Share

10. Kecelakaan

"Ibu kapan kita pulang." Tanya Delia memandang keluar dari jendela Toko Bunga. Suara gemuruh terdengar keras di langit bersamaan rintikan hujan yang deras. Gadis itu nampak bosan melihat ke jendela mata nya tertuju pada lalu lalang kendaraan yang tiada henti. Ia mulai menyandarkan kepalanya di tangan sambil menggambar simbol-simbol pada embun di kaca. Raut wajahnya begitu senang sesekali mengucap kalimat lirih, entah apa yang sedang ia katakan.

"Delia jangan dekat jendela Nak!" Perintah Ibunya melarang untuk tidak terlalu dekat pada jendela karena hujan yang deras di tambah petir mengglegar.

"Iya Ibu." Gadis itu tampak cuek dan tak menghiraukan apa kata ibunya.

"Jgeeer...!" Sampai seketika kilatan cahaya dan suara petir yang keras mengagetkan  gadis itu. Kedua kakinya terasa lemas ia lantas menutup telinga menggunakan tangan dan lari.

"Ibu...! Delia takut" Teriak gadis itu menunduk di bawah meja. Ibunya yang melihat sontak menghmpiri dan memeluk untuk menenangkan.

“Delia Ibu kan udah bilang tadi! jangan deket-deket jendela ya?” tutur sang Ibu menenangkan Delia yang tampak ketakutan.

Sambil menangis Delia memeluk sang Ibu ia menyesal tak menghiraukan nasehat dari Ibunya. "Maafin Delia Bu! tapi Delia pengin pulang" Tangis anak itu semakin menjadi-jadi, Ibunya mencoba memberi pengertian pada Delia untuk menunggu sampai hujan reda.

Hari semakin sore hujan tak kunjung reda, Delia dan Ibunya terjebak dalam toko bunga. Mereka tidak berani keluar karena tak membawa kendaraan. Sedangkan Mama Damar sudah pulang lebih awal karena di telepon tetangga bahwa Putri kecilnya tak henti-hentinya menangis mencari sang Mama. Tiba-tiba hembusan angin datang begitu kencang membuat bunga-bunga yang menggantung berjatuhan. Lantas Ibu Delia mengambil satu per satu bunga yang jatuh dan menatanya lagi.

Angin itu pun membuat pohon besar di pingir jalan roboh. Seketika terjadi pemadaman listrik serentak. "Delia takut Bu" Sambil memeluk erat tubuh Ibunya yang sedang menyalakan senter yang ia miliki. Remang-remang cahaya membuat gadis itu semakin takut, suasana begitu mencekam bagi anak seusianya. Karena hujan petir saja  sudah menakutkan di tambah mati lampu yang membuat ia tak bisa berkutik. Ayahnya yang khawatir sontak menelepon namun gara-gara pemadaman listrik membuat ia kehilangan sinyal. Sang Ayah berinisiatif menjemput anak dan istrinya di toko bunga. Ia mengendarai mobil nya untuk pergi ke sana.

“Ibu...!Delia pengen pulang” Pinta Delia berkali-kali.

“Tunggu sebentar ya Nak Ibu coba telfon Ayah” Delia lantas mengagguk ia berharap jika sang Ayah secepatnya datang menjemput.

Ketika Ibu Delia mengecek ponsel ternyata baterainya akan habis dan ia melihat banyak panggilan telfon dari sang suami. Lantas Ibu Delia menelpon balik sang Suami, namun suara yang terdengar putus-putus tidak begitu jelas. Dan baru beberapa menit menelpon baterai ponselnya langsung habis.

"Delia jangan takut ya? nanti Ayah datang kok!" Ucap Wanita itu dan berusaha bersikap tenang. Dengan memangku  putri kecilnya sambil memeluk agar ia tak takut. Ayah Delia yang terburu-buru menyetir tidak tau kalau ada yang menyebrang. Ia pun sangat terkejut berusaha menghindarinya sampai akhirnya.

"Arkh...! Awas!"

“Bruk”

Suara keras terdengar membuat semua orang berkumpul melihat. Ayah Delia menabrak sebuah pohon yang membuat ia tak sadarkan diri. Darah mengalir di dahi dan orang-orang yang berada di sekitar mulai berdatangan. Adapun yang berusaha melepon ambulan untuk menolong Ayah Delia. Suara ramai kerumunan membuat seorang Ibu Tua yang tak sengaja  melintas penasaran, ia sontak terkejut dengan korban kecelakaan itu.

Ia pun bergegas pergi ke Toko Bunga untuk memberikan informasi. Dengan berjalan membawa payung Ibu itu tak peduli dengan bajunya yang basah kuyup. Dari kejauhan melihat Toko Bunga dengan cahaya remang-remang wanita tua itu lantas masuk. Dengan nafas tersengal-sengal berusaha memberi informasi. Ibu Delia yang kebingungan lalu bertanya.“Bibi susi ada apa Bi? ” Tanya Ibu Delia yang bingung melihat asisten rumah tangganya begitu cemas.

“Maaf Ibu tadi saya lihat Bapak kecelakaan!” Sahut Bibi Susi berusaha menjelaskan.

Sontak Ibu Delia terkejut tak percaya wajahnya sangat panik di luar hujan pun belum kunjung reda. Lantas ia menitipkan Delia pada Bibi Susi agar bisa menemui sang suami.

"Bi titip Delia ya Bi! Delia yang ikut syok meminta ikut bersama Ibunya tapi ia di larang. Ibu Delia bertanya lokasi kecelakaan suami nya itu dan langsung bergegas ke sana.

Delia pun tampak sedih terus saja menangis namun langsung di tenangkan bibi susi. "Mba Delia jangan sedih ya? kan ada Bibi Susi." Lantas mengusap pipi Delia yang basah karena tak hentinya menangis.

Hujan  tak kunjung reda dan Delia sudah tak betah berada di Toko Bunga itu. Ia pun meminta pada bibi susi untuk mengantarnya pulang,"Bi Delia pengin pulang!" Ucap Delia dengan suara serak, air mata di pipinya lantas kering karena terlalu lama menangis. Namun Bibi Susi menolak karena takut Delia akan demam.

"Alhamdulillah!" Tiba-tiba listrik mulai menyala Bibi Susi sangat bersyukur, dan untuk beberapa kalinya Delia merengek ingin cepat-cepat pulang. Karena Bibi Susi tak tega maka setelah lampu mulai menyala, ia membawa Delia pulang ke rumah bersamanya menaiki kendaraan umum.

Di sisi lain Ibu Delia yang sudah berada di Rumah Sakit tampak begitu cemas. Dokter belum memberinya izin untuk masuk menemui sang suami. Ibu Delia tak hentinya berjalan mondar-mandir di pintu ruang inap.Ia melihat pintu Dokter yang keluar dari kamar suaminya lantas bertanya. "Dok! bagaimana kondisi suami Saya!" Dengan wajah cemas Ibu Delia ingin sekali tahu bagaimana kondisi sang suami.

"Suami Ibu tidak mengalami luka yang parah. Hanya ada goresal benda tajam di dahinya dan harus di jahit agar tidak mengalami infeksi." Tutur Seorang Dokter membuat Ibu Delia lega ia bersyukur karna sang Suami tidak mendapatkan luka yang parah.

***

Delia yang sudah sampai rumah hanya bisa diam dan mulai mengganti pakaian karena basah. Bibi Susi juga membantu Delia mengeringkan rambutnya dengan handuk. Bibi  Susi Berusaha untuk tetap menenangkan gadis kecil itu. 

“Bibi ayah sama ibu kapan pulang nya ya?” Tanya Delia dengan suara serak, gadis itu begitu khawatir dengan kondisi Ayahnya saat ini.

Bibi Susi lantas memberi pengertian pada Delia, ia menyuruh agar gadis kecil itu beranjak tidur. “Kalau Ayah sudah sembuh pasti langsung pulang, Delia sekarang bobo ya besok kan masih ujian tengah semester?” ucap Bibi Susi menenangkan.

Dengan hati yang gelisah Delia lantas membaringkan diri di kasurnya ia begitu lelah. Gadis malang itu berusaha menutup matanya dan air mata mulai mengalir di pipi. Delia sangat khawatir pada Ibu juga Ayahnya. Ia menangis dalam keheningan malam yang membuat ia tak tersadar, Delia mulai terlelap dalam tidurnya. Bibi Susi yang melihat Delia sudah tertidur lantas menyelimuti dan memandang wajah gadis kecil itu.

Ibu Delia berusaha menelepon ke rumah dengan ponsel suaminya untuk memberi kabar namun tak ada jawaban satu pun. "Mungkin orang rumah sudah pada tidur" Batinnya dalam hati. Ibu Delia duduk di depan ranjang sang suami ia terus memegang erat tangan suaminya yang tertancap infus. Ibu Delia menunggu sang suami siuman  namun ia tak bisa menahan matanya lagi. Rasa kantuk tak tertahanakan karena wanita itu juga sangat lelah, dan kepalanya terasa sangat berat. Lantas  Ibu Delia menyandarkan kepalanya di atas ranjang sang suami.

Ditengah malam Delia terbangun dari tidurnya ia lalu berjalan menuju ke kamar orang tuanya. Delia berharap apa yang di rasakan hanyalah mimpi buruk. Dalam keheningan malam Delia mengecek jam dan waktu menunjuk pada pukul 2 pagi. Ia terus berjalan sampai menuju ke kamar orang tuanya,sembari mengecek dengan hati-hati. Kamarnya begitu gelap delia langsung menyalakan lampu dan ternyata ke dua orang tuanya tidak berada di kamar. Dengan rasa takut dan panik Delia berjalan ke kamar sang Bibi di ujung, raut wajah begitu gelisah. Matanya berkaca-kaca Delia lantas membuka kamar, dan Bibi Susi sedang tertidur lelap. Delia pun langsung membangunkan Bibi Susi dan meminta untuk tidur bersama. Bibi yang terkejut dengan Delia yang terbangun di tengah malam lantas menemaninya hingga Delia bisa tertidur.

“Delia bangun Nak?” Ucap Ibunya dengan lembut. Pagi-pagi sekali Ibu Delia pulang untuk melihat keadaan putrinya, ia mencoba membangunkan Delia agar tak terlambat pergi ke sekolah.

Delia mulai membuka matanya dan ia senang sang Ibu sudah berada di sampingnya. Dengan wajah masih mengantuk Delia memeluk Ibunya lalu menangis.

“Ibu jangan tinggalin Delia sendiri delia takut!” Tangis Delia tumpah ia begitu takut karena Ibu dan Ayahnya tidak ada di rumah.

Lantas sang Ibu mengelus lembut  pipi putrinya sembari beberapa kali memeluk untuk menenangkan. Ia menjelaskan bahwa Ayah Delia sudah mulai siuman dan bersyukur hanya  terkena cedera ringan. Namun untuk pemulihan, Ayah Delia belum di perkenankan untuk pulang. 

“Maafin Ibu ya sayang sekarang Delia sekolah dulu ya?. Kan uas nya belum selesai ya?”

“Iya Belom bu” 

“Udah Delia sekarang mandi dulu ya? Nanti Ibu antar Delia ke sekolah.” Gadis kecil itu hanya menggangguk sambil tersenyum ia lantas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu berangkat ke sekolah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status