12 tahun kemudian
“Tok…tok…tok”
Suara ketukan pintu di depan terdengar keras Bibi Susi dengan terburu-buru berlari kecil untuk membukakannya. “Iya tunggu sebentar!”
Dari kejauhan sosok laki-laki muda sedang berdiri mematung menghadap ke pintu, senyuman kecil nampak terlihat di bibir Bibi Susi yang merah. “Eh Mas Romi! Cari Mba Delia ya?” Romi tersenyum lebar seraya mengangguk tubuhnya semakin tinggi hingga melampaui Bibi Susi. Anak laki-laki itu sudah beranjak dewasa. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, Bibi Susi tak menyangka pertumbuhan anak-anak itu yang amat cepat. Sejak lulus sd Romi selalu bersama Delia, mereka begitu dekat hingga kedua orang tuanya saling mengenal satu sama lain. Romi selalu bersama Delia sejak smp sampai sma mereka berada di sekolahnya yang sama, hanya saja mereka tak berada di satu kelas.
“Delia…Ini a
Delia termenung menatap suasana yang tak asing baginya, suara desiran laut begitu syahdu. Dengan gelombang air yang nampak tenang, Delia menatap lama matanya tertuju pada jernihnya air yang berwarna hijau kebiruan. Perasannya tampak heran dia seperti tak asing dengan tempat ini sebelumnya. Ada rasa rindu yang terpendam begitu dalam, entah mengapa tiba-tiba air matanya jatuh hingga membasahi pipinya yang merah. Dia teringat akan sahabatnya dulu yang telah lama pergi, entah ke mana tak ada kabar sedikit pun darinya. Kepalanya langsung tertunduk Delia mencoba menahan untuk tidak menangis namun air matanya tak bisa dibendung lagi. Tangisnya begitu pilu hingga membuat dadanya sakit karena menahan napas yang tersengal-sengal. Delia ingin berteriak sekencang mungkin namun suaranya tak bisa keluar seperti tertahan.“Delia” Suara panggilan yang begitu jelas membuat gadis itu terkejut, dia langsung menoleh ke arah belakang dan terlihat sosok laki-laki kecil ya
Keesokan harinya“Ini pesanan bunganya jangan lupa ya? Rumahnya dekat lapangan bola samping taman itu!” Ucap ibunya lalu segera mengemas dengan begitu cantik, sebuah rangkaian bunga mawar merah pesanan seorang pelanggan.“Iya Ibu! Alamatnya sudah di tulis kan ya?”“Sudah sayang! Kamu memangnya gak repot? kalau harus mengantar pesanan sebanyak ini?” Ibunya bertanya pada Delia karena dia tak ingin merepotkan sang putri.“Ngga kok! Delia masih sanggup, nanti kalau susah bawanya Delia kan bisa nganterin satu persatu Bu!” Ucap Delia meyakinkan ibunya, jikalau dia memang tak direpotkan sedikit pun.“Kamu lagi gak sibuk nih? Nanti gimana butik Kamu?”“Ngga Ibu, Delia sengaja mau bantu Ibu! Sudah lama Delia gak ke Toko. Delia senang kok!” Ujar Delia mengagut seraya tersenyum manis pada sang ibu yang t
“Kring….Kring…”Suara lonceng sepeda terdengar begitu nyaring Ibu Delia menoleh,menatap ke luar kaca dan tampak putri cantiknya yang baru sampai mengantar bunga pesanan dari pelanggan. Wanita itu hanya tersenyum kecil, dengan kelakuan putrinya yang membuatnya cemas.“Ibu… Delia pulang!” Ucap gadis itu dengan begitu riang, lalu segera berlari menuju sang ibu yang terdiam seraya menatap tajam.“Ya ampun Delia! Ke mana aja tadi?”“He he.. Maaf Ibu, tadi Delia istirahat sebentar di Taman, suasananya asyik sih! Jadi kelupaan deh!”“Hmm… Kebiasaan deh Kamu!” Seru Ibunya lalu mencubit lembut pipi sang putri yang memerah.“Iya maaf.. Terus pesanan bunganya gimana Bu?”“Udah dianterin sama karyawan Ibu tadi! Kalau nungguin Kamu dulu, nanti pelanggan p
Sinar rembulan begitu terang menyorot permukaan air laut yang tampak bergelombang, suara tawa terus terdengar bersamaan serangga malam yang ikut bergeming. Wajah dua sosok manusia yang saling menatap seraya tersenyum menikmati hamparan laut yang begitu tenang. Sesekali mereka bersenda gurau untuk memecah keheningan malam yang tak terasa mulai larut. Delia mengecek jam yang pada ponsel genggamnya tampak waktu menunjuk sepuluh malam. Namun suasana laut masih begitu ramai, banyak orang berlalu lalang untuk sekedar bersantai sembari menikmati indahnya bintang-bintang di langit.“Gimana Kamu jadi cari model untuk promosiin baju kamu?” Ucap Romi dengan menatap lama mata Delia yang tampak bersinar terkena cahaya rembulan.Delia terdiam sebentar dia masih asyik sendiri tatkala bola matanya menyorot ke ujung hamparan air laut yang tampak tenang. Bibirnya sedikit tersenyum dengan menggaguk dia berkata “Iya Rom, Tapi…!” D
Langkah kecil itu menapaki trotoar dia bergegas menuju ke tepi Laut untuk melihat keindahan senja, lalu lalang kendaraan tidak di hiraukan. Dia duduk di antara bebatuan dan menunjuk dengan penuh kekaguman. Gadis kecil itu tersenyum matanya berbinar-binar dan sesekali menatap wajah sahabatnya. Anak laki-laki di sampinya hanya sedikit heran kenapa dia begitu mengagumi senja. “Apa yang kamu kagumi dari senja?” Tanya anak laki-laki itu dengan serius. “Lihatlah senja tak ingin melihatmu sedih, tetapi ketika Kamu sedih, kamu bisa melihat senja!” Ucap gadis itu penuh kagum. Anak laki-laki itu hanya terdiam dan terus menatap ke arah sahabatnya. Dia ikut tersenyum ketika sahabatnya tersenyum. Mereka mulai menikmati suasana petang dengan penuh ketenangan. Suara desiran ombak Laut seperti menyapa tatkala sang mentari mulai menyusup. "Delia!sudah sore ayo pulang!” Teriakan seorang ibu dari kejauhan.
Delia lantas masuk ke kamar untuk membersihkan diri dan mengganti pakaian. Ia menatap wajah dirinya di kaca, gadis itu tersenyum karena mahkota bunga masih berada di kepalanya. Ia membayangkan menjadi seorang putri kecil yang cantik. Lalu menari-nari di kamar memutari setiap sudut ruangan.“Bruk!.”Dirinya terjatuh karena lantai begitu licin, Delia pun tartawa dengan tingkahnya sendiri. Lalu ia beranjak berdiri dan merebahkan badan nya di atas kasur. Sambil menatap langit-langit atap kamar, petualangan tadi pagi membuat ia begitu lelah mata nya tak bisa tertahankan lagi. Delia terkantuk-kantuk akhirnya tak sadar mulai terlelap. Ibu Delia yang membawa makanan hanya geleng-geleng kepala melihat putri kecilnya tertidur, ia lantas pergi sembari menutup pintu.Hari semakin sore awan di langit tampak hitam dan suara gemuruh mulai terdengar sontak membuat Delia terbangun. Ia sangat murung karena
Setelah puas melihat senja ke lima anak sd itu bergegas pulang ke rumahnya masing-masing. Sambil mengayuh sepeda dengan penuh cemas hatinya gelisah Damar tak ingin pulang ke rumah. Begitu sampai di muka pintu, benar saja sudah terdengar suara bising pecahan benda yang jatuh. Damar sangat benci dengan suara itu ia menutup kedua telinganya berharap semua itu cepat hilang. Keributan ke dua orang tuanya terdengar jelas dari luar. Tangisan adik kecil membuat ia tak tega, anak malang itu tak hiraukan apapun dan masuk ke dalam rumah. Papa damar yang melihat anaknya seketika marah karena pulang telat.“Kemana saja kamu?” Tanya Papa Damar penuh kemarahan.Damar hanya terdiam dan langsung pergi menemui adiknya Papa Damar pun kesal dengan tingkah laku anaknya ia terus menyalahkan Mama Damar karena tak becus mendidik anak.“Lihat anakmu! tak punya sopan santun!’’ Ucap Papa Damar penuh kesal.&nbs
Dengan menaiki sepeda nya masing-masing ke dua anak itu tak langsung pulang ke rumah. Mereka pergi ke sebuah pasar malam yang baru buka di samping lapangan bola dekat sekolah. Karena baru buka pasar malam ini menggratiskan pengunjung untuk masuk, hal ini menjadi kesempatan emas untuk kedua anak itu. Walau masih siang tempat ini sudah begitu ramai dengan pengunjung yang masuk. Berjajar pedagang kaki lima di depan pasar malam dengan menawarkan berbagai macam daganganya. Setelah masuk sontak mereka berlari dengan penuh kegembiraan melihat segala macam permainan di tempat itu. Seperti biang lala, kora-kora,ombak banyu, rumah hantu dan masih banyak lagi.“Damar lihat aku ingin menaiki semua itu!” Ucap Delia sambil menunjuk semua permainan yang ada di sana.“Kamu ingin naik yang mana Delia yang itu?” Sahut damar menunjuk sebuah permainan biang lala.“Iya Damar seperti sarang burung yang menggantun