Share

2

Waktu menunjukkan pukul  7 malam, dan teman sekamar Diana pun baru tiba dan  sampai di tempat kost. Ia datang dengan sebuah mobil yang membawa barang – barang nya, dengan inisiatif nya Diana pun langsung bersalaman dengan sang ibu dari teman sekamar nya tersebut, Ia bahkan membantu nya untuk membawakan barang-barang teman sekamar nya tersebut ke dalam kamar. Sambil mengeluarkan pakaian sang anak di dalam tas, ia pun bertanya kepada Diana dan sekedar mengajak nya berbicara sedikit.

" nama kamu siapa ?".

Mendengar pertanyaan tersebut Diana pun langsung menjawab nya dengan santai

" nama saya Diana bu, saya dari daerah sekitaran perbatasan karawang ". Si ibu pun tersenyum dengan hangat, merasa semua pakaian anak nya sudah rapih dan barang-barang nya sudah tertata di tempat nya maka iya pun akan segera bergegas untuk pulang.

" Diana, ibu titip anak ibu Hani ya, dia gak pernah beres-beres atau ngelakuin tugas rumahan. Kalau kamu liat Hani gak cuci piring nya sehabis makan kamu marahin aja dia "

" iya bu, hati – hati di jalan bu___  "

si ibu pun tersenyum dan mengiyakan perkataan dari Diana, Diana pun menatap ke ara mobil tersebut sampai akhir nya Mobil itu pun kian menjauh dan menhilang, Diana dan Hani masih berdiri di luar dan mereka pun di panggil oleh sang penjaga pos tempat kost dan meminta nya untuk menunggu sang pemilik kost yang akan segera tiba dengan membawa sebuah kertas peraturan yang di lengkapi materai serta menagih biaya awal masuk kost.  Selang 15 menit pun pemilik kost datang dan menyerahkan kertas tersebut kepada Diana dan Hani, Diana pun membaca nya dengan sangat teliti. Betapa kaget nya Diana saat melihat keterangan bahwa setiap penghuni kost harus membayar biaya deposit senilai Rp.900.000. karena dirinya satu kamar dengan Hani makan biaya nya terbagi menjadi 2, jadi Diana hanya perlu membayar Rp.450.000 saja, di dalam hati Diana sudah mulai gusar. Sebelum nya Hani tidak pernah mengatakan masalah deposit kepada nya, mungkin jika ia mengatakan nya sejak awal ia akan menyiapkan uang deposit tersebut dan tidak akan menggunakan uang untuk diri nya makan selama satu bulan. Orang tua nya hanya memberikan jatah bulanan Rp.900.000 untuk satu bulan, belum lagi uang tersebut untuk pegangan Diana saat melamar pekerjaan nanti. Selain itu juga sang pemilik menjelaskan jika listrik yang di gunakan perkamar berupa token dimana Diana pasti harus mengeluarkan uang lagi untuk membeli token di hari pertama nya itu.

" token listrik udah gue periksa dan cuman ada 10.000 aja mungkin cukup ya sampai besok " sahut Diana sambil menutup pintu.

" ya enggaklah kan kita malem nyalain ac, belum lagi nonton tv takut besok mati jadi beli sekarang aja " sahut Hani dengan nada enteng.

" yaudah ayo gue ke kamar mandi dulu ya "

" lu aja deh Diana yang beli token nya, gue masih capek___ hari ini lo yang isi token nya terus nanti pas udah mau habis gantian gue yang isi. "

" tapi gue gak tau cara nya gimana, gue gak pernah pake token listrik "

" yaudah minta bantuan pak Tri aja ( satpam Kost ) "

Dengan wajah yang masih kebingungan Diana pun berjalan keluar kamar dengan seorang diri, ia pun berjalan ke pos satpam dan meminta bantuan kepada pak Tri untuk memberi tahu bagaimana cara mengisi token listrik. Saat pak Tri tengah menjelaskan hal tersebut, Hani pun mengirimi Diana sebuah pesan yang tertulis bahwa pengisian token adalah sebesar  50.000 untuk satu minggu ke depan, Diana pun terdiam, uang nya kembali terpakai dalam satu hari ini.

Setelah mendapat nomor token kamar nya, Diana pun langsung bergegas berjalan ke sebuah mini market yang ada di pinggir jalan besar yang berada tepat di depan gang kompleks tempat kost. Namun untuk bisa sampai ke sana ia harus berjalan melalui gang gang sepi di sekitaran kompleks baru lah ia sampai ke mini market tersebut. Setelah mengisi token listrik Diana pun kembali ke kamar nya, ia pun mengeluarkan beberapa kertas polio dan mulai menulis sebuah surat lamaran di atas kertas tersebut, ia pun segera memasukkan kertas tersebut ke dalam sebuah map berwarna coklat dengan segala persyaratan yang di butuh kan nya. Saat sebelum pergi ke kost, Diana lupa jika ia tidak membawa seprai untuk kasur nya, yang akhirnya kasur nya tidak memiliki alas.  Hani memilih tidur di bagian atas, ia membawa sebuah seprai dan bantal karena ia tau jika Kost an tidak menyediakan bantal dan sprai. Diana yang tidak tahu akan hal itu pun menjadikan selimut yang ia bawa menjadi bantal untuk menopang kepala nya, sedang kan kain yang ia bawa ia jadikan sebagai alat untuk menutupi dirinya dari dingin nya Ac.

Diana Nampak sibuk dengan pembicaraan di grup kelas, dimana mereka akan mengadakan pertemuan sebelum masuk ke dalam ruangan orientasi mahasiswa nanti . Diana masih memiliki waktu tiga hari dan ia akan menggunakan tiga hari tersebut dengan menginguti interview di beberapa perusahaan yang sudah ia kirimi surat lamaran. Besok ia akan memulai nya dengan panggilan interview dari salah satu perusahaan yang terletak di kawasan Jakarta utara, ia pun menyiapkan sebuah seragam formal nya serta sepatu untuk ia gunakan besok, ia juga tidak lupa memasang alarm sebelum tidur agar dirinya tidak terlambat.

Pagi pun tiba, alarm berbunyi tepat pukul  5 pagi. Diana pun segera bergegas mandi dan menyiapkan diri nya, ia pun membawa roti yang sebelum nya di berikan oleh ibu nya untuk sekedar cemilan untuk nya di kamar. Harus bagaimana pun ia harus bisa menghemat uang karena diri nya saja belum memasuki waktu kuliah, setidak nya ia harus menghemat takut takut ada biaya tertentu untuk membeli buku dan keperluan yang lain. Diana pun melihat jam di layar handphone nya dan jam menunjukkan pukul 06:15, dengan cepat ia pun keluar dari kamar nya dan pergi ke luar. Dengan ramah ia pun menyapa pak Tri yang tengah berjaga di pos, ia pun berjalan melalui jalan yang ada di belakang kost, tempat nya seperti sebuah perkampungan yang sedikit kumuh dan padat tapi itu adalah satu-satu nya jalan yang cukup dekat untuk menuju ke stasiun kereta Pasar Minggu, walaupun sesekali Diana harus berlari dan mempercepat langkah nya untuk mengejar waktu karena jalan menuju Stasiun memang terbilang sangat jauh jika berjalan kaki. Namun di balik semua yang ia lakukan pada pagi ini tidak lebih dari menghemat dan belajar mandiri, Diana selalu memikirkan jika ia meminta uang sebelum waktu nya bagaimana nanti keluarga nya yang di rumah bisa makan. Ia bahkan tidak memikirkan bagaimana dirinya terlebih dahulu, niat nya sangat besar guna merubah kehidupan nya, karena jika menunggu sang kakak rasa nya akan sangat lama. Di tambah kondisi sang kakak sering sakit jika dirinya terlalu keras berpikir dan bekerja, maka dari itu Diana tidak memiliki pilihan lain selain menjadi kan dirinya lah yang akan berkorban. Bagi Diana rasa nya cukup tidak adil saat harus di paksakan untuk menjadi dewasa di usia yang sangat muda, mencoba bekerja keras saat berada di bangku sekolah dan menerima banyak penolak kan dari lingkungan sekitar. Terkadang tidak di akui oleh ibu dan di asing kan oleh keluarga sendiri membuat Diana kecil begitu sangat tertekan. Terkadang sang ibu selalu saja marah pada nya dan memaki dirinya hanya karena hal kecil dan kesalahan yang tidak ia perbuat, terkadang Diana sangat muak dengan itu semua nya tapi Diana juga tidak bisa berbuat apa-apa selain tetap berbakti dan diam, di tambah keadaan keluarga nya yang selalu di acungkan panah oleh orang-orang sekitar yang membuat nya  seperti di paksa harus berdiri di depan semuanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status