Share

Maafkan aku, Pa

"Papa?" ucapku dalam hati.

Ya Tuhan, ternyata, kak Ayu, mengajakku bekerja, di tempat papaku sendiri. Aku tidak tahu, karena dulu kantor papa tidak di dini. Entah sejak kapan papa pindah kantor? berbagai pertanyaan ada dalam benakku.

"Ayyara, syukurlah, kamu baik baik saja," Papa menatapku haru.

"Maaf Om, nama saya Dinda, bukan Ayyara." sebisa mungkin, aku berpura pura, tidak mengenal papa. Jujur aku masih belum siap, kalau papa tahu aku hamil di luar nikah. Aku takut papa tidak mau menerimaku lagi.

"Ayyara, maafkan Papa. Pulanglah Nak, papa tidak punya siapa siapa lagi," papa masih dengan keyakinannya.

Aku yang bingung, menatap kak Ayu, sambil menggeleng.

"Om, dia adik saya, namanya Dinda." ucap kak Ayu.

Papa kembali menatapku, dari rambut hingga ujung kaki. "Maaf ya, aku kira kamu Ayyara. Kamu memang sangat mirip dengannya. Bedanya , hanya warna rambut dan penampilannya saja,"

"Iya Om, tidak apa apa," sahutku.

Aku melihat rautnya sangat kecewa. "Maafkan aku Pa," ucapku dalam hati.

"Baiknya, kalian langsung bekerja saja ya. Aku sudah menyiapkan tempat, untuk kalian. Ayo ikut!" Aku dan kak Ayu, akhirnya bekerja di tempat papa.

waktu istirahat tiba. Kak Ayu mengajakku untuk makan siang. Kami makan di sebuah warung pinggir jalan, sambil ngobrol.

Aku yang penasaran, dengan hubungan kak Ayu dan Papa, minta kak Ayu untuk menjelaskan tentang papa.

"Kak, Om itu siapa? kenapa dia mengira, aku adalah anaknya?" tanyaku santai.

"Dia namanya Om Bagas, aku belum lama mengenalnya. Sebenarnya dia orang baik, dia hanya kesepian dan butuh teman ngobrol. Akulah yang selalu menemani Om Bagas, tapi hanya sebatas ngobrol, Om Bagas lelaki baik, dia tak pernah memintaku untuk tidur bersamanya" Ucap kak Ayu dengan mimik serius.

Benarkah apa yang dikatakan kak Ayu? aku sedikit tidak percaya. "Masa sih Kak? Memangnya apa yang kalian obrolin sih." tanyaku penasaran.

Kak Ayu menghela nafas panjang kemudian lanjut bercerita. "Om Bagas sedang kecewa sama istrinya, katanya sih istrinya selingkuh dengan sahabatnya sendiri. Kejadian itu membuat Om Bagas setiap hari berantem, hingga tak disadarinya, anak satu-satunya Om Bagas pergi dari rumah. Menurutnya mungkin karena anaknya lelah dengan pertengkaran mereka." Ujar kak Ayu.

"Apa Om, Bagas melihat langsung, kalau istrinya itu selingkuh?" Jujur aku tidak menyangka, kalau Mama tega selingkuhan papa.

"Melihat langsung sih tidak. Tapi Om Bagas melihat foto foto yang di kirim orang tak di kenal. Dalam foto itu, istrinya sedang berada di sebuah kamar, bersama pria lain," jawab kak Ayu.

"Ohh gitu kak!" Aku pura pura manggut-manggut, padahal dalam hati kecilku berkecamuk hebat. Ada rasa kecewa dengan mama bila benar yang kak Ayu ceritakan. Karena perselingkuhan mama, hubungan papa dan mama, sudah tak harmonis seperti dulu lagi. Jadi untuk apa aku kembali pada mereka, mereka sudah sibuk dengan urusan masing-masing, mana peduli mereka padaku lagi.

***

Jam menunjukan pukul Tujuh malam, aku masih saja berdiam diri dikamar. Tidak banyak yang aku lakukan. Mendengar cerita papa dari kak Ayu, aku jadi merasa sangat kasihan padanya.

Aku dengar seorang yang datang bertamu, dan kak Ayu menyuruhnya untuk duduk. Aku seperti mengenal suaranya, kucoba mengintip dari balik pintu, dan aku sangat terkejut melihat siapa yang datang.

"Papa..! itu kan papa. Untuk apa dia kesini? hatiku berdebar tak karuan. Aku yakin, papa ingin menjemputku. Mungkin tadi siang, papa hanya pura pura salah orang saja. Ya, mana ada sih, orang tua salah dalam mengenali anaknya.

"Yu, aku ingin ketemu Dinda, aku ingin pastikan dia Ayyara atau bukan. Tolong ya bawa dia kesini!" Kudengar papa berbicara pada kak Ayu.

"Sebentar aku tanya Dinda dulu ya om,"

Aku pura pura tidur, saat kak Ayu datang ke kamarku. "Din,ada yang mau ketemu,"

"Maaf Kak, Dinda sedang tak enak badan," Aku pura pura memegangi perutku.

"Sebentar saja Din. Ayo!"

Kak Ayu mencoba membujukku, apa yang harus kulakukan? Kalau aku menolak, pasti kak Ayu akan curiga, lebih baik kutemui papa tapi aku harus pura-pura tak mengenalnya.

"Siapa sih kak? "tanyaku pura pura tidak tahu.

"Temui aja dulu, kamu pasti kenal." Jawab kak Ayu santai.

Terpaksa aku ikuti kak Ayu, menemui papa. Sebisa mungkin aku bersikap biasa supaya papa dan kak Ayu tak mencurigai ku.

"Ada apa ya Om?" tanyaku santai.

Papa tak langsung menjawab, papa mengamatiku dengan seksama, kemudian memelukku erat.

"Arra...! pulanglah sayang! maafkan papa, jika selama ini, kurang memperhatikan kamu. Papa memang egois, hanya memikirkan diri papa sendiri," ucapnya sendu.

Ada rasa haru, melihat pengakuan papa. Papa terlihat sangat menyesal.

"Cukup Om! Jangan panggil aku Arra, aku bukan Arra, dan aku...

"Aaww..." Aku memegang kepala, pura-pura kesakitan. Karena aku tak mau papaku kecewa, dengan keadaanku yang seperti ini.

"Kamu kenapa Din? kepalamu sakit lagi?" Kak Ayu terlihat panik.

"Iya Kak. Aku istirahat aja kak, bolehkan?" Aku terus memegangi kepalaku, supaya kak Ayu yakin, kalau aku kesakitan.

"Baiklah Din, kita kekamar ya,"

"Maaf ya Om. Aku tinggal sebentar."

Papa yang kebingungan, hanya mengangguk pelan.

Kak Ayu mengajakku masuk kekamar, setelahnya aku tak tau bagaimana dengan papa.

Aku tak dapat memejamkan mata sedikitpun, ingatanku kembali pada kejadian buruk yang menimpaku, semua berawal dari mama. Kalau Mama tidak selingkuh, pasti papa tidak berantem dengan mama, nasibku tidak akan seperti ini. Aku benar-benar kecewa dengan mama.

Entah dimenit ke berapa aku memejamkan mata, saat tiba-tiba kudengar suara kak Ayu memanggilku.

"Din, kamu sudah bangun?"

"Sudah kak," Sahutku seraya membukakan pintu untuknya, rupanya hari sudah pagi.

"Kamu istirahat saja, tidak usah bekerja dulu?" ucap kak Ayu, yang sudah siap dengan tas di tangannya.

"Kakak mau naik ojek?" tanyaku heran. Sudah hampir jam delapan, kak Ayu belum berangkat? kalau nunggu angkutan, pasti telat.

Kak Ayu tersenyum manis, terlihat matanya berbinar binar. "Tidak, Kakak mau di antar teman," jawabnya.

"Tunggu Kak!, Kakak mau pergi sama siapa? sepertinya orangnya istimewa banget nih!" Candaku.

"Iya Din, dia orang yang special dihati kakak, nanti kalau udah pulang aku kenalin, ya udah kakak berangkat dulu ya," Pamitnya seraya mengusap rambutku.

Setelah kak Ayu keluar, aku yang penasaran, diam-diam mengintipnya dari balik tirai jendela, aku penasaran, cowok seperti apa yang membuat kak Ayu sepertinya jatuh hati.

Aku terkejut, saat melihat wajah pria itu. "Astaga! kenapa harus dia?"

Mendadak tubuhku merasa lemas melihat siapa cowok yang pergi bersama kak Ayu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status