Share

Bab 6. Rencana Katherine

“Peter?” Kening Victoria berkerut diikuti bola mata yang mengarah ke atas. Victoria tengah berusaha mengingat nama yang diucapkan Katherine beberapa detik lalu. Keningnya berkerut selaras telunjuknya menepuk-nepuk dagu.

Netra Katherine membola seiring napasnya yang terbuang kasar. Kedua tangan terlipat di dada, menunjukkan jika Katherine merajuk karena Victoria bisa-bisanya melupakan sosok Peter. Peter yang sangat berharga di hati Katherine.

"Jangan bilang, kau lupa siapa itu Peter?! Huh! Padahal, sebentar lagi dia akan menjadi bos-mu!" Katherine memainkan rambut ikalnya dengan lirikan tajam pada Victoria.

“ Sebentar ... sebentar ... Aku berusaha mengingat yang mana si Peter itu. Kau tahu kan, banyak sekali mantan yang kau kenalkan padaku," ledek Victoria membuat Katherine semakin cemberut.

"Ah, si bola mata biru!” seru Victoria dengan telunjuk terangkat, dan ujung bibir naik ke atas. Dia sudah ingat siapa yang dimaksud Katherine.

“Tunggu! Maksudmu, kau akan meminta bantuan Peter? Mantan pacarmu yang hampir dibunuh ayahmu?! Peter yang membuatmu membangkang Tuan Bernard dan kabur ke Amerika?!” Victoria membelalakkan mata kala melihat Katherine mengangguk mantap. Bahkan, senyum miring dia tunjukkan pada Victoria.

Peter Damian, pria yang dulu paling dicintai Katherine. Tak ada pria lain yang mampu membuat Katherine tergila-gila seperti Peter. Si pria sederhana dengan mata biru dan senyum menawan, yang selalu membuat Katherine sulit tidur malam.

Kedua tangan Victoria terangkat dan dengan cepat bersilangan di depan wajah Katherine, menunjukkan ketidak-setujuan Victoria.

“Tidak, Kath! Jangan lakukan hal bodoh itu! Aku tidak mau karena diriku, kau harus berurusan lagi dengan ayahmu, gara-gara Peter! Tidak, tidak!” Victoria dengan tegas menolak usulan Katherine. Ngeri jika harus berurusan dengan ayah Katherine.

“No, no, no ! Jangan khawatirkan soal itu!” Katherine mencebik sembari menjentikkan jari di depan hidung Victoria. “Tidak akan terjadi apapun! Daddy bukan sosok konservatif lagi seperti dulu! Dia sudah berubah, ketika aku melarikan diri ke Amerika! Ingat, kan yang pernah aku ceritakan dulu?!”

Jelas sekali Victoria mengingat kejadian Katherine kabur dari perjodohan yang dilakukan ayahnya, karena mencintai pria lain. Atau, Victoria menyebutnya Romeo dan Juliet versi Katherine Watson dan Peter Damian.

Ayah Katherine – Bernard Watson, seorang pengusaha furnitur ternama di London, yang cukup terkenal seantero negeri ini, dan mungkin hanya Annabele saja yang tidak tahu siapa Katherine – tidak rela putri semata wayangnya menikah dengan pria dari desa yang bahkan tidak bisa meminum alkohol, atau membunuh seekor semut. Masih memegang prinsip untuk menjadikan anak sebagai alat di dalam usahanya, Tuan Bernard ingin agar Katherine menikah dengan putra dari rekan bisnisnya.

Tentu saja, Katherine - si wanita keras kepala - menolak keras perintah sang ayah. Katherine dengan tegas mengutarakan jika dia teramat sangat mencintai Peter – si pria kampung – dan hanya akan menikah dengan Peter, dengan atau tanpa persetujuan sang ayah.

Tuan Bernard yang berang, mencari semua informasi tentang Peter, dan menyuruh anak buahnya untuk memberi peringatan pada Peter. Tuan Bernard memerintahkan para anak buahnya untuk melakukan semuanya dengan bersih, tanpa diketahui Katherine. Namun, rupanya Katherine yang juga memiliki mata-mata tersendiri, mengetahui tindak tanduk sang ayah.

Dalam kepedihan karena sang kekasih dibuat babak belur oleh sang ayah, Katherine pun mengambil jalur lain. Dia melarikan diri ke Amerika, jauh dari rumah. Bermodal uang tabungannya, Katherine kabur.

Dia bahkan mengubah penampilannya, agar tidak dikenali oleh mata-mata ayahnya. Tapi, bukan Tuan Bernard jika tidak dapat menemukan seekor kutu sekalipun, apalagi putri tercintanya.

Berbagai cara dilakukan Tuan Bernard, agar Katherine mau kembali ke London. Bahkan, berpura-pura jika dirinya sakit keras, dan hampir mati. Hingga, Katherine yang malas pun mengajukan beberapa syarat, dan di antaranya agar ayahnya tak lagi mengusik kehidupan Peter.

Penandatanganan perjanjian berjalan, meski jika dilihat orang lain, ini hanya masalah biasa. Masalah ayah dan anak. Tapi, tidak bagi Katherine! Harus ada hitam di atas putih, jika berurusan dengan sang ayah.

Dan, seperti itulah! Peter hidup damai hingga saat ini. Tak ada yang mengganggu kehidupan pria bermata biru itu. Mata yang membuat Katherine tergila-gila hingga saat ini. Tapi, bukan perkara matanya saja, karakternya juga membuat Katherine tak mampu melupakan Peter.

Victoria merebahkan tubuh di atas kasur, dengan kedua tangan memijit kepalanya. “Apa kau sangat – benar-benar – yakin, jika Tuan Bernard yang Terhormat, tidak akan marah melihatmu menemui Peter?”

Katherine ikut membaringkan diri di sisi Victoria. Dia mengangkat kedua tangan – mengambang di udara, menutup cahaya lampu yang mengenai wajah cantik dan terawat miliknya.

“Tidak akan! Aku bisa jamin!” seru Katherine penuh kepercayaan diri.

Victoria menghela napas panjang. Sepertinya, dia harus mempercayai omongan Katherine. Lagi pula, jika dipikir-pikir, hanya Peter yang bisa membantunya saat ini. Sedangkan, di tempat lain saja, belum tentu dia diterima. Usia Victoria tidak muda lagi. Kalau ada orang dalam, kenapa dia harus susah payah mencari ke tempat yang belum pasti?

“Baiklah! Aku terima saja! Aku coba dulu lah!” Victoria memijit pelipisnya, meski dalam hati dia cemas jika kedekatan Katherine dengan Peter, diketahui sang ayah.

Katherine sontak memeluk Victoria dengan senyum selebar jalan tol. Victoria memicingkan mata, menatap kelakuan Katherine yang semakin mencurigakan.

“Kenapa sepertinya kau yang terlihat bahagia sekali, padahal aku yang bekerja?” selidik Victoria.

Katherine mencebik dan kembali merebahkan diri di atas kasur. “Ya, wajar kan! Aku bahagia karena sebentar lagi kau akan bekerja dan membalas si brengsek itu! Aku kan sahabatmu! Aku bahagia untuk itu! Kau pikir karena apa, selain itu?!”

Mengangkat sebelah alis, Victoria tampak tak percaya dengan alasan Katherine. Karena, seakan di wajah Katherine terbaca jelas tulisan PETER!

“Ah, tiba-tiba aku ingin jalan-jalan! Apa kau mau menemaniku? Kita cuci mata sebentar, lalu makan makanan enak dan spa!” Victoria tahu jika Katherine hanya mengalihkan pembicaraan. Tapi, dia tidak menampik jika dirinya juga sangat ingin jalan-jalan sebentar. Menenangkan pikiran.

Gegas Victoria bangkit dari duduk, dan meraih tas selempang yang tadi dia gunakan ke rumah sakit.

“Ayo! Rasanya, sudah lama aku tidak jalan-jalan denganmu! Tapi, kau yang traktir, ya!” ajak Victoria. “Saat sudah mendapat gaji, aku akan membalasnya!”

“Deal!” seru Katherine senang.

Tak butuh waktu lama untuk Katherine melompat dari atas tempat tidur. Dia masih sempat menuju ke meja rias untuk melihat make-up yang dia gunakan.

“Masih cantik seperti biasa,” puji Katherine pada dirinya sendiri.

Mata Victoria membola melihat tingkah genit Katherine yang kini sudah berlenggak-lenggok sambil menggandeng lengannya.

“Ayo, say! Saatnya kita menjadi remaja lagi!” ucap Katherine dengan dagu terangkat.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status