Share

Kupu Kupu Malam

"Bagaimana keadaanmu?" tanya seorang pria berbaju putih.

"Apa yang kau ingat?" Tanyanya lagi.

"Aku tidak ingat apa apa," Jawabku.

"Syukurlah, kamu sudah sadar?" seorang wanita cantik berambut panjang, mendekat ke arahku.

"Siapa namamu Dek," tanyanya.

Aku hanya menggeleng pelan.

"Bagaimana ini Dok?" Tanya wanita itu lagi.

"Mungkin karena benturan keras di kepalanya membuat amnesia, tapi itu sifatnya sementara."

"Jadi aku kenapa Dok?" Tanyaku bingung.

"Kamu mengalami kecelakaan, karena benturan di kepala membuat kamu amnesia," Tegas wanita itu.

"Untung saja kandungan kamu tidak apa-apa," Ucapnya lagi.

"Ya sudah, saya permisi dulu," Ucap pak Dokter seraya berlalu pergi.

"Apa aku sedang hamil kak?" Tanyaku bingung.

"Iya, kamu sedang hamil. Dokter bilang, usia kandungan kamu baru empat Minggu."

"Namaku Ayunda, panggil saja aku Kak Ayu, kamu tertabrak mobilku saat di jalan, aku yang membawamu kesini. Karena kamu belum ingat apapun, aku akan membawamu pulang, untuk sementara aku panggil kamu Dinda, sampai ingatan kamu kembali." Ucapnya.

"Baiklah kak!"

Kucoba mengingat-ingat siapa diriku, namun aku tetap tak bisa, justru kepalaku terasa semakin pusing.

"Aahh..." kucoba memijit-mijit keningku.

"Jangan dipaksakan, kalau belum ingat apapun. Bukankah dokter bilang, kamu amnesia hanya sementara suatu saat juga kamu akan mengingat kembali siapa dirimu." Ucap kak Ayu ramah.

***

Setelah seminggu dirumah sakit, aku sudah di perbolehkan pulang, kak Ayu mengajakku pulang kerumahnya.

"Dinda, ini rumah kakak, kakak tinggal sendiri disini. Orang tua kakak sudah meninggal, dan kakak tak punya siapa-siapa lagi," Ucap kak Ayu, kulihat ada raut sedih diwajahnya.

"Iya kak!" Jawabku singkat.

Beberapa hari aku tinggal dirumah kak Ayu, aku selalu kesepian, memang ada asisten yang bekerja dirumah ini, tapi tidak menginap disini. Jadi kalau malam aku selalu sendirian, entah kerja apa kak Ayu, sampai pulang malam, bahkan kadang nggak pulang sama sekali.

Sampai suatu ketika, kulihat kak Ayu pulang bersama seorang pria, aku kira dia pacarnya, sku hanya mengintipnya saja lewat jendela. Kak Ayu mengajak pria itu masuk kedalam kamarnya.

"Dinda, kamu udah makan?" Tanya kak Ayu, setelah keluar dari kamarnya bersama pria itu, pria itu menatapku tak berkedip seolah ingin memangsaku, aku jadi merinding jadinya.

"Udah kak!" Balasku.

"Yu, cantik juga, boleh lah aku sekali-kali dengannya," Ucap pria tersebut.

"Nggak usah ngaco kamu, udah sana pulang, aku capek mau istirahat!" Perintah kak Ayu pada pria itu.

"Baiklah sayang,"ucapnya seraya melirikku sembari tersenyum.

"Maaf ya Din, kalau kamu nggak nyaman,"ucap kak Ayu.

"Nggak apa-apa kak. Kak boleh aku tanya sesuatu nggak?"

"Mau tanya apa Din?"

Kak Ayu menatapku heran.

"Kak, sebenarnya kak Ayu kerjanya apa sih, kalau Dinda boleh tau, dan kalau boleh Dinda juga ingin ikut kerja kak, bosan dirumah terus!" Jawabku.

"Kamu dirumah aja Din, biar kakak yang kerja," Ucapnya pelan.

"Tapi kak, aku nggak bisa kaya gini terus, aku bosan kak," Balasku sedih.

"Din, sebelum kakak jawab pertanyaanmu, kakak mau bercerita sedikit tentang kehidupan kakak.

"Ayahku meninggal karena penyakit jantung, sedang ibuku, mungkin karena merasa sangat kehilangan ayah, ibuku jatuh sakit. Tak berapa lama kemudian ibu menyusul ayah, aku anak tunggal Din, sejak orang tuaku tiada, aku hidup sebatang kara.

Dulu aku hidup berkecukupan, karena ayahku pengusaha yang sukses, tapi belakangan usaha ayahku mendadak bangkrut, dan ayah punya hutang disana sini, hingga setelah kepergian ayah, mereka menagih hutang ayah padaku, yang jumlahnya tidak sedikit. Ratusan juta hutang ayah yang harus kubayar, bahkan kalau rumah ini disita pun, tak cukup untuk membayar hutang-hutang itu.

Karena tak tahu, harus mencari uang kemana, sementara rentenir terus saja mendatangiku, terpaksa aku bekerja sebagai kupu kupu malam, kamu tau kan artinya itu?" Kak Ayu menatapku lekat.

"Jadi kak Ayu bekerja sebagai wanita penghibur kak?"

Sebenarnya kalau melihat kak Ayu, yang semalem pulang bersama seorang pria, aku sudah menyimpulkan kalau kak Ayu bekerja seperti itu, melayani pria hidung belang.

"Iya Din, Kakak terpaksa melakukannya, demi bisa melunasi semua hutang-hutang ayah Kakak."

"Apa dengan begitu, kak Ayu sudah bisa melunasi hutang-hutangnya?" Tanyaku serius.

"Belum lunas Din, hutang kakak masih banyak, entah kapan aku bisa melunasinya," Ucap kak Ayu terlihat sedih.

"Jangan khawatir kak, Dinda akan bantu kakak, supaya hutang-hutang kakak cepat lunas," Bujukku berusaha menghibur kak Ayu.

"Bagaimana caranya Din?" Tanyanya heran.

"Aku akan ikut kerja sama kakak!" Jawabku tegas.

"Tidak Din, jangan kakak mohon. Cukuplah Kakak yang seperti ini. Kamu biarlah dirumah aja ya, walaupun kakak baru mengenalmu, tapi Kakak sudah menganggapmu seperti adikku sendiri, dan kakak tidak mau mengorbankan kamu," Ucapan kak Ayu, membuatku jadi merasa terharu, ada kasih sayang yang tulus dimatanya.

"Nggak apa-apa Kak, lagi pula aku sedang hamil, itu berarti aku juga bukan gadis baik-baik," Ucapku meyakinkan kak Ayu.

"Din, kamu hamil belum tentu kamu gadis nakal, bisa saja kamu sudah menikah dan punya suami. Mungkin saja saat ini suami kamu sedang mencari-cari, keberadaan kamu!" Jawabnya tegas.

"Nggak Kak, aku nggak merasa punya suami kok, boleh ya kak, aku bantu. Kakak udah menyelamatkan hidup aku, jadi ini saatnya aku balas Budi," Ucapku.

***

"Ada tamu Kak," Ucapku setelah mendengar pintu diketuk.

"Sebentar aku tengok, kamu tunggu disini ya!" Pinta kak Ayu.

Kulihat kak Ayu membuka pintu, dan dua orang pria telah masuk, satu diantaranya adalah pria yang kemarin bersama kak Ayu.

"Yu,mana gadis itu? Kata Erik, kamu punya temen baru, kalau servisnya bagus, aku berani bayar mahal," Kudengar suara lelaki itu berbicara.

"Dia gadis baik-baik Van, biar aku aja yang temenin kamu," lirih kak Ayu.

"Yu, kalau kamu nggak serahin gadis itu sekarang, maka cepat bayar hutang kamu sekarang juga!" Teriak pria itu seraya mencengkeram tangan kak Ayu.

Melihat kak Ayu diperlakukan secara kasar, aku segera menghampiri mereka.

"Kamu cari aku?" Tanyaku pada lelaki itu.

"Akhirnya kamu keluar juga. Kenalin, namaku Evan, maukah kamu temani aku malam ini, aku akan bayar berapapun yang kamu minta, asalkan servis kamu bagus," Ucapnya seraya menyentuh pipiku.

"Din, Kakak mohon jangan!" kak Ayu menarik tanganku, agar menjauhi Evan.

"Kak, sudah nggak apa-apa!" Ucapku meyakinkan kak Ayu.

"Tidak Din, pokoknya jangan!" kak Ayu terus membujukku.

"Ayu, kalau kamu melarangnya. Sekarang juga, bayar semua hutang hutangmu. Atau, kamu mau aku laporkan ke polisi." Ancam Evan.

"Aku mau menemanimu, dengan satu syarat!" Pintaku pada Evan.

Evan tersenyum menyeringai, "Katakan cantik, apa syaratnya?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status