Share

7. Darla's Birthday

"Makasih ya udah nyanyi buat aku semalem, Kak." ucap Darla pada Dean yang saat ini sedang menyuapinya.

Mereka berdua sedang menghabiskan waktu istirahat sekolah di rooftoop. Dean bilang jika dia merindukan waktu berduanya dengan Darla di rooftoop sekolah mereka ini.

"Lo seneng denger suara nyanyi gue?" tanya Dean.

"Suka banget! Suara Kak Dean bagus banget, hehe." jawab Darla dengan cengiran lucunya.

"Gue bakal sering nyanyi kalau gitu. Apapun yang bikin lo bahagia, gue bakal sering lakuin itu." Dean mengatakan kalimat itu dengan ekspresi datas andalannya.

"Aku gak mau wortelnya, Kak." ujar Darla saat melihat Dean menyendokan potongan wortel untuknya.

Dean berdecak, "Wortel bagus buat kesehatan, Dar. Makan!"

Akhirnya pun Darla pasrah menerima suapan dari Dean. Dirinya sedikit merasa badmood karena entah kenapa tidak ada satu orang pun yang mengingat bahwa hari ini dirinya berulang tahun.

Bahkan, kedua orang tuanya pagi tadi tampak sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Mereka berangkat menuju kantor masing-masing di pagi buta sekali.

"Kak? Kakak serius gak tau hari ini hari apa?" tanya Darla penuh harap.

Dean mengakat sebelah alisnya, "Hm? Ini hari Selasa, gue tau kok."

Darla semakin dibuat badmood oleh perkataan Darla tersebut. Dia merasa sedih bercampur kesal saat ini.

"Udah, aku kenyang. Aku mau balik ke kelas dulu." jengkel Darla.

'Semua orang lupa hari ini hari ulang tahun aku. Sebel banget.' batin Darla dengan kesal.

Darla berlari meninggalkan rooftop. Dia sudah terlanjur kesal dengan Dean yang tidak mengetahui hari ulang tahunnya ini.

Sedangkan Dean tersenyum gemas melihat tingkah gadisnya. Tunggu sampai saatnya tiba, lalu dia akan menunjukan kejutan untuk hadiah ulang tahun gadis manisnya.

ā™” || ā™” || ā™”

Saat berada di kelas pun Darla merasa kesal pada kedua sahabatnya yang juga tidak mengingat jika hari ini dirinya berulang tahun.

"Dar, lo kenapa diem aja?" tanya Qiana yang duduk disampingnya.

"Tau nih, kayak orang mikirin hutang aja ekspresi lo." canda Marissa.

"Kalian serius lupa hari ini ada apa?" tanya Darla entah untuk yang keberapa kalinya.

"Lo dari tadi nanya gitu mulu. Ada apa sih?" tanya Marissa pura-pura.

Ya, semua orang memang bersekongkol dengan Dean untuk pura-pura melupakan ulang tahun Darla. Ini semua demi rencana mereka untuk memberi kejutan.

Darla menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangan di atas meja. Dia seperti sudah pasrah saja jika memang semua orang melupakan hari ulang tahunnya.

Ting! Darla meraih ponsel miliknya yang berbunyi.

Mr. Possessive šŸ˜ˆ

Nnt plg sndri y

Gue ada ursn

Lihat, bahkan Dean yang biasanya tidak pernah mengizinkan Darla untuk pulang sendiri pun sekarang menyuruhnya untuk pulang sendiri.

Y.

Setelah membalas pesan Dean dengan singkat, Darla memasukan kembali ponselnya pada saku rok sekolahnya.

ā™” || ā™” || ā™”

Di sisi lain, Dean terkekeh melihat balasan singkat dari gadisnya. Dia tahu pasti Darla merasa heran kenapa dirinya menyuruh cewek itu untuk pulang sendiri.

Faktanya, Dean sudah menyuruh pengawalnya untuk mengawasi Darla nanti saat cewek itu pulang sendiri. Dean tidak akan semudah itu melepaskan pengawasannya dari cewek kesayangannya itu.

"Kasihan banget cewek lo, pasti dia dongkol banget sekarang." ujar Galvin.

"Iya, kasihan banget si Bu Bos." sambung Fergie.

"Gue juga gak tega, tapi ini demi kejutan yang udah gue siapin." balas Dean datar.

Cowok itu tidak sabar untuk memberikan kejutan ulang tahun pada gadisnya. Dia harus bersabar menunggu sampai nanti malam.

ā™” || ā™” || ā™”

Seorang cewek tampak berbaring malas di ranjangnya. Dia adalah Darla, cewek itu merasa ini adalah hari ulang tahun terburuknya.

Hari sudah sore, tapi belum ada satu pun orang terdekatnya yang memberi ucapan selamat ulang tahun.

"Gak ada yang inget, gak ada yang kasih hadiah, ditambah Mami sama Papi sibuk kerja. Kurang buruk apalagi hari ini?" gerutu Darla. Matanya berkaca-kaca ingin menangisi kesedihannya.

"Kak Dean juga ini gak ada kabar sama sekali dari tadi siang."

Darla pun mencoba untuk menghubungi Dean lewat telepon. Namun, sampai dering terakhir pun cowok itu tidak mengangkatnya.

"Awas aja! Aku bakal ngambek sama dia. Bisa-bisanya dia hilang kabar gini." gumamnya.

Dengan perasaan kesal, Darla menarik selimut hingga menutupi seluruh badannya. Dia memilih untuk tidur sore ini.

Malam harinya...

Darla mengerjapkan matanya perlahan. Dia terbangun dengan kondisi kamarnya yang gelap. Hari sudah malam, dia tidak sadar bisa tertidur dari sore sampai malam seperti ini.

Cewek itu bangkit untuk menyalakan lampu kamarnya. Setelah terang, Darla berjalan ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

Saat keluar dari kamar mandi, ponselnya berdering pertanda panggilan masuk. Ternyata itu adalah panggilan dari Fergie.

"Halo?"

"Dar! Dean kecelakaan, sekarang lo dateng ke taman kota di deket sekolah kita ya!" suara panik Fergie terdengar dari sebrang sana.

Kepanikan langsung melanda Darla. Tanpa mempedulikan apapun, cewek itu segera berlari mencari supirnya.

"Pak! Antar aku ke taman yang deket sekolahan, ya!" seru Darla buru-buru.

"Baik, non."

Darla pergi menuju taman dengan diantar oleh supir pribadinya itu. Berkali-kali Darla meminta agar sang supir mengendarai mobil dengan cepat. For godness sake, Darla sangat panik memikirkan Dean.

Tak lama kemudian, dia sampai di taman yang disebutkan Fergie tadi. Saat dia memasuki taman, dia merasa aneh karna kondisi taman yang sepi.

"KAK DEAN? KAK FERGIE?"

"KALIAN DIMANA?"

Tiba-tiba, seorang anak kecil menghampiri Darla. Anak kecil itu menarik oversize t-shirt yang dikenakan Darla, membuat cewek itu menunduk ke arah anak itu.

"Eh? Kenapa, dek?" tanya Darla.

Anak kecil itu hanya diam, dia menyerahkan sebuah amplop berwarna grey pada Darla. Setelah itu, anak itu pergi begitu saja.

Darla pun membuka amplop itu, mengeluarkan kertasnyang berada di dalamnya. Sebuah surat berisi tulisan yang sangat dia kenali. Tulisan milik Dean, kekasihnya.

Hi, follow the candle lights :)

Setelah membaca surat itu, Darla baru sadar bahwa di jalan taman ini banyak lilin yang tertata indah. Karena terlalu panik, dirinya sampai tidak menyadari itu.

Kaki jenjangnya berjalan mengikuti lilin-lilin itu. Benda bercahaya itu membawanya berhenti di pinggir sebuah kolam indah.

"HAPPY BIRTHDAY TO YOU. HAPPY BIRTHDAY, HAPPY BIRTHDAY. HAPPY BIRTHDAY DARLA."

Suara nyanyian itu membuat Darla menoleh ke arah suara itu berasal. Disana berdiri Dean, kedua orang tuanya, dan para sahabatnya. Bahkan kedua orang tua Dean pun berdiri disana dengan senyumannya.

Dean memegang sebuah kue ulang tahun. Cowok jangkung itu berjalan mendekati Darla yang berdiri mematung, "Happiest birthday, princess. Sorry for today, I love you all the way." ucapnya.

"Sekarang tiup lilinnya." perintah Serly pada putrinya.

"Jangan lupa make a wish." peringat Dean. Darla pun menyatukan kedua tangannya, lalu meniup lilin dengan mata terpejam.

"Maaf ya, kita semua udah bikin lo sedih seharian ini. Kita inget kok hari ini lo ulang tahun. Tapi, cowok lo nyuruh kita pura-pura lupa." ujar Marissa dengan nada menyesal.

"Ini ide Kakak?" tanya Darla dengan bibir mengerucut. Dean mengelus pipi gadisnya, "Iya. Maaf bikin lo kesel." akunya.

"Aku udah overthinking seharian ini, ternyata cuma prank," dumel Darla.

Dean menatap lembut manik Darla, "Suka gak sama kejutannya?"

"Suka, ini indah banget."

Dean menyiapkan kejutan berupa candle light dinner untuk gadisnya. Taman ini tampak indah dengan ratusan cahaya lilin yang tertata rapih. Ada beberapa meja dengan masing-masing dua buah kursi. Sepertinya ini disiapkan untuk makan malam berpasang-pasangan.

"Selamat ulang tahun ya, sayang." Serly memeluk putri kesayangannya. Darla membalas pelukan itu dengan tersenyum manis.

"Makasih, Mi."

"Papi gak nyangka bayi kecil Papi udah besar sekarang. Happy birthday, bunny." sambung Azka.

"Papi! Aku bukan bayi lagi." rengek Darla dengan wajah imutnya.

Semua orang tertawa melihatnya. Mereka merasa senang melihat Darla menyukai kejutan ini.

Sekarang giliran kedua sahabat Darla yang mengucapkan selamat ulang tahun, "Selamat birthday, sahabat imut gue!" ucap Marissa.

"All the best wishes for you, Dar. You deserve the world." lanjut Qiana.

Mereka bertiga berpelukan erat. Lalu, Marissa dan Qiana memberikan hadiah mereka untuk Darla, "Thanks a lot, ya." ujar Darla.

"Happy birthday, Bu Bos." saat Fergie akan memeluk Darla, Dean langsung menarik Fergie menjauh.

"Berani lo peluk dia?" tanyanya dengan nada tajam menusuk.

"Eh, kelepasan nih. Sorry, bos." jawab Fergie canggung.

Galvin pun memberikan ucapan selamat pada Darla, dilanjutkan oleh kedua orang tua Dean.

"Calon mantu Bunda ulang tahun, semoga selalu bahagia, ya. Bunda sayang kamu." ucap Auri.

"Darla juga sayang Bunda. Makasih hadiahnya, Bun."

"Selamat ulang tahun." Brayden mengucapkan itu dengan nada kaku, namun tetap membuat Darla senang.

"Makasih ya, Ayah." balas Dean.

"Sekarang waktunya kita buat dinner sama pasangan masing-masing!" seru Fergie. Cowok itu membawa salah satu pacarnya ke acara ini.

Mereka pun menduduki kursi dengan pasangan masing-masing. Dean dengan Darla, Fergie dengan pacarnya, dan Galvin dengan Qiana.

Tersisa Nielson bersama Marissa. Mereka tidak memiliki hubungan, membuat Marissa merasa canggung untuk mengajak Nielson makan satu meja bersama.

"Lo sama gue." ajak Nielson tiba-tiba. Dengan ragu, Marissa menuju meja yang ditempati oleh cowok datar itu.

"Kakak gak masalah makan sama aku?" tanya Marissa memastikan.

"Kenapa? Lo keberatan?" Nielson balik bertanya.

"E-enggak kok."

"So? Nikmatin aja dinner ini."

Mereka semua pun terlarut dengan candle light dinner ini. Dean terus menatap Darla yang saat ini mengenakan kaos oversize dengan bawahan sweetpants.

Salahkan saja Dean yang membuatnya panik. Hal itu membuat Darla tidak sempat berganti pakaian tadi. Dirinya langsung pergi ke taman ini dengan pakaian rumahannya saat mendengar Dean kecelakaan.

"Kakak kenapa lihatin aku kayak gitu? Aku aneh ya? Kalian semua pakai baju formal, sedangkan aku yang ulang tahun malah pakai baju rumahan gini." tanya Darla panjang lebar. Dirinya sedikit malu dengan penampilannya saat ini.

"Harus berapa kali gue bilang? Lo pakai apapun akan selalu cantik." jawab Dean.

Darla tidak menjawab, dia menunduk pura-pura sibuk dengan makanannya. Padahal, dirinya hanya berniat menyembunyikan pipinya yang memerah seperti tomat.

Meski sudah sering mendengar perkataan manis dari cowok di depannya ini, namun Darla tetap tidak bisa mencegah reaksi pipinya yang selalu merona saat mendapat kata-kata manis dari Dean.

Di meja Galvin dan Qiana, tampak Galvin yang sibuk dengan game di ponselnya. Qiana beberapa kali menegur, namun Galvin tetap mengabaikan makanannya.

"Kak! Makan dulu, nanti lanjut lagi main game-nya." kesal Qiana.

"Suapin gue." pinta Galvin yang membuat Qiana melotot kaget.

"Kakak mau disuapin?"

"Iya. Gue mau makan kalau lo suapin." jawab Galvin.

Dengan ragu, Qiane menyendokan makanan untuk Galvin, "Aaa, buka mulutnya." perintahnya.

Dengan senang hati Galvin menerima suapan itu. Ini pertama kalinya dia makan disuapi oleh perempuan.

"Ternyata makan disuapin sama orang yang kita sayang, rasanya jauh berkali lipat lebih enak." celetuk Galvin yang membuat Qiana menunduk malu.

Selesai dengan acara dinner, mereka melanjutkannya dengan acara dansa. Mereka berdansa dengan pasangan mereka masing-masing.

Lagi dan lagi, Nielson dan Marissa kembali berpasangan. Mereka berdansa dengan Marissa yang menunduk kaku.

"Biasanya gak bisa diem." bisik Nielson tepat di telinga Marissa.

Marissa mendongak, netranya langsung beradu dengan netra milik Nielson. Perlahan, jemari milik Nielson mengusap lembut wajah mulus Marissa.

"Lo cantik, gue suka sama lo." ujar Nielson tiba-tiba, membuat Marissa seolah berhenti bernafas.

"M-maksudnya?"

"I like you, Marissa. You're my girl, right now and forever."

Marissa kembali menunduk, dalam hatinya dia menggerutu. Dean dan temannya ini tidak ada bedanya, sama-sama suka mengklaim orang sesuka hati mereka.

Tapi, tidak bisa dipungkiri Marissa senang menjadi milik Nielson.

Sedangkan pasangan Dean dan Darla tampak berdansa dengan saling bertatapan. Dean selalu mengagumi kecantikan gadisnya yang alami. Freckless milik Darla menambah kesan manis di wajah Darla.

"Gue punya hadiah buat lo." ujar Dean tiba-tiba.

"Hadiah? Apalagi sih, Kak? Ini aja udah lebih dari cukup buat aku." heran Darla.

Dean mengeluarkan sebuah kotak dari saku tuxedo miliknya. Dean membuka kotak itu, mengeluarkan sebuah cincin indah dengan hiasan batu permata berwarna biru.

"Ini cincin dari mendiang nenek gue. Dulu, nenek nyuruh gue buat ngasih cincin ini ke orang kesayangan gue. Dan orang itu ada di hadapan gue saat ini." jelas Dean.

Cowok itu memasangkan cincin itu pada jari manis milik Darla. Mata indah milik Darla tampak berkaca-kaca karna rasa harunya.

"It's an incredibles ring. Makasih, Kak. Aku sayang kamu." bisik Darla.

"I love you more." balas Dean. Kemudian, cowok itu mencium lembut bibir ranum milik Darla. Ini adalah ciuman kedua mereka.

"TANTE! LIHAT DEAN APAIN ANAK TANTE!" teriak Fergie tiba-tiba, membuat suasana romantis antara Dean dan Darla pecah seketika.

ā™” || ā™” || ā™”

Di lain tempat...

"Sayang, kamu lagi apa?" tanya seorang cowok pada kekasihnya. Tangannya memeluk sang kekasih dari arah belakang.

"Aku pengen banget ketemu Dean. Aku mau minta maaf sama dia. Aku pengen nuntasin rasa bersalah aku sama dia." balas Lolly.

Ya, dia adalah Lolly. Dirinya sudah membuka lembaran baru bersama kekaasihnya yang bernama Alex.

Alex memutar badan Lolly agar menghadapnya, "Nanti kamu pasti ketemu dia. Kamu pasti bisa dapet maaf dari dia." hiburnya.

"Aku selalu ngerasa bersalah udah khianatin dia dulu. Sekarang aku udah berubah, aku pengen mulai semuanya sama kamu tanpa rasa bersalah sama Dean."

"Aku tau. Nanti kita coba buat ketemu Dean, ya." ujar Alex yang diangguki oleh Lolly.

Lolly memeluk Alex, menumpahkan kegundahannya pada sosok yang selalu menemaninya selama satu tahun belakangan ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status