Share

4. Momen Kita

Dengan menaiki sepeda nya masing-masing ke dua anak itu tak langsung pulang ke rumah. Mereka pergi ke sebuah pasar malam yang baru buka di samping lapangan bola dekat sekolah. Karena baru buka pasar malam ini menggratiskan pengunjung untuk masuk, hal ini menjadi kesempatan emas untuk kedua anak itu. Walau masih siang tempat ini sudah begitu ramai dengan pengunjung yang masuk. Berjajar pedagang kaki lima di depan pasar malam dengan menawarkan berbagai macam daganganya. Setelah masuk sontak mereka berlari dengan penuh kegembiraan melihat segala macam permainan di tempat itu. Seperti biang lala, kora-kora,ombak banyu, rumah hantu dan masih banyak lagi.

“Damar lihat aku ingin menaiki semua itu!” Ucap Delia sambil menunjuk semua permainan yang ada di sana.

“Kamu ingin naik yang mana Delia yang itu?” Sahut damar menunjuk sebuah permainan biang lala.

“Iya Damar seperti sarang burung yang menggantung,” celetuk Delia tertawa.

Mereka berdua pun langsung bergegas mencoba setiap permainan di pasar malam itu. Seperti sekarang Delia ingin sekali menaiki biang lala bentuknya seperti sangkar burung yang berputar. Ia mulai duduk sambil melihat pemandangan sekitar matanya langsung tercengang begitu takjub melihat pemandangan dari ketinggian. Delia berpikir jika melihat senja pasti akan lebih  mengagumkan ia langsung tersenyum membayangkan itu.

“Lihat damar jika melihat senja dari sini pasti indah!” Ucap Delia begitu kagum.

Damar yang melihat delia begitu senang ia pun ikut bahagia. Anak laki-laki itu menunjuk kearah laut dan ia melihat gelombang laut yang begitu indah dari kejauhan.

“Lihat delia gradasi warna laut sangat cantik!” Ucap Damar pada Delia.

“Wah iya.”

Pemandangan dengan pasir putih dan birunya laut membuat sebuah gradasi warna yang cantik. Delia yang melihatnya pun ikut menikamti keindahan itu. Tak berselang lama tiba-tiba biang lala yang mereka tunggangi berhenti di puncak. Gadis kecil itu langsung ketakutan ia memegang erat tangan temannya.

“Damar kenapa kita berhenti!” Ucap Delia penuh ketakutan.

 Anak laki-laki itu dengan lembut meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. “Tak apa Delia hanya masalah teknis.!”

Gesekan besi yang naik turun pada biang lala membuat sebuah guncangan kecil. Delia langsung mempererat genggaman tangannya dan memeluk Damar. Sontak anak laki-laki itu berusaha tenang dengan perasaanya yang menggebu.Jantungnya berdegup kencang, keringat di dahi mulai bercucuran entah apa yang ia rasakan begitu gugup.Tangan nya mengelus lembut rambut Delia yang panjang gadis itu langsung menatap lama wajah Damar dan tersenyum.

“Lihat Delia bapak itu akan memperbaikinya dengan cepat!” Ucap Damar berusaha menenangkan.

“Kenapa bapak itu membawa jerigen Damar?” Tanya Delia kebingungan.

“Sepertinya biang lala ini kehabisan bahan bakar jadi berhenti bergerak." Delia pun menganguk dengan penjelasan Damar dan seketika biang lala mulai bergerak kembali.

***

Mereka berdua sangat senang karna biang lala mulai berputar lagi, setelah puas menaiki biang lala damar lantas mengajak delia pergi ke wahana rumah hantu.Delia merasa ragu-ragu karena ia sangat takut kegelapan tapi melihat sahabatnya yang berantusias gadis itu langsung mengiyakan. Mereka berdua melangkah di bibir pintu rumah hantu yang menyeramkan. Di penuhi jaring laba-laba dan lampu yang begitu redup menambah kesan menakutkan. Delia sontak memegang erat tangan damar dan ia berusaha menunduk agar tidak terlalu takut.

“Damar kamu gak takut?” Tanya Delia penasaran.

“Ngga Delia.!”

“Wah kamu sangat berani!” Seru Delia memberikan dua jempol tangan nya.

Anak laki-laki itu hanya tersenyum dengan perkataan Delia, dia sudah menghadapi segala masalah dan beban maka masuk rumah hantu bukanlah hal menyeramkan untuk Damar. Suasana rumah hantu yang sepi membuat Delia takut. Bulu kuduk merinding dan tangannya gemetar ia berusaha menutupi matanya. Dan rasanya begitu berat untuk melangkah maju ke depan. Ketika gadis itu melihat ke sekeliling tidak ada satu pun pengunjung yang masuk ke rumah hantu ini. “Mungkin mereka lebih suka berkunjung di wahana bermain” batinnya dalam hati.

Namun suasana yang sangat sepi  membuat Delia semakin takut. Lampu mulai berkelap kelip berubah jadi warna merah Delia sudah merasa tidak enak. Gadis kecil itu melihat sekeliling ia melihat sosok yang menakutkan lantas terkejut.

“Arkkh...!”

Ke dua anak itu berteriak dengan keras,benar saja ada sosok Kuntilanak yang tiba-tiba muncul, Delia yang ketakutan lantas mengajak Damar untuk pergi. Dan apesnya ketika  berlari sepatu Delia terlepas yang membuat ia terjatuh.

“Bruk.!”

Saat Delia berusaha memakai sepatunya tiba-tiba ada sosok yang memegang kaki nya, Delia sontak terkejut gadis itu langsung menjerit.

“Arkhh.!”

Damar yang tak tahan dengan teriakan Delia lantas menarik tangan nya mereka berdua berlari dan masuk ke sebuah lorong begitu gelap, dan lampu yang terpasang mulai meredup lalu mati. Gadis kecil itu yang phobia gelap sontak menangis karena ketakutan.

“Kenapa gelap sekali akau takut damar!” ucap Delia dengan menangis.

Damar yang melihat sahabatnya menangis langsung berusaha menengkan. “Jangan menangis Delia tutup mata kamu! Lalu bayangkan sesuatu hal yang menyenangkan" ucap Damar memegang erat tangan Delia.

Delia pun menuruti apa kata Damar, dengan hati-hati Damar menggandeng Delia agar secepatnya bisa keluar dari rumah hantu itu. Ruangan yang tadinya gelap mulai tersinari oleh cahaya lampu walau redup. Lantas Delia meberanikan diri membuka mata nya perlahan. Ia berusaha untuk tidak panik dan memepercepat langkahnya agar cepat keluar dari rumah hantu ini. Dari kejauhan mereka berdua melihat cahaya yang mulai terang dan delia sangat senang akhirnya bisa keluar dari tempat ini.

Namun tak semudah itu tiba-tiba dari belakang ada Hantu yang berlari kencang kearah mereka. Anak sd itu pun langsung berlari secepat mungkin ke pintu keluar rumah hantu. Setelah sampai di luar mereka melihat langit yang mulai sore. Waktu begitu cepat berlalu karena asyik bermain  sampai tak sadar jika hari mulai larut. Sebelum meninggalkan tempat itu delia mengajak Damar untuk berkeliling sebentar menikmati suasana pasar malam.

“Damar kita naik itu yuk?” Ucap Delia sambil menunjuk wahana komedi putar.

“Okay ayo!” Sahut Damar

Mereka berdua mulai bersenang-senang lagi dengan menaiki wahana komedi putar. Delia pun menelentangkan satu tanganya dan merasakan hembusan angin yang menyentuh pada kulit. Damar mengikuti apa yang dilakukan Delia ia mencoba meraih tangan Delia namun sangat sulit. Delia sontak tertawa melihat tingkah Damar. Setelah selesai mecoba berbagai wahana permainan Delia bergegas keluar dari pasar malam itu dan melihat pembagian balon gratis delia pun langsung menghampiri dan meminta 1 balon.

Dan ia mengambil satu balon lagi untuk Damar agar  bisa diberikan pada adik perempuannya. Damar langsung tersenyum menatap Delia dan elia pun membalas senyuman Damar. Mereka mulai melangkah menuju gerbang pintu keluar dan ingin pergi ke tempat parkir sepeda yang melewati berbagai macam lapak penjual aksesoris. Sambil berjalan Delia menatap berbagai macam aksesoris yang ada di sana. Dan matanya langsung tertuju pada liontin kalung berwarna biru yang cantik. Delia tak punya uang cukup ia hanya bisa memandangi liontin itu. Damar pun menyadari keinginan Delia namun ia juga tak punya banyak uang untuk membelinya.

“Damar aku pulang dulu” Ucap Delia melambaikan tangan dan berlari menuju ke sepedanya.

Damar lantas melambaikan tangan, setelah puas melihat-lihat kedua anak itu bergegas pulang. Gadis itu mengikatkan balon nya di sepeda merah muda kesukaanya. Namun ia tak langsung pulang ke rumah tapi ke toko bunga milik Ibunya yang jaraknya tak jauh dari pasar malam.

Suara gemrincing lonceng pintu toko terdengar nyaring,Ibunya yang melihat Delia belum pulang sekolah dari siang hanya geleng-geleng kepala dan lantas memarahinya. Namun Delia langsung memberikan sertifikat kemenangan lomba puisi yang membuat ibu nya tersenyum ia senang dan bangga pada putri kecil nya, Ibunya memangku sang anak sembari memeluk dengan penuh kasih sayang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status