Share

6. Mencari Putri Duyung

Mama Damar mulai merapihkan semua dokumen lalu ia pergi untuk mencari pekerjaan, sebenarnya Mama Damar  tak tega menitipkan putri kecilnya pada tetangga.  Namun karena sebuah tuntutan dan memiliki kewajiban untuk menafkahi ke dua anaknya lantas ia harus mencari pekerjaan.  Tetangga nya pun dengan senang hati mau menjaga Gistara.

Wanita itu mencari lowongan pekerjaan di manapun tetapi  tidak ada satu pun yang mau menerimanya. Apalagi karena Mama Damar yang tak memiliki pengalaman kerja hal ini membuat beberapa tempat tak begitu tertarik. Mama Damar yang begitu letih ia terus berjalan di tepi jalan raya dan akan menyebrang. Namun ia tak begitu fokus ada kendaraan besar yang melaju kencang dari kejauhan,  seseorang wanita dari kejauhan mencoba berteriak untuk menyadarkan Mama Damar agar segera menepi.

“ Mba awas!” ucap seorang wanita dari kejauhan.Sontak mama Damar langsung tersadar namun kaki nya begitu kaku ia lantas terjatuh dan semua berkas-berkas di tangannya berterbangan dimanapun.

Dengan wajah panik Mama Damar berusaha berdiri dan wanita baik hati itu lantas  mau menolong nya. Lalu membantu memunguti berkas-berkas yang bertebaran dimana-mana. Untunglah mobil itu secepatnya mengerem mendadak dan sempat memarahi Mama Damar yang tak fokus.

“Kalo nyebrang hati-hati Mba!” ucap seorang pria penuh emosi.

Mama Damar yang begitu syok  hanya bisa menunduk, wanita yang menolongnya lantas melerai pertikaian itu . Mama Damar pun menyadari kesalahannya ia meminta maaf atas keteloderannya.

Wanita itu mengajak Mama Damar untuk duduk di kursi dekat taman dan bertanya kondisinya yang membuat ia tak fokus.

“ Ada apa Mba kok bisa gak fokus tadi?” ucap wanita itu.

Mama Damar pun bercerita  tentang segala masalahnya kalau sedang butuh pendapatan untuk menyambung hidup. Karena Mama Damar tak bekerja maka akan sulit mengahadapi hidup, sedangkan dia memiliki dua orang anak yang harus di urus. Mendengar cerita Mama Damar wanita itu berinisiatif mengajaknya untuk gabung di tempat usahanya.

“Bagaimana kalau Mba bekerja di toko bunga milik Saya! Ini alamat toko bunganya!” ucap wanita itu memberikan kartu namanya.

“Wah beneran ini mba?” 

“Iya besok bisa mulai bekerja ya mba?” ucap wanita itu tersenyum.

“Terimakasih mba sudah menolong saya!” dengan mata berkaca-kaca masih tak percaya.

Dengan wajah sumringah Mama Damar pun mengiyakan lalu akan bekerja mulai besok. Mama Damar lantas berpamitan pulang ke rumah karena tak tega menitipkan putri kecilnya pada tetangga. Di perjalanan  pulang ia sangat senang dan bersyukur bisa bertemu dengan seseorang yang baik dan mau memberinya pekerjaan.

***

Di sisi lain kedua anak itu masih belajar bersama dan mereka mulai bosan. Delia pun ingin menyudahi belajarnya dan mengajak Damar untuk pergi ke tepi Laut. Damar pun mengiyakan lantas mereka berdua bergegas menuju tepi Laut dan membawa ransel berisi bekal. Mereka berdua berjalan kaki menuju tepi Laut dengan penuh riang gembira. Hembusan angin menerbangkan dedaunan kering, mereka sontak melompat-lombat memungut daun lalu menerbangkannya. Gadis itu menunjuk ke tepi laut ia melihat kapal kecil yang sedang berlayar. Dan melambaikan tangannya seolah-olah menyapa. Ke dua anak itu berlari  kesana-kemari melihat pemandangan tepi Laut yang begitu syahdu.

“ Lihat Damar langit begitu cantik ” tutur Delia sambil menujuk.

Damar menatap penuh kagum, langit begitu biru dengan burung-burung berterbangan di atas . Setelah puas memandang Laut mereka berdua mulai membuka bekal masing-masing. Delia membawa nasi goreng beserta telur dan sosis di dalamnya.Sedangkan Damar membawa roti coklat bertabur kismis yang dibuat oleh sang mama. Delia memberikan sendok pada Damar agar mereka bisa makan bersama. Dengan lahap mereka berdua makan, bekal yang dibawa terasa lebih nikmat apalagi dimakan di tepi laut dengan pemandangan begitu indah. Delia sangat menyukai roti coklat buatan Mama Damar rasanya sangat enak. Damar pun ikut senang melihat delia yang sangat lahap memakan roti itu. Setelah kenyang mereka berdua pun asyik memandang Laut dan Delia tersadar ada ekor ikan yang begitu besar terlihat dari permukaan.

“Damar liat ikan itu begitu besar!” ucap Delia menujuk ke tengah Laut.

“Wah iya Aku melihatnya!” ucap Damar sambil mengaguk.

“Damar ikan apa itu?”

“Mungkin ikan ikan paus atau hiu?”ujar Damar menjelaskan .

“Bagaimana kalau itu putri duyung?” sahut Delia

Damar menjelaskan pada sahabatnya bahwa putri duyung hanyalah dongeng dan tak nyata. Namun Delia yang masih penasaran mengajak Damar untuk mencari putri duyung. Damar pun tak bisa apa-apa ia mengikuti apa kemauan dari gadis itu. Delia lantas berjalan ke tepi Pantai ia mencari beberapa kerang di pasir mungkin bisa jadi petunjuk dari keberadaan putri duyung. Damar pun ikut mengumpulkan beberapa kerang lalu ia memasukan pada kantung plastik.

“Apa hubungan nya kerang dengan putri duyung Delia?” celetuk Damar lantas meledek.

“Tentu saja ada! Kalau di film putri duyung selalu membawa kerang Damar!” seru Delia begitu serius.

“Okelah! aku ikut apa maumu Delia” 

Setelah sekian lama mengumpulkan beberapa kerang membuat mereka lelah dan akhirnya tak bisa menemukan apapun. Lantas mereka duduk-duduk di bawah pohon ketapang tuk menghilangkan penat. Tiba-tiba angin bertiup kencang yang membuat buah ketapang berjatuhan di kepala ke dua anak itu. Mereka pun berusaha menutupi kepala menggunakan tangan. Tanpa sadar Damar menutup kepala Delia menggunakan tas nya agar ia tak kejatuahan buah ketapang. Ke dua anak itu mulai bertatapan, mata Damar terpaku melihat wajah Delia yang cantik. Rambut Delia yang panjang tertiup angin membuat gadis kecil itu nampak menawan.

Tangan Delia lantas menyentuh pipi Damar dan mencubit dengan gemas sontak membuat Damar tersadar dari lamunananya. Lalu mereka berlarian kesana kemari sambil bermain air di tepi  Pantai. Mengumpulkan beberapa batu coral dan menyusun menjadi sebuah kerajaan kecil yang cantik. Ketika asyik mengumpulkan beberapa batu Delia menemukan sebuah botol kecil bening yang sudah berlumut berisi kertas. Lalu ia membuka botol itu dan mengambil kertas di dalamnya, dan sontak gadis kecil itu terkejut karena kertas itu berisi sebuah gambar peta harta karun. Delia pun memanggil Damar untuk melihat peta itu.

“Damar lihat! Apa yang aku temukan!” Ucap gadis itu dengan semangat.

“Apa itu Delia!” Seru Damar yang penasaran.

“Aku menemukan sebuah peta harta karun Damar!” Ucap Delia penuh kegirangan.

Namun anak laki-laki itu tak terlalu percaya  bisa saja ada orang iseng yang menaruhnya. Delia pun mulai berfikir tetapi jiwa penasarannya tak bisa di hentikan maka ia menaruh botol itu di dalam tas nya. Damar pun hanya menatap wajah gadis itu dan menggelengkan kepala. Beberapa saat tiba-tiba hembusan angin begitu kencang membawa gelombang air laut yang tinggi seketika mengahanyutkan kerajaan kecil milik kedua anak itu. Mereka berdua lantas  bertatapan dan sedikit kecewa, Delia pun merebahkan badan nya di antara pasir putih. Ia menunjuk ke atas langit dengan penuh kekaguman ke dua matanya tak berhenti menatap.

“Damar lihat langit itu terlihat indah!!” Ucap Delia sambil beberapa menujuk ke atas langit

Damar pun mengikuti saran gadis itu mereka berdua melihat langit yang mulai petang di atas hamparan pasir. Mata kedua anak itu tertuju pada langit yang merubah warnanya begitu cepat. Langit tadinya berwarna biru tiba-tiba berubah menjadi oren kemerah-merahan. Delia melihat langit sebagai sebuah kertas gambar begitu besar ia mencampurkan beberapa warna pada kertas itu. Dan berpikir bagaimana jika langit berwarna abstrak seperti gambarnya.

“Bagaimana jika langit itu seperti kertas?” Ucap Delia dengan penasaran.

“Entahlah Delia! pasti kamu akan menggambar dengan indah jika langit seperti kertas!” Ucap Damar dengan tersenyum.

“Tidak! Aku tak ingin melukis langit aku hanya ingin mewarnainya” Ucap Delia sambil memandang wajah Damar.

“Terserah kau Delia.”

Gadis itu mulai berpikir tentang imajinasinya sesekali menutup mata dan menikmati suasana tepi Pantai yang begitu syahdu. Namun hal itu tak berlangsung lama sampai akhirnya gelombang laut menyapu tubuh ke dua anak itu, yang membuat mereka terkejut. Wajah kedua anak itu penuh pasir dan baju menjadi basah kuyup.

“Damar wajahmu penuh pasir,!” celetuk Delia sambil menunjuk wajah Damar.

“Kau juga Delia!” Tawa Damar membuat Delia malu.

Mereka lantas tertawa bersama melihat wajah masing-masing yang lucu mengocok perut. Dan akhirnya kedua anak itu menikmati suasana pantai sambil bermain air dan melompat-lompat di atas pasir.  Delia memandangi  sekitar dan suasananya begitu sepi karena waktu mulai petang. Dari kejauhan ada beberapa nelayan yang menyandarkan kapal mereka untuk menepi. Karena takut orang tauanya khawatir Delia langsung mengajak Damar untuk pulang. Damar pun megiyakan ajakan Delia,setelah puas bermain air mereka pun bergegas pulang dengan wajah penuh pasir dan baju dan basah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status