Share

8. Peta Harta Karun

“Tet tet tet!"

Suara bel mulai berbunyi semua murid sekolah dasar berkumpul di Lapangan untuk melaksanakan upacara bendera.

“Ayo Anak-anak kumpul di Lapangan!”  Teriak seorang guru mengingatkan bahwa upacara bendera segera di mulai.

“Delia ayo,!” pekik Ayuna mengajak Delia cepat-cepat menuju ke Lapangan. Kedua gadis itu lantas berlari ke barisan paling belakang. Suasana pagi begitu cerah para murid fokus melaksanakan upacara bendera.

“Ayuna” Bisik Delia ingin mengatakan sesuatu pada teman dekatnya.

“Ssst!” Delia lantas diam dengan mulut mayun ia ingin sekali bercerita pada Ayuna, sungguh saat ini Delia merasa sangat bosan sekali.

Tiba-tiba Pak Kepala Sekolah mulai berpidato di Lapangan dan menjelaskan bahwa sebentar lagi akan di laksanakan ujian akhir semester. Maka para murid di beri amanat untuk belajar guna mempersiapkan ujian akhir semester atau kenaikan kelas.

“Ayo Anak-anak dengarkan Bapak ya? karena hari ini akan di adakan rapat oleh semua wali kelas. Maka hari ini pembelajaran di tiadakan.!”

Sontak hal ini membuat semua murid bersorak sorai sambil bertepuk tangan bahagia. Begitu pun dengan Delia yang mulai menyusun rencana apa yang akan di lakukannya nanti. Setelah upacara selesai semua murid membubarkan dirinya masing-masing lalu pulang. Delia lantas pergi ke kelas untuk mengambil tasnya, dan ia melihat Damar yang sudah duduk di kursi. Gadis kecil itu sontak langsung mendatangi Damar lalu mengajaknya pergi ke Pantai sepulang sekolah.

“Damar ayo ke Pantai,” bisik Delia begitu lirih sontak membuat Ayuna penasaran.

“Delia mau kemana sih? Ikut dong” Tanya Ayuna tampak penasaran ia ingin juga di ajak seperti Damar.

Romi yang melihat mereka bertiga mengobrol begitu serius juga tak ingin ketinggalan, ia pun ingin juga ikut pergi bersama mereka. Awalnya Delia ragu-ragu namun karena melihatnya penuh antusias. Akhirnya Romi pun diajak untuk pergi ke Pantai. Sebelum pergi mereka semua pulang ke rumah masing-masing untuk makan dan mengganti pakaian.

Delia bergegas pulang kerumah ketika ia membuka pintu suasana begitu sepi. Ayahnya sedang bekerja begitu pun dengan sang Ibu, maka gadis itu langsung secepatnya membersihkan diri dan mengganti pakaian. Lalu berjalan ke dapur untuk makan dan di sana sudah ada Bibi Susi yag sedang memasak makanan.

“Eh...Mba Delia mau Bibi masakin?” Tanya bibi susi yang sibuk menata piring di rak.

“Ngga Bi! Delia makan ini aja." Balas Delia yang begitu fokus memandang peta harta karun yang entah, dia sendiri tak maksud dengan gambarnya.

Secepatnya Delia menghabiskan makanan di atas meja dengan lauk ayam kecap dan tak lupa minum air putih untuk menghilangkan dahaga. Setelah itu Delia berpamitan pada Bibi Susi jikalau ia ingin pergi jalan-jalan ke Pantai. Bibinya pun mengiyakan dan meminta agar Delia tetap ber hati-hati. Gadis itu lantas menuruti apa kata Bibinya lalu beranjak pergi ke Pantai membawa tas dan menaiki sepeda favoritnya.

Di perjalanan Delia terus berpikir tentang peta harta karun yang ia temukan. Lalu menghentikan sepedanya sembari mengecek kembali peta itu. Dan matanya langsung tertuju pada pemandangan Pantai di depannya. Benar saja peta itu menggambarkan posisi Pantai dan bukit di tepi Laut. Tetapi ia ragu-ragu dengan gambar simbol x di sebuah pohon apakah itu harta karunnya batin Delia penasaran.

***

Tidak menunggu waktu lama Delia bergegas menemui Ketiga temannya yang pasti sudah menunggu dari tadi. Dari kejauhan delia tersenyum lebar melihat mereka yang sedang duduk di tepi Pantai. Ketiga teman Delia sangat penasaran mengapa ia ingin bermain ke Pantai. Seketika gadis itu memberikan sebuah peta harta karun dan Delia ingin mencari harta itu. Mereka sotak tertawa bertatapan satu sama lain dan tak yakin dengan peta harta karun itu.

"Ah masa sih!coba Aku liat!" Pinta Ayuna tertawa berusaha menggoda Delia.

Delia lantas menyodorkan peta harta karun itu dengan wajah masam begitu kesal karena teman-temannya menganggap ia bercanda. Setelah melihat itu Ayuna sontak diam wajahnya berubah pucat pasi. Hal ini membuat Delia penasaran ada apa dengan temannya itu.

"Ada apa Yuna?" Entah apa yang membuat Ayuna takut. Delia begitu penasaran terus saja bertanya. 

"Di peta ini kita harus pergi pepohonan lebat di sana.Kamu tau gak? kata Nenek Aku di hutan sana banyak penunggunya. Aku takut ah! nanti kalo terjadi apa-apa gimana?" Pekik Ayuna menunjuk pepohonan yang penuh semak belukar.

Delia yang tak percaya segera memberikan peta itu pada Damar agar bisa melihatnya. Damar yang melihat wajah Delia begitu berantusias ia pun berusaha membantu sahabatnya itu.

“Damar bagaimana?" 

“Coba aku lihat dulu ya Del”

Damar menjelaskan bahwa peta itu tergambar sebuah pantai,bukit dan juga pohon besar yang terletak di tengah hutan. Maka mereka harus mencari tempat dari semua gambar yang ada di peta itu. Dan gambar x terletak pada tengah-tengah pohon besar namun damar belum tau letak sebenarnya pohon itu. Delia lantas menatap sekitar dan mencoba mencari letak tempat yang sesuai dengan gambar di peta. Dengan berjalan mereka mengitari pantai melihat pohon-pohon dan tak ada satupun yang sama. Delia mulai tak yakin apakah peta itu menggambar pantai ini atau pantai lain.

“Bagaimana kalau peta ini di buat sudah lama?” Delia mencoba mencocokan setiap gambar pepohonan dan tak satu pun yang sama.

"Karena kita harus masuk ke dalam sana!" Sahut Ayuna lirih matanya menyorot pada pepohonan rindang yang penuh dengan rumput liar. Romi yang sedari tadi diam tak yakin dengan rencana yang akan dilakukan Delia. Lantas mengajak ke semua temannya untuk tidak berjalan terlalu jauh karna takut akan terjadi masalah.

"Udah yuk! emang Kita tau kalo di sana ada penunggunya gimana?" Wajahnya cemas ia tertegun menatap pepohonan yang begitu rindang di hadapannya. Delia mencoba menenangkan Romi dan menjelaskan bahwa jika mereka tak kesana maka akan terus jadi penasaran. Romi lantas tercengang dengan perkataan Delia yang tak ada rasa takut sedikit pun.

Damar mulai berpikir ia berkali-kali melihat ke arah peta dan seperti pernah ke tempat itu sebelumnya. Rasanya tak asing bagi Damar tiba-tiba ada sebuah memori yang terlintas. Damar mulai ingat dulu waktu kecil sang papa sering mengajaknya untuk berjalan-jalan di dalam hutan untuk melihat kera.

“Eh kayanya aku tau tempat ini.” Damar dengan berhati-hati mulai melangkah lalu mengajak ketiga temannya ke sebuah tempat, mereka harus melewati semak belukar dan rumput ialalang yang tinggi. Delia sangat asing dengan suasana tempat yang begitu sunyi karna tak pernah ke sini sebelumnya. Dan semakin melangkah ke dalam mereka di buat penasaran dengan banyaknya kulit buah ketapang yang berceceran dimanapun.

Ayuna yang cemas terus memegang erat tangan Delia dan tak berani melihat sekeliling, karena teringat perkataan Neneknya untuk tidak masuk ke dalam hutan. Delia yang merasa tak enak seperti ada sosok yang terus melihatnya dari jauh lantas bertanya pada Ayuna."Kamu ngerasa gak sih kaya ada yang liatin Kita terus" Mendengar itu Ayuna semakin takut bulu kuduknya merinding dan wajahnya begitu panik.

Tiba-tiba ranting di pohon mulai bergoyang kencang yang membuat daun-daun bertebaran lantas mereka semua berteriak "Arkhh..." Dan ada suara benda jatuh yang begitu jelas mengagetkan mereka semua. Baru ingin berlari namun terhenti dengan seekor kera yang sedang bergelantungan di pohon. Delia dan Ayuna yang panik langsung berlindung di belakang punggung damar. Dengan hati-hati mereka mulai melangkah meninggalkan kera itu.

Setelah beberapa menit berjalan mereka menemukan pohon besar yang di maksud pada peta. Namun begitu mendekat semua terkejut menatap satu sama lain ada sebuah makam kuno yang tak terawat di tengah-tengah sebuah pohon yang tumbang. Romi yang mulai tak nyaman ingin secepatnya keluar dari tempat ini lantas memaksa temannya untuk pulang. Namun Delia langsung menenangkan romi untuk bersabar sebentar. Suasana tempat yang begitu sunyi di tambah suara hewan bergeming di mana-mana menambah perasaan berkecamuk.

"Apa di sini harta karunnya? Wajah polos Delia menatap penuh penasaran lalu melangkah ingin melihatnya lebih dekat namun di halangi Ayuna.

"Jangan Del! Pasti itu makam keramat penunggu sini" Bisik Ayuna terus memegang erat tangat Delia. Hal ini membuat Delia tersenyum geli dan ia yang penasaran lantas menghampiri makam itu namun ketika memalingkan wajah ke belakang ia sontak terkejut dengan sosok Kakek yang menatapnya.

"Arkhh!" Jeritan keempat anak itu ketakutan mereka semua berlari kocar-kacir keluar dari semak-semak. Hal ini membuat Delia begitu syok dan tak ingin melakukanya lagi. Damar yang tak langsung lari menatap sosok itu dari kejauhan. Kakek itu menatap tampak misterus lalu berjalan menuju arah pepohonan yang rindang.

Di Toko Mama Damar sedang menata berbagai macam tangkai bunga di wadah ia memisahkan setiap bunga dengan jenisnya masing-masing. Raut wajahnya tampak bimbang seperti memikirkan sesuatu. Mama Damar mulai memilah bunga mawar namun tak hati-hati membuat  tangannya tergores duli.

“Aw…”

“Kenapa mba!” Melihat Mama Damar yang melamun membuat wanita itu cemas.

“Ngga apa-apa mba saya teledor” Mama Damar berusaha merapihkan satu persatu bunga mawar dan mengikatnya menjadi satu.

“Ngga kaya biasa nya loh mba ini… kaya lagi banyak pikiran ya?  cerita aja sama saya ngga apa-apa kok!” 

Mama Damar yang masih ragu-ragu untuk bercerita masalah hidupnya, pada seseorang yang tak lama ia kenal karena tidak ingin merepotkan siapaun. Tetapi wanita itu selalu bertanya dengan masalah yang di hadapi Mama Damar. Lantas Mama Damar mulai menceritakan semua kisah hidupnya. Ia bercerita kalau mantan suaminya dulu ingin mengambil kembali rumah yang sekarang ia tempati. Namun anak-anaknya masih sangat kecil dengan meneteskan air mata. Ia sangat bimbang akan pergi ke mana apalagi tak punya uang untuk menyewa rumah baru. Wanita itu sontak terkejut dengan semua cerita itu dan tak menyangka selama ini Mama Damar menyimpan kesulitannya sendiri. Namun ia tak bisa melakukan apapun hanya membantu semampunya saja. Lantas wanita itu mencoba menenangkan Mama Damar semoga saja akan mendapat titik terang dari permasalahannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status