Share

Itu Salahku, Om!

Ben langsung tergagap begitu menyadari kalau ia baru saja melamun. Di depannya, Gale dan Ladarian sudah melepaskan pelukan. Sekarang kedua lelaki itu sedang menatapnya dengan wajah bingung.

“Hehehe ....” Ben menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal. Bingung harus mengatakan apa. Ia pikir tidak akan mungkin berkata kalau sedang terharu dengan pemandangan di depannya. Meski hal tersebut memang benar, tetap akan terasa menggelikan mendengarnya.

Dididik dengan kekerasan dan hidup dalam lingkungan yang berbahaya membuat Ben tumbuh jadi pemuda keras. Dalam hidupnya, ia tidak pernah menangis. Bahkan ketika jatuh dari sepeda dan membuat kepalanya bocor. Ketika itu darah sudah mengalir deras ke wajahnya. Namun, ia masih bisa tersenyum sembari berkata kalau ia baik-baik saja.

Lantas sekarang ia akan berkata kalau kejadian barusan membuatnya terharu dan ingin menangis? Ah, itu tentu akan mencoreng citra yang sudah ada selama ini. Ia tidak ingin dicap sebaga

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status