Share

Bab 4. Wanita Barbar

"Ada apa ini?!" Dokter Hamish atau Tuan Hamish - berdiri di ambang pintu ruangan Liam, dengan kening berkerut. Pandangan matanya tertuju pada pergelangan tangan Victoria yang sedang dicengkeram Liam.

"Dokter Liam! Apa yang Anda lakukan pada istri Anda?!" tanya Tuan Hamish.

Segera Liam melepaskan tangannya, dan tersenyum dengan gelagapan. "Tidak, Dok! Saya dan istri sedang bercanda tadi." Liam melirik pada Victoria, seolah meminta pertolongan sang istri.

"Wah, lihat ini! Bukankah tadi kau sesumbar bahwa kau bisa memutarbalikkan fakta? Lantas, kenapa sekarang nyalimu menciut, dan seakan memohon bantuan dariku, Liam Harrison?!" batin Victoria.

"Apa benar, Nyonya?" tanya Dokter Hamish dengan tatapan penuh kecurigaan.

Victoria memamerkan senyum penuh kepalsuan. "Tentu saja, Dok! Kami hanya sedang bercanda saja! Lagipula, tidak mungkin kan suami saya ingin menyakiti saya."

Liam tahu jika apa yang dikatakan Victoria adalah sindiran untuk dirinya. Tapi, dia terpaksa menahan kesabarannya.

"Baiklah, kalau begitu! Saya tidak ingin ada kekacauan di sini, apalagi saat ini Tuan Williams sedang berada di sini!" ucap Dokter Hamish.

"Lalu, bagaimana, Dok? Apakah inspeksi yang dilakukan beliau mendapat banyak temuan?" tanya Liam dengan wajah penasaran.

"Kita lihat saja nanti!" jawab Dokter Hamish. "Oh, iya! Saya ke sini karena ada keperluan denganmu! Tuan Williams meminta saya untuk memeanggilmu!"

Liam tersenyum lebar, karena dia pikir ini adalah saatnya untuk naik jabatan. Dia percaya diri jika Tuan Williams telah melihat kinerja kerjanya selama ini, dan mempertimbangkan kenaikan jabatan untuknya. Karena, sungguh aneh jika hanya untuk memanggilnya, Tuan Williams sampai menyuruh Dokter Hamish.

"Segera ke ruang rapat!" lanjut Dokter Hamish. "Selesai pertemuan, Anda boleh kembali ke rumah dengan istri Anda dan melanjutkan candaan kalian."

Dokter Hamish mengedipkan sebelah mata pada Victoria, membuat wanita itu tersenyum kikuk. Dia merasa bersalah, karena telah membohongi dokter Hamish yang sudah seperti orang tua baginya.

"Baik, Dok!" jawab Liam.

Dokter Hamish berjalan lebih dahulu, sengaja memberi waktu bagi Liam dan Victoria. Karena, dokter Hamish pikir, hubungan suami istri itu baik-baik saja.

"Kau lihat sendiri, kan?!" Angkuh, Liam memandang Victoria. "Dengan sendirinya, Tuan Williams melihat kinerjaku dan akan mengangkatku sebagai pengganti Dokter Hamish!"

"Kau terlalu percaya diri!" ejek Victoria sambil membuang muka.

Liam memangkas jarak dengan Victoria. Kini, wajah mereka benar-benar dekat, hingga napas mereka seakan menyatu.

"Dan, ketika waktu itu tiba, kau akan kutendang dari rumah itu! Kau dan penampilan lusuhmu yang membuatku muak!" desis Liam penuh penekanan dan ancaman.

"Jadi, selagi aku masih berbaik hati membiarkanmu tinggal di sana, lakukanlah tugasmu dengan benar! Mungkin, aku akan mempertimbangkanmu menjadi asisten rumah tangga kami! Dengan demikian, kau masih bisa melihatku - pria yang membuatmu tergila-gila dan tak bisa kau lepaskan!" Liam menatap Victoria dengan tatapan hina.

Victoria menahan dirinya untuk tidak mengumpat Liam saat ini, karena dia sadar diri jika dia berada di rumah sakit. Bagaimanapun juga, Victoria bukan wanita serampangan yang tidak punya etikat baik.

"Oh, ya! Dan, kau jangan bermimpi untuk pulang bersamaku! Aku tidak sudi!" imbuh Liam.

Tak mendapat jawaban apapun dari mulut Victoria, membuat Liam kesal dan memilih untuk meninggalkan Victoria seorang diri.

"Aku berharap hidupmu dipenuhi penderitaan, Liam! Dan kau akan menyesal atas semua perlakuanmu padaku!" Tatapan Victoria mulai buram karena bulir-bulir air mata kembali menggenang di sana.

Victoria menatap meja kerja Liam, juga lemari yang terletak di belakang meja kerjanya. Tidak ada lagi foto dirinya, seperti yang terpajang tiga tahun yang lalu. Semua telah berubah. Liam telah berubah. Liam, sungguh-sungguh tidak mencintainya lagi.

"Apa kau begitu mencintai wanita jalang itu?" lirih Victoria sambil mengelilingi ruang kerja Liam.

Sesaat kemudian, Victoria duduk di depan meja kerja Liam. Dia membuka laci meja kayu itu, sekadar melihat jika saja ada foto miliknya yang disimpan oleh Liam. Tapi, yang Victoria dapatkan justru hal yang dibencinya.

Jemari Victoria gemetar saat meraih pigura berisi foto milik Liam dan Annabele yang tengah bermesraan di sebuah tempat wisata. Wajah keduanya terlihat bahagia, seakan dunia adalah milik mereka berdua.

"Tega kau, Liam! Sungguh tega!" lirih Victoria.

Dengan kasar dia meletakkan kembali pigura itu dan menutup laci meja kerja Liam. Victoria menundukkan kepala di atas meja, dan kembali menangisi pernikahannya untuk beberapa saat.

Setenga jam kemudian, setelah merasa dirinya mulai tenang, Victoria mengenakan kacamata yang dia bawa tadi, dan melangkah keluar ruangan. Dia berjalan cepat sembari menunduk, menyusuri lorong rumah sakit, menuju ke lift. Dia tidak lagi memperhatikan sekitarnya, hingga tak menyadari jika dia berada satu lift dengan George.

"Anda menangis lagi, Nyonya?" tanya George membuat Victoria terenyak. Ditatapnya George yang ada di sampingnya. Victoria juga baru menyadari jika hanya dia dan George di dalam lift.

"Ti - tidak! Saya tidak menangis!" jawab Victoria gugup.

"Meski Anda mengenakan kacamata, tapi wajah Anda menunjukkan kesedihan yang mendalam," ucap George.

"Bukan apa-apa. Terima kasih atas perhatian, Tuan," balas Victoria. Dia tidak mau berdialog lebih lanjut dengan George, karena dia tidak ingin terjadi kesalah-pahaman, jika ada teman-teman Liam yang melihatnya bersama pria lain.

Tapi, tunggu dulu! Victoria berpikir sejenak. Bukankah tadi pagi Liam dan Annabele mengejeknya karena tidak mungkin dirinya akan dilirik pria lain? Dan, nyatanya ejekan mereka salah! Saat ini, ada seorang pria yang entah kenapa, menaruh perhatian pada Victoria.

"Toh, dia tidak akan cemburu," gumam Victoria pelan.

Setelah lift terbuka, Victoria melesat keluar dari dalam lift, diikuti George dari belakangnya, hingga mereka tiba di area parkir di depan rumah sakit.

"Nyonya, apakah Anda mau saya antar pulang?" tanya Geroge menawarkan bantuan.

Victoria menatap curiga pada pria di hadapannya ini. Dia bertanya-tanya, apakah mungkin George adalah seseorang yang pernah dikenalnya, sehingga pria ini terus saja menawarinya pertolongan.

"Terima kasih, Tuan! Tapi, saya bisa pulang sendiri naik taksi," jawab Victoria.

George menatap Victoria. Dalam. "Saya tidak ingin sopir taksi melihat mata Anda yang bengkak, karena habis menangis."

Victoria memalingkan wajahnya. "Saya menggunakan kaca mata."

"Tapi, bahkan saya masih bisa melihat bahwa Anda baru saja selesai menangis," timpal George.

Victoria terdiam. Dia sudah hendak melangkah, tapi lengan yang tadi dicengkeram oleh Liam ditahan oleh George. Meski George menyentuh lengannya dengan lembut, Victoria tetap merasa nyeri pada area yang disentuh.

"Aw!" jerit Victoria, membuat George refleks mengangkat tangannya.

"Maaf, Nyonya! Apakah saya menyakiti Anda?" tanya George dengan tatapan khawatir pada pergelangan tangan Victoria yang ditutupi tangan sebelahnya.

"Tidak! Saya tidak apa-apa! Saya permisi!" ucap Victoria sembari mengambil langkah panjang meninggalkan George. Victoria segera memberhentikan salah satu taksi, dan buru-buru pergi.

"Ada apa dengannya? Apa terjadi sesuatu padanya?" gumam George.

.

.

.

Di rumah Liam dan Victoria, Annabele tengah duduk dengan santai sambil menonton drama televisi. Dia tertawa dengan keras, ketika adegan lucu ditampilkan. Namun, tawanya berhenti saat bel pintu berbunyi. Dengan kesal Annabele bangkit dari duduk dan menyeret langkah menuju ke pintu.

"Siapa yang mengganggu waktuku?!" gerutu Annabele, sembari membuka kenop pintu.

Betapa terkejutnya Annabele, ketika pintu terbuka. Rambut panjangnya langsung ditarik dengan kasar. "Dasar kau wanita jalang! Beraninya kau menggoda suami orang!"

Annabele berusaha melepaskan tarikan wanita barbar di hadapannya, hingga beberapa helai rambutnya ikut tercabut.

"KURANG AJAR KAU! SIAPA KAU, B*NGSAT?! BERANINYA KAU MELAKUKAN INI PADAKU!"

Wanita itu menampar Annabele dengan keras, membuat Annebel syok seketika.

"KAU MAU TAHU SIAPA AKU?! AKU ADALAH ...."

***

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status