Share

Diana Born In 2001
Diana Born In 2001
Penulis: LILYAN JULIANI

Mengapa Keadaan Harus Menuntut Seseorang Untuk Dewasa di Usia Belia ?

Hujan turun begitu lebatnya di malam hari yang begitu sunyi ini, terlihat Diana tengah merapikan pakaian nya serta barang-barang  yang lain yang akan ia bawa esok. Besok ia akan pergi berangkat ke ibu kota untuk melanjutkan pendidikan nya di salah satu universitas swasta di daerah Jakarta selatan. Ia sebelum nya sudah mengikuti ujian tingkat nasional pada universitas negeri di daerah Bandung dan Yogyakarta, namun karena jurusan yang ia ambil merupakan jurusan yang memiliki kapasitas yang sedikit dan terbatas maka ia pun tidak lolos ujian tersebut. Masih tidak habis di pikir jika Diana tetap teguh pada pendirian nya, sejak awal menduduki kelas 2 SMP ia pernah berkata pada sahabat dekatnya Melinda jika suatu saat nanti ia akan pergi ke Bandung atau Jakarta untuk melanjutkan pendidikan bersama dengan nya. Namun setelah waktu nya akan tiba, Melinda memilih tetap melanjutkan pendidikan di kampung, karena tidak jauh dari rumah nya ada sebuah universitas negeri yang hanya menyebrangi perbatasan kabupaten. Sejak dulu Diana sudah berjanji pada diri nya sendiri jika ia harus bisa keluar dari lingkungan ini untuk bisa merubah kehidupan nya menjadi sedikit lebih baik. Siapa sangka tinggal di dalam lingkungan keluarga besar sangat lah enak, entah mungkin ini terjadi pada semua orang atau hanya keluarga Diana saja dimana semua anggota keluarga akan terlihat kompak di luaran sanah namun saling melemparkan sebuah pisau. Keluarga Diana memang tinggal pada tanah keluarga dari ayah Diana, dimana tanah tersebut adalah warisan milik Ibu dari ayah Diana yang di berikan kepada ayah Diana. Pada tanah tersebut sebagian besar adalah milik dari adik-adiknya nenek Diana, jadi dengan begitu mereka memberika jatah tanah di bagian belakang dimana di sanah terdapat tempat pembuangan sampah dan pemakaman keluarga.  Ada saat nya dimana dulu keluarga Diana sangat di kucilkan dan tidak di anggap oleh keluarga besar yang lain nya. Bisa di bilang sejak kecil sudah mendapatkan sebuah background yang gelap dari keluarganya.

Diana Nampak sudah membereskan semua barang-barang yang akan ia bawa besok ke tempat kost, ia pun merebahkan badan nya di kasurnya sambil memainkan handphone. Melihat history chatting dan membuka pesan lama dirinya bersama dengan Fahri, mantan kakak kelasnya saat SMP dulu. Cinta pertama nya yang bahkan hanya sebatas suka sebelah pihak. Kenangan di antara Diana dan Fahri mungkin tidak berjalan indah layak nya yang lain, Diana menyukai Fahri dan Fahri mengetahui hal tersebut, namun ia memilih untuk tidak menjawab apapun untuk Diana. Kenangan yang pernah terjalin di antara nya pun terbilang cukup singkat, mereka hanya pernah pergi bersama 1 kali dan itu pun hanya 4 jam.

Kini Fahri sudah memiliki pacar yang sudah cukup lama iya pacari setelah pertengkaran nya dengan Melinda yang tidak bisa menerima jika Fahri tidak bisa menghargai perasaan Diana. Ingin rasanya Diana mengirim pesan pada Fahri walau pun hanya sekedar berpamitan, namun hati nya ragu untuk melakukan nya karena biar bagaimana pun Fahri akan tetap salah paham pada yang di lakukan oleh Diana.

Mobil berwarna merah pudar terlihat parkir di dekat rumah Diana,mobil tersebut adalah mobil sewaan yang di berikan oleh saudara Diana yang akan di gunakan untuk mengantarkanya ke ibu kota. " ibu aku harus pamitan gak sama mereka ?" Tanya Diana pada ibunya. " pamitan aja, nanti kalau gak pamitan dibilang gimana " sahut ibu. Dalam hati Diana rasanya tidak ingin bersalaman pada paman ayah nya serta keluarga yang lain, dirinya masih mengingat apa yang terjadi saat hari raya lebaran dimana mereka tengah asik berfoto-foto tiba-tiba menjauh hanya karena Diana dan keluarga nya datang. 

Dengan berat hati ia pun berpamitan kepada keluarga besarnya dan segera pergi berangkat menuju ibu kota, kota metropolitan dimana selalu ada kata slogan " Jakarta keras ".

" aku gak akan kembali sebelum bisa di banggain sama orang tuaku " janji Diana di dalam hatinya. Ia pun menoleh ke arah jendela melihat kendaraan lain berlalu lalang di jalanan, walau sedikit berat pergi meninggalkan kedua orang tuanya tapi Diana yakin itu adalah hal yang terbaik yang harus ia lakukan. Segala sesuatu yang sudah ia persiapkan sejak jauh-jauh hari hanya tinggal ia jalankan dengan baik, termasuk alasan besar dirinya pergi menjauhi kampung halaman nya untuk pergi menjauh dari Fahri dan melupakan semua hal tentang dirinya. Mencoba mengikhlaskan nya menjalin kasih dengan yang lain, yang perlu ia lakukan hanya pergi jauh, melupakan dan menata kehidupan nya dengan baik karena di satu sisi ada  dua orang yang sangat menaruh harapan pada dirinya, yaitu Ibu dan ayah.

" nanti kalau di sanah jangan bandel, jangan sampe salah gaul. Harus bener-bener rajin sama serius belajarnya, kita itu orang gak punya, hidup kita aja selalu di pandang sebelah mata sama keluarga ayah kamu jadi buktiin kalau kamu bisa sukses. Jaga diri nanti kalau cari kerjaan, apapun kerjaan nya jalanin aja yang penting halal. Kasihan ayah kamu harus biaya kakak kamu juga. " sahut ibu. Diana pun terdiam, ia mengerti apa yang di katakan ibu nya. Ayah sudah bekerja keras saat usia nya muda dan menjadi tulang punggung keluarga bahkan di usia nya yang sudah akan pensiun, penghasilan warung yang ibu kelola pun hanya cukup untuk makan sehari –hari saja. Terkadang ayah juga sering bertengkar dengan ibu hanya Karena masalah ekonomi dan hal-hal yang kecil. Memikirkan nya saja Diana serasa ingin menangis, mengingat bagaimana masa kecil nya yang jauh dari mainan anak-anak yang bagus dan terbuat dari bahan-bahan tertentu. Ayah selalu membuatkan mainan dari kayu untuk Diana dan kakak nya bermain, bahkan jika membeli mainan bagus pun harus berbagi dengan sang kakak yang saat itu memang tidak jauh jarak umur antara Diana dan kakak nya.

Tidak berapa mereka pun sampai di sebuah kost an yang berada di salah satu kompleks yang terletak tidak jauh dari jalan besar, namun jarak antara kost dan universitas cukup jauh. Diana menemukan kost tersebut karena ajakan dari salah satu teman nya yang ia temui saat tes universitas, kost tersebut memang terlihat cukup bagus dan memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Jika saja ia bisa menemukan kost an yang harga nya terjangkau dengan cepat ia tidak akan mau tinggal di dalam kost yang bagus seperti ini, apalagi harus tinggal dengan orang yang bahkan berbeda kharakter dengan diri nya. Barang – barang pun di rapikan dan Diana pun segera memasukkan pakaian nya kedalam lemari, saat itu teman sekamar nya belum tiba di sanah, ia akan datang ke kost nanti malam agar suasana jalanan tidak terlalu macet. Di dalam kamar terlihat fasilitas yang cukup lengkap seperti TV, Ac, dan kamar mandi di dalam ruangan. Tempat tidur nya pun jenis tempat tidur dua susun dimana cocok untuk ia tempat dengan teman sekamar nya tersebut.

" udah ya_ jaga diri baik-baik, jangan bandel " sahut Ibu sambil membereskan sisa sisa tempat makan yang sudah kosong. Rasanya tidak ingin berpisah dengan mereka dengan cepat, Diana hanya bisa melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah mobil yang membawa nya ke Jakarta tadi. Setelah mobil tersebut tidak terlihat lagi, Diana pun masuk ke dalam kamar nya dan membereskan pakaian nya dan barang-barang nya yang lain. Dengan sangat baik ia menjalankan apa yang di pesan kan oleh ibu nya untuk tetap memperkuat iman nya, terasa sangat sunyi setelah semua nya pergi meninggalkan dirinya disini. Kini tinggal Diana sendiri yang berada di ibu kota, menjalankan semua yang sudah ia susun dan bertahan hidup di dalam kerasnya kota metropolitan tersebut demi orang-orang yang sangat mengharapkan dirinya, mengharumkan nama keluarga dan dengan begitu orang-orang tidak akan mengucilkan keluarga nya lagi.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
awal yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status