Share

Cerita Rekaan Ben

“Apa maksudmu?” Ladarian langsung menoleh pada Ben. Sekarang tatapan tajam itu beralih.

Jelas saja Ben agak gemetar ditatap seperti itu. Ia memang sudah memberanikan diri untuk buka suara. Namun, ia lupa mempersiapkan diri kalau harus ditatap dengan sorot mata tajam.

Sejauh ini, Ladarian memang orang yang paling disegani oleh Ben. Bahkan posisi ayahnya saja kalah dengan lelaki yang sedang berdiri di depannya saat ini.

“T-tadi kami sedang jalan-jalan mencari udara segar.” Ben takut-takut memulai kalimat.

Ladarian sama sekali tidak memotong. Ia menunggu dengan sabar meski tahu kalau Ben membutuhkan lebih banyak waktu untuk menjelaskan hal ini. Sementara Gale tampak was-was. Ekspresinya menyiratkan kekhawatiran. Bagaimana kalau Ben menceritakan yang sebenarnya terjadi?

“Kami iseng masuk ke salah satu taman yang cukup ramai,” lanjut Ben. Sesekali ia melirik pada Gale. Entah menyuruh pemuda itu tetap diam di tempat, a

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status