"A.. Andre kamu...?"
Aku sangat terkejut ternyata orang di depanku adalah Andre."Kemana aja kamu Ara?"Plaak."Aku tidak menyangka Ndre, kamu tega menjadikan aku taruhan, dasar laki-laki bia*ab, aku tak sudi ketemu kamu lagi."Aku berlari pergi meninggalkan Andrean, aku benar-benar muak melihat lelaki itu."Ara tunggu!"Andrean berhasil mengejar ku, dan mencengkeram tanganku."Berani kamu pergi dariku, maka aku tak segan untuk mengirim video kamu, bersama kedua temanku waktu itu, ke orangtuamu." ancam Andrean.Deg.Mendengar ucapan Andrean, jantungku serasa berhenti."Kamu mengancamku Ndre, setelah semua yang kamu lakukan padaku, apa kamu tidak puas!" Bentaku pada Andrean."Sudahlah Ara, ikut aku sekarang, atau video ini aku kirim ke orangtuamu!" Ancamnya seraya menunjukan video menjijikan itu.Terpaksa aku mengikuti kemauan Andre, aku tidak mau kalau Andre benar-benar mengirim video itu ke mama dan papaku, aku tak mau mereka kecewa."Aku akan ikut kamu Ndre, tapi kamu harus janji, jangan jadikan aku taruhan lagi, aku mohon," Ucapku memohon pada Andrean."Baiklah, ayo naik. Ikut aku sekarang, kita kembali kerumahku!" Ucapnya.Andre membawaku kembali kerumahnya yang aku tempati sebelumnya."Ara, maafkan aku ya, aku mengaku salah, aku janji aku takan mengulanginya lagi,"Aku tak tahu, harus percaya lagi pada Andrean atau tidak."Ara, ini makanlah kamu pasti lapar," Ucap Andre seraya menyerahkan sebungkus nasi."Kok cuma satu Ndre, buat kamu mana?" Tanyaku."Aku sudah makan tadi. Kamu makan aja, Udah itu istirahat, aku capek aku tidur dulu ya," Ucapnya."Iya Ndre."Karena memang lapar, aku pun segera memakannya, namun baru sesuap nasi masuk ke mulutku, tiba-tiba aku merasakan mual, aku segera berlari kekamar mandi, dan memuntahkannya disana."Aku kenapa ya, kok tiba-tiba mual gini, apa jangan-jangan aku hamil? tidak, aku tak mau hamil, ini pasti cuma masuk angin saja, sudahlah lebih baik aku istirahat," gumamku lirih."Selamat pagi sayang," Kulihat Andre sudah bersiap entah mau kemana."Kamu mau kemana Ndre?" Tanyaku heran, ini kan hari Minggu, apa mungkin Andre mau lembur."Aku ada kerjaan penting, kamu beli sarapan sendiri saja ya," Ucapnya sembari menyodorkan sejumlah uang."Ingat pesanku, jangan pernah tinggalin aku,kalau tidak video itu..."Cukup Ndre! Aku mohon kamu hapus video itu ya, aku janji, aku nggak akan ninggalin kamu!"Aku merasa pusing, lagi lagi Andre mengancamku, apapun yang terjadi aku harus bisa menghapus video itu, supaya aku bisa terbebas dari Andre."Aku percaya sama kamu Ra, aku janji takan ancam kamu lagi, aku pergi dulu ya,"Aku hanya mengangguk, sebenarnya aku sudah sangat muak dengan Andre, namun aku harus sabar, aku harus memikirkan cara untuk pergi dari Andre.Aku keluar, mencari makan, sekalian mampir ke apotik, membeli test pack.Tiba di rumah, aku segera kekamar mandi dan mencoba alat itu, aku tak percaya setelah melihat hasilnya, dua garis merah? itu tandanya aku hamil.Aku masih tak percaya, kucoba lagi test pack berikutnya, sampai tiga kali aku mencobanya, namun hasilnya sama, dua garis merah. Aku hamil, aku benar-benar hamil, tubuhku terasa lemas, aku menangis sejadinya. Ya Tuhan, apa Andre akan mengakui anak ini, bagaimana kalau Andre tidak mau mengakuinya.Aku coba menghubungi Andre, namun tak diangkat, bagaimana ini? Bagaimana kalau ternyata Andre meninggalkanku? Siapa yang akan bertanggung jawab dengan bayi yang ada di dalam kandunganku, aku coba bersabar menunggu Andre, namun hingga waktu menunjukkan pukul delapan malam, Andre belum juga kembali."Ara, buka pintunya." Kudengar Andre mengetuk pintu, aku segera bergegas keluar membukakan pintu."Kamu kenapa Ra, telpon aku berulangkali," Ucapnya dengan raut khawatir."Kenapa nggak angkat teleponku Ndre," tanyaku ketus."Maaf Ra, tadi Hp aku ketinggalan di mobil!" Ucapnya."Ndre,aku hamil!" Ucapku dengan nada gemetaran."Apa? kamu hamil?"Andre nampak terkejut dan tak suka mendengar aku hamil."Iya Ndre, kamu mau tanggung jawabkan Ndre?" Tanyaku seraya memegang tangan Andre."Ara, aku nggak tau." Ucap Andre seraya melepaskan pegangan tanganku."Ndre, waktu itu kamu pernah janji, kalau aku hamil kamu mau tanggung jawab," Ucapku menahan rasa kecewa."Ara, bagaimana aku tanggung jawab, kalau kamu itu tidur bukan hanya denganku, tapi juga dengan kedua temanku. Belum tentu itu anakku, bisa saja itu benih dari mereka!" Ucap Andre ketus."Ndre, itu semua karena kamu, andai saja kamu tak menjadikan aku barang taruhan, mana mungkin aku tidur dengan mereka!" Ucapku penuh emosi."Ara, dengar! Aku ingin kamu gugurkan anak itu.""Ndre tapi aku yakin banget, kalau ini anak kamu, percayalah Ndre," Ucapku seraya mengusap air mataku yang terus berjatuhan. "Aku tidak yakin. Pokoknya kamu harus gugurin!" sentaknya, lalu bergegas keluar."Ndre tunggu. Andre!"Aku mencoba mengejar Andre, namun Andre tak menghiraukan aku lagi, dia pergi mengendarai mobilnya entah kemana.Dengan berjalan tertatih aku kembali masuk kerumah, kuhempaskan tubuhku di kasur, aku bingung apa yang harus kulakukan. Apa aku harus menuruti keinginan Andre, ya kalau ini yang terbaik apapun itu akan kulakukan asalkan Andre tak meninggalkanku.Jarum jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, namun Andre belum juga kembali, aku yang merasa lelah mencoba memejamkan mata.Aku terbangun, ketika kudengar seseorang mengetuk pintu. "Andrean kembali. Syukurlah," gumamku.Tapi alangkah terkejutnya aku setelah kubuka pintu ternyata bukan Andre yang datang, melainkan seorang wanita berparas cantik."Kamu siapa?"tanyaku penasaran."Aku Tiara, pacarnya Andre. Kamu siapa?" Tiara menatap sinis ke arahku."Aku..."Aku tak dapat meneruskan kata kataku, saat perempuan itu, mengaku pacar Andre. Hatiku benar benar telah hancur, ternyata Andre seorang penipu, ternyata Andre hanya ingin memanfaatkan aku saja."Heh kenapa malah bengong, Andre mana?""Andre dari semalam nggak pulang Mbak, maaf memangnya ada apa ya?" Tanyaku penasaran."Nih tolong kasih ke Andre, dan bilang kalau dia nggak mau tanggung jawab, aku akan laporin dia ke polisi!" Ucapnya seraya menyerahkan sebuah testpack."Jadi Mba Tiara hamil?" Tanyaku terkejut."Iya, aku hamil anak Andre, dan dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya." Kemudian Tiara berlalu begitu saja.Aku pun tak lagi memperdulikannya, Andre memang benar benar baji**an.Aku berlari tak tentu arah, ditengah jalan sengaja kuberdiri. Kulihat sebuah mobil berjalan cepat kearahku. Aku merasakan hantaman yang sangat keras mengenai tubuhku, setelahnya, aku tidak mengingat apapun. "Dimana aku?" Batinku, saat ku membuka mata, dan melihat dua orang berpakaian serba putih, berdiri di samping kiri dan kananku."Bagaimana keadaanmu?" tanya seorang pria berbaju putih."Apa yang kau ingat?" Tanyanya lagi."Aku tidak ingat apa apa," Jawabku."Syukurlah, kamu sudah sadar?" seorang wanita cantik berambut panjang, mendekat ke arahku. "Siapa namamu Dek," tanyanya. Aku hanya menggeleng pelan."Bagaimana ini Dok?" Tanya wanita itu lagi."Mungkin karena benturan keras di kepalanya membuat amnesia, tapi itu sifatnya sementara.""Jadi aku kenapa Dok?" Tanyaku bingung."Kamu mengalami kecelakaan, karena benturan di kepala membuat kamu amnesia," Tegas wanita itu."Untung saja kandungan kamu tidak apa-apa," Ucapnya lagi."Ya sudah, saya permisi dulu," Ucap pak Dokter seraya berlalu pergi."Apa aku sedang hamil kak?" Tanyaku bingung."Iya, kamu sedang hamil. Dokter bilang, usia kandungan kamu baru empat Minggu.""Namaku Ayunda, panggil saja aku Kak Ayu, kamu tertabrak mobilku saat di jalan, aku yang membawamu kesini. Karena kamu belum ingat apapun, aku akan membawamu pulang, untuk sementara aku panggil
"Katakan, apa syaratnya sayang?" Evan tersenyum menyeringai. "Aku minta, hutang kak Ayu lunas." "Baiklah sayang. Aku bebaskan hutang Ayu. Ayolah!" Evan menarik tanganku, sepertinya dia sudah tidak sabar. "Tunggu! Aku mau buat surat perjanjian, aku tidak mau kamu menagihnya kembali, di lain hari," pintaku. "Haah, baiklah. Kamu siapkan segera suratnya. Aku segera menyiapkan surat itu, sampai selesai. "Evan, kamu tanda tangan disini!" tunjukku pada selembar kertas yang sudah tertera materai. "Sudah kan sayang. Sekarang kita bersenang senang," ujarnya. "Simpan ini Kak!" Aku menyerahkan surat perjanjian itu. Kak Ayu menerimanya dengan berurai air mata. ***"Dinda kamu sudah siap?"Aku yang baru selesai berhias bergegas menghampiri kak Ayu."Sudah kak, ayo kita berangkat sekarang!"Begitulah kehidupan yang aku jalani saat ini, menjadi pemuas nafsu para lelaki hidung belang, entah berapa lelaki yang telah menyentuh tubuhku, dan entah sampai kapan ini semua akan berakhir
"Papa?" ucapku dalam hati.Ya Tuhan, ternyata, kak Ayu, mengajakku bekerja, di tempat papaku sendiri. Aku tidak tahu, karena dulu kantor papa tidak di dini. Entah sejak kapan papa pindah kantor? berbagai pertanyaan ada dalam benakku. "Ayyara, syukurlah, kamu baik baik saja," Papa menatapku haru. "Maaf Om, nama saya Dinda, bukan Ayyara." sebisa mungkin, aku berpura pura, tidak mengenal papa. Jujur aku masih belum siap, kalau papa tahu aku hamil di luar nikah. Aku takut papa tidak mau menerimaku lagi. "Ayyara, maafkan Papa. Pulanglah Nak, papa tidak punya siapa siapa lagi," papa masih dengan keyakinannya.Aku yang bingung, menatap kak Ayu, sambil menggeleng. "Om, dia adik saya, namanya Dinda." ucap kak Ayu. Papa kembali menatapku, dari rambut hingga ujung kaki. "Maaf ya, aku kira kamu Ayyara. Kamu memang sangat mirip dengannya. Bedanya , hanya warna rambut dan penampilannya saja," "Iya Om, tidak apa apa," sahutku.Aku melihat rautnya sangat kecewa. "Maafkan aku Pa," ucap
"Andrean...? Kenapa harus dia, lelaki yang di sukai kak Ayu? jangan-jangan Andrean sudah tau aku disini, dia sengaja mendekati kak Ayu karena diriku. Mungkinkah Andrean akan mengajakku pulang kembal? tidak, aku tidak mau, tapi apa yang harus aku lakukan? sepertinya Andrean takan membiarkan aku tenang." gumamku.Ting!Notifikasi pesan masuk terlihat di ponselku, dari nomor tak dikenal.Segera kubuka dan membacanya.[ Ayyara temui aku sekarang! kalau tidak nyawa Ayu jadi taruhannya ]Andrean, ini pesan dari Andrean, iya aku telah menghapus nomornya waktu itu.Satu Pesan kembali masuk.[ Sudah kubilang jangan pernah lari dariku. Kemanapun kamu pergi, pasti aku dapat menemukanmu ][Aku tunggu kamu di rumah, sekarang juga ]Ya Tuhan, Itu Andrean. Apa salahku padanya, apa dia tidak puas telah menghancurkan aku. Dan kak Ayu, aku tidak mau kak Ayu kenapa-kenapa, biarlah aku datang saja menemui Andrean."Andre..buka pintunya Ndre!" Teriakku kencang. Aku takut terjadi sesuatu sama kak Ayu."Ba
Ya Tuhan untung saja ponsel Andrean tertinggal, dan tak dikunci, jadi aku bisa tahu rencana dibalik penyanderaan ini.Kulanjut baca, pesan berikutnya, dengan tubuh bergetar. Aku benar benar merasa takut.[ Ingat, jaga dia baik-baik, jangan sampai keguguran, nanti kalau dia hamil sudah besar, kita bawa dia ke hadapan Bagas., Aku ingin si Bagas yang sombong itu, menanggung malu karena aib anaknya, yang hamil diluar nikah ]Sampai di sini, aku sudah paham. Ternyata tujuan orang itu, ingin mempermalukan papaku. Aku tidak akan biarkan itu terjadi, aku lebih baik mati daripada mencoreng nama baik orangtuaku.Ting.Satu pesan datang lagi.[ Ingat! Jangan sampai video itu kamu hapus, aku ingin semua orang tau, kalau anaknya hamil bukan karena satu orang, tapi dua orang sekaligus. Pasti dia sangat shock dan malu, kalau tau anaknya, jadi gadis yang nakal dan liar ]Setelah kubaca pesan itu, aku jadi tau, kejadian dihotel yang katanya aku bahan taruhan, ini sebagian dari rencana orang yang i
"Mas berhenti Mas! Coba lihat itu! Ada yang mau bunuh diri!" Teriak Hani istriku, seraya menunjuk ketepi jembatan.Aku yang sedang fokus menyetir, segera menghentikan mobilku, saat kulihat seorang perempuan, sudah naik dipagar pembatas. Aku segera berteriak memanggilnya. Hai, apa yang kamu lakukan? Cepat turun!" Teriakku kencang. Namun rupanya orang itu tak mendengarnya.Tiba tiba saja kulihat dengan mata kepalaku sendiri, perempuan itu, menjatuhkan dirinya kedalam sungai, yang berada dibawah jembatan. Mau apa lagi, kalau bukan untuk bunuh diri."Apa yang kamu pikirkan Mas?! Cepat segera tolong dia!" teriak Hani.Seketika aku tersentak, segera aku keluar dari mobil, bersama Hani.Tin.Tin.Tin.Kudengar dari belakang pengendara mobil yang lain, berteriak."Woy jalan!""Nggak tau macet apa!" teriak para pengendara lain."Maaf Mas, ada orang bunuh diri, lihat itu!"ucapku seraya menunjuk kebawah jembatan.Kudengar istriku, berteriak -teriak minta tolong, aku mencoba turun kebawah untuk
"Dek, kalau boleh tau, nama kamu siapa?"Tanya Hani setelah duduk disamping gadis itu. "Namaku Ayyara kak?"sahutnya lemas."Aku Hani. Itu,suamiku, namanya Mas Aditya," Ujar Hani seraya menunjuk kearahku.Aku hanya tersenyum melihat gadis itu menatapku. Ada rasa iba dihatiku, kenapa gadis secantik itu, sampai frustasi, hingga ingin mengakhiri hidupnya. Entah apa masalah yang sedang dihadapinya.Aku segera mendekati gadis itu. "Ayyara, bagaimana, kalau kamu pulang kerumah kami saja?"ucapku pelan."Iya Ra, kamu ikut kami saja ya, mau kan?" ujar Hani."Tapi kak, aku..."Ayyara, kalau kamu ada masalah, nanti bisa ceritakan pada kami ya. Sekarang bersiaplah, kita akan segera pulang," sela Hani, membujuk gadis yang bernama Ayyara itu.Setelah Ayyara setuju, kami pun segera membawanya pulang. Sepanjang perjalanan Ayyara hanya terdiam, ada banyak yang ingin kami tanyakan, tapi mungkin nanti saja, kalau sudah nyampe rumah."Nah Arra, ini rumah kami. "Masuk yuk!" Hani mengajak Ayyara masuk.***
Sejak Dokter memfonisku terkena kanker rahim stadium tiga, aku merasa terpukul. Hatiku hancur, karena aku belum bisa memberikan keturunan untuk mas Adi. Sunguh aku ingin sekali, membuat mas Adi bahagia, dan tak menyesali pernikahan ini, karena perjodohan.Aku tidak mengetahui penyakitku sejak dini, karena aku tak pernah pergi ke Dokter.Setelah mas Adi, menyuruhku untuk memeriksakan kandunganku, yang mungkin bermasalah, karena kami tak kunjung punya anak. Saat itulah aku baru tau, kalau aku ternyata terkena kanker rahim, dan sudah stadium tiga."Kamu sudah ke Dokter Han?" tanya mas Adi setelah pulang dari kerja.Aku bingung entah mau jawab apa. Tidak mungkin, aku katakan yang sebenarnya, karena aku tidak mau mas Adi kecewa, dan nantinya akan meninggalkanku.Aku sudah tak punya siapa siapa lagi. Sejak aku menikah dengan mas Adi, aku sudah tak punya orang tua lagi. Ibuku sudah lama meninggal, sedang Ayahku yang sedang sakit keras, terpaksa menjodohkanku, dengan mas Adi. Anak dari sahaba