupan bawah laut yang indah, mungkin juga monster yang menyeramkan. Tidak ada yang tahu. Tidak juga kau, badai yang katanya hebat.”

Wanita itu terus mengoceh. Tidak peduli pria di depannya mendengarkan atau tidak. Ia hanya ingin menikmati detik demi detik. Lebih tepatnya menikmati rasa sakit yang sudah ditimbulkan olehnya. Karena ia tahu, luka fisik yang diderita pria ini tidak sebanding dengan luka hati. Ia merasa bangga karena sudah berhasil menciptakan luka sehebat ini.

Bahkan pria ini akan mengingat rasa sakitnya sampai ke neraka. Kabar baiknya, ia merasa gerbang neraka sudah terbuka lebar dan siap menerima tubuh tak berdaya yang tergeletak di atas aspal itu.

“Akulah pemain ulung. Akulah pemenang yang sesungguhnya,” bisiknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status